YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pascagempa bumi tektonik 2,5 SR yang terpusat di 18 Km Barat Daya Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (4/6/2017), Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat 13 gempa guguran di Gunung Merapi.
Namun hingga kini, status Gunung Merapi dipastikan masih aktif normal. "Gempa di sebelah Barat Daya Boyolali itu tektonik, bukan vulkanik," ujar BPPTKG Yogyakarta, I Gusti Made Agung Nandaka, saat ditemui Senin (5/6/2017).
Berdasarkan catatan pemantuan BPPTKG, pasca-gempa tektonik terjadi rentetan gempa guguran di Gunung Merapi. Dari data yang tercatat di BPPTKG, gempa guguran di Gunung Merapi terjadi dari setelah gempa tektonik sampai dengan pukul 20.00 Wib.
"Dari data yang kita peroleh kemarin, ada13 guguran setelah gempa ," tegasnya.
Namun, Made belum mengetahui apakah ada kaitannya antara guguran yang terjadi di Gunung Merapi dengan gempa tektonik 2,5 SR yang terpusat di 18 Km Barat Daya Boyolali, Jawa Tengah pada Minggu (4/6/2017) kemarin.
"Mungkin saja, tektonik mempengaruhi meski tidak semua. Tapi kita ga tahu yang kemarin apakah terkait. Mungkin juga bisa karena lapuk, di lereng yang terjal hingga jatuh, atau terlalu tinggi hingga goyang dikit, kalau manusia 2,5 SR kan ga merasakan," tandasnya.
Ia menegaskan, meski sempat terjadi rentetan gempa guguran pasca gempa tektonik, namun dari semua alat pemantauan menunjukkan data aktivitas Gunung Merapi tidak mengalami perubahan. Karena itu, hingga kini, status Gunung Merapi Aktif normal.
"Data yang lain ga ada peningkatan, deformasi masih datar, gas tidak ada perubahan. Semua data Merapi masih dalam level normal," ucapnya.
Made mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir. Sebab tidak ada peningkatan aktivitas dan status Gunung Merapi masih aktif normal.
"Masyarakat tidak perlu khawatir. Status Gunung Merapi masih aktif normal," pungkasnya.
Sebelumnya, BMKG merilis, pada Minggu 4 Juni 2017 pukul 14.48 Wib terjadi gempa dengan kekuatan 2,5 SR di 18 Km Barat Daya Boyolali, Jawa Tengah.