MUNGKID – Masyarakat diminta selalu waspada menyikapi musim penghujan. Berbagai potensi bencana alam mengancam lingkungan sekitar. Curah hujan yang tinggi diperkirakan masih akan berlangsung hingga beberapa pekan ke depan.
“Cuaca ekstrem diperkirakan berlangsung selama tiga hari dari BMKG,” kata Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Didik Wahyu Nugroho.
Menurut Didik, secara berkala BMKG mengeluarkan hasil prediksi musim hujan di beberapa daerah. Jika berpotensi bencana, maka dikeluarkan peringatan dini.
“Prediksi BMKG, pertengahan Februari masih terjadi hujan lebat. Ini bukan karena ada fenomena alam tertentu, tetapi karena memang sudah musim hujan,” jelasnya.
Pada saat musim seperti ini, diperlukan kewaspadaan pada diri masyarakat. Jika terjadi bencana, maka untuk sigap cara menanganinya. “Puncak musim hujan, maka waspadai tanda-tanda alam. Siap siaga untuk bergerak,” ungkapnya.
Hujan di kawasan Menoreh beberapa waktu terakhir sudah mengakibatkan bencana tanah longsor. Puluhan rumah warga pun terancam. Pergerakan tanah masih terus terjadi.
Selain rumah, ruas Jalan Salaman-Borobudur via Desa Ngargoretno nyaris putus total. Retakan tanah memanjang, melintang ruas jalan itu. “Yang utama yaitu penyelamatan jiwa. Setelah itu baru infrastruktur,” ujarnya.
Bagi warga yang terdampak bencana, upaya relokasi juga sudah dibahas pemerintah. Namun demikian, masih terkendala penyediaan lokasi yang aman. “Masih perlu kita pikirkan, karena terkendala penyediaan lokasi,” ungkap Didik.
BPBD juga memasang EWS sederhana di sekitar lokasi bencana. Jika terjadi pergerakan tanah, maka akan muncul tanda bahaya, berupa suara sirine. Hingga Kamis malam, pergerakan tanah masih berlangsung dan mengakibatkan aspal jalan mengelupas.
“Untuk ancaman jalan, kami koordinasi dengan DPU PR. Akan menerjunkan konsultan, karena memang lokasi bencana kondisinya abnormal. Nanti teknologi apa yang akan diterapkan,” jelasnya.
Selain Ngagoretno, tanah longsor juga terpantau di Desa Paripurna, Kalirejo dan lainnya. Selain rumah, tanah longsor juga menerjang ruas jalan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto menjelaskan, tanah longsor di Desa Kalirejo sudah dipikirkan. Hasil koordinasi, DPU PR akan melakukan kajian melibatkan konsultan untuk perbaikan jalan dilokasi itu. “Kajian saat ini sudah dimulai. Anggaran perbaikan sudah ada di DPU PR,” jelasnya.
BPBD sudah berkoordinasi dengan beberapa lembaga terkait, seperti DPU PR, DPRKP, Kecamatan Salaman dan kecamatan lain yang juga terkena bencana. Rapat koordinasi menghasilkan beberapa poin. “Untuk tanah longsor di Desa Ngargoretno, DPU PR akan mengkaji melibatkan konsultan setelah Kalirejo,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Ngargoretno Dodik Suseno mengatakan, desanya merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor. Dari enam dusun yang ada, semuanya berada di kawasan perbukitan dan berpotensi tanah longsor. “Desa kami merupakan daerah rawan bencana. Dari sekitar 900 KK, 60 persennya tinggal di daerah rawan,” ungkapnya.
Pergerakan tanah yang terjadi kemarin, mengancam ruas jalan penghubung Salaman-Borobudur. Bahkan jika sampai jalan terputus karena longsor, warga di Dusun Gayam terancam terisolasi.
“Sebagian warga di Dusun Karangsari, Selorejo, dan Gayam bisa terisolasi. Ada sekitar 200 warga yang terancam. Jika sampai putus, mereka harus memutar melintasi Borobudur sekitar 7 km,” ungkap Dodik.
Kades selalu mengimbau warganya untuk waspada. Mengingat di musim penghujan, potensi bencana masih terus ada. Imbauan itu disampaikan saat momen pertemuan di masyarakat. “Selokan warga untuk dicek, karena tanah longsor pemicunya air. Saya ingatkan terus kepada warga untuk waspada,” katanya. (ady/laz/mg1)