Jakarta, Gatra.com- Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM, Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD, KHOM berharap imunoterapi bisa masuk dalam skema BPJS. Menurutnya, setidaknya hal itu bisa dilakukan tahun depan setelah seluruh rangkaian uji cobanya selesai.
Setelah sukses pada kanker kulit, paru, rahim, dan lainnya, beberapa perkembangan imumoterapi ini diharapkan bisa juga pada kanker lain. “Saya berharap, masih banyak jenis kanker yang bisa diujicobakan dengan terobosan imunoterapi ini," ungkapnya dalam rilis kepada Gatra.com, Selasa (5/6).
Saat ini imunoterapi mulai diterapkan pada kanker ovarium, kanker lambung, dan juga untuk kanker pankreas. Hasil studi klinis terbaru menunjukkan hasilnya memang lebih bagus, di mana angka kesintasan meningkat lebih dari enam bulan dengan efek samping minimal.
Termasuk agar biaya untuk layanan ini bisa lebih murah dan mudah diakses masyarakat. "Saat ini, untuk satu siklus imunoterapi sekitar Rp60 juta. Bila dikalikan 8, maka hasilnya bisa seharga satu rumah. Sementara angka kejadian kanker semakin tinggi,” ungkap dr. Andhika.
Dijelaskan dr Andhika, imunoterapi memiliki tujuan sama dengan terapi target pada kanker. Artinya terapi menyasar langsung kepada sel kanker yang dituju.
Hanya saja, pada imunoterapi, konsepnya sedikit berbeda. Imunoterapi memberikan kesempatan kepada sel kekebalan tubuh agar lebih aktif melawan sel kanker.
Dibandingkan kemoterapi atau pengobatan kanker lainnya, pengobatan imunoterapi memiliki efektivitas yang cukup signifikan. Itulah sebabnya sejak pertengahan tahun 2016 dunia mengalami euforia dengan imunoterapi.
Farmakolog sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, Ph.D menambahkan, kendati imunoterapi merupakan pengobatan relatif baru, sejatinya penelitian ini sudah ada sejak lama. Dalam 15 tahun terakhir perkembangan imunoterapi terbilang cukup pesat.
Berbagai penelitian terus dilakukan untuk menghasilkan formulasi imunoterapi yang semakin baik. “Imunoterapi pada prinsipnya merupakan terapi biologis yang bertujuan membantu tubuh meningkatkan pertahanan alami dalam melawan kanker," jelasnya.
Pakar farmakologi UGM ini mengatakan bahwa pada dasarnya setiap orang punya imunitas. "Tapi untuk melawan kanker yang bersarang di tubuhnya, sayangnya tidak (semua orang) memiliki imunitas yang cukup makanya diberikan imunoterapi,” ujarnya.