logo2

ugm-logo

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM

bekerja sama dengan Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan


menyelenggarakan

Free Online Workshop

Logistik dalam Incident Command System (ICS)
Penanganan COVID-19 di Rumah Sakit

Rabu- Jumat, 27-29 Mei 2020


Pengantar

Penanganan COVID-19 merupakan hal baru bagi rumah sakit. Sekarang ini penanganan COVID-19 tidak bisa hanya mengandalkan rumah sakit rujukan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menangani COVID-19. Melihat pengalaman rumah sakit yang bukan rujukan juga menerima dan melayani ODP dan PDP. Maka mau tidak mau semua rumah sakit harus gerak cepat untuk menilai kapasitas yang dimiliki dalam menghadapi penanganan COVID-19. Kapasitas yang dimaksud dalam hal ini termasuk sistem komando, fasilitas, SDM, dan logistik.

Rumah sakit sudah mengaktifkan tim atau satuan tugas untuk penanganan COVID-19. Tim tersebut terbentuk dalam satu struktur organisasi sistem komando berbasis Incident Command System (ICS) yang mencakup komandan, bidang operasional, logistik, perencanaan dan keuangan/administrasi. Dalam struktur organisasi tersebut telah disertakan alur komunikasi antar bidang (internal) dan komunikasi eksternal. Namun, hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana masing - masing bidang ini bisa memenuhi kebutuhan mereka selama bertugas? Bagaimana RS dapat menjamin kesinambungan pelayanan kesehatannya secara komprehensif yang dapat dicapai dengan menggunakan sistem komando seperti ICS?. Menggunakan pendekatan sistem insiden komando diharapkan RS dapat memanfaatkan struktur yang ada dan komunikasi yang efektif antar bidang, sehingga bidang logistik dapat memenuhi kebutuhan bidang operasional melalui perencanaan yang optimal. Lebih jauh lagi bagaimana RS dapat melakukan identifikasi dan pemetaan sumber daya, baik di dalam maupun di luar RS menggunakan jejaring potensial, baik dari instansi pemerintah maupun non pemerintah seperti relawan dan lembaga swadaya masyarakat.

Seyogyanya masing - masing bidang akan melaporkan permasalahan dan list kebutuhan kepada komandan, kemudian komandan berkoordinasi dengan bidang logistik. Kondisi dan permasalahan yang ada perlu didokumentasikan dan dipetakan untuk dicari jalan keluarnya segera. Situasi ini juga perlu dikomunikasikan dengan baik ke stakeholder lokal maupun nasional sehingga sumber daya dapat terdistribusi dengan baik dan permasalahan kesehatan dapat tertanggulangi. Dengan demikian, tidak hanya rumah sakit, namun stake holder dan masyarakat dengan mudah mengetahui kapasitas dan kebutuhan layanan kesehatan yang dapat diberikan selama penanganan COVID-19.

 

Tujuan Workshop

Divisi Manajemen Bencana Kesehatan akan mengadakan Workshop Logistik dalam ICS pada Penanganan COVID-19 di rumah sakit, workshop ini akan membahas dasar - dasar aspek logistik dalam ICS, alur identifikasi kebutuhan dan perencanaan sumber daya, SOP –SOP terkait logistik dan alat/platform komunikasi informasi untuk memperlancar dan meningkatkan efektivitas dan efisinensi permintaan kebutuhan logistic. Workshop ini bertujuan untuk menguatkan aspek logistik dalam ICS pada Penanganan COVID-19 di rumah sakit

 

Output

  • Peserta memahami alur, tugas dan fungsi perencanaan kebutuhan dalam ICS,
  • Peserta memahami bagaimana mengidentifikasi kebutuhan dan pasokan sumber daya di dalam dan sekitar rumah sakit,
  • Peserta memiliki SOP permintaan kebutuhan logistik,

 

Peserta dan Persyaratan

Peserta workshop adalah peserta yang telah mengikuti workshop Aktivasi Hospital Disaster Plan berbasis Incident Command System (ICS) dan workshop Komunikasi dalam ICS. Diikuti oleh 3 orang yang tergabung dalam ICS RS dalam Penanganan COVID-19

 

Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal  : Rabu- Jumat, 27-29 Mei 2020

Pukul             : 10.30 – 12.00 WIB

Agenda Kegiatan

Persiapan Workshop

  1. Seluruh peserta dipastikan masuk ke grup WA Logistik dalam ICS Angkatan IV
  2. Seluruh peserta mengerjakan Kirkpatrick, silahkan KLIK DISINI
  3. Seluruh rumah sakit yang terdaftar mengikuti workshop akan diberikan sertifikat sebagai peserta workshop (participant certificate) dan rumah sakit juga akan mendapatkan sertifikat telah menyelesaikan workshop (accomplishment certificate) dengan memenuhi syarat dibawah ini:
    • mengerjakan Kirkpatrick evaluation sebelum dan sesudah workshop
    • kehadiran online diskusi
    • pengerjakan penugasan 1

 

Pertemuan 1

1. Logistik dalam ICS Rumah Sakit pada COVID-19
2. Memproyeksikan dan Memastikan Kebutuhan APD dengan Standard yang Tepat pada COVID-19

 


Tujuan Pembelajaran Umum : Memahami kegiatan logistic dalam ICS

Narasumber  :

  1. Gde Yulian Yogadhita M.Epid, Apt
  2. Tim PPI RS

Moderator : Happy R Pangaribuan SKM, MPH

TPK
(Tujuan Pembelajaran Khusus)

Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan

Metode

Memahami dasar-dasar Logistik dalam struktur ICS pada COVID -19

Memahami dasar - dasar logistik dalam struktur ICS pada COVID-19 :

  1. Identifikasi kebutuhan
  2. Pemetaan kebutuhan
  3. Alur kebutuhan

Ceramah

Tanya jawab

Diskusi

Penugasan

Memahami tugas dan tanggung jawab pemenuhan kebutuhan logistic dalam struktur ICS pada COVID -19

Memahami tugas dan tanggung jawab pemenuhan kebutuhan logistic dalam struktur ICS pada COVID-19 :

  1. Struktur Organisasi Logistik dalam ICS
  2. Tugas dan tanggung jawab

Memahami juklak dalam perencanaan kebutuhan pada COVID -19

Memahami juklak dalam perencanaan kebutuhan pada COVID -19 :

  1. Identifikasi perencanaan kebutuhan.
  2. Pemetaan perencanaan kebutuhan
Memproyeksikan dan memastikan kebutuhan APD dengan Standard yang Tepat pada COVID -19

Memproyeksikan dan Memastikan Kebutuhan APD dengan Standard yang Tepat pada COVID -19 :

  1. Teknik pengecekan bantuan logistik (APD) di RS
  2. SOP pemeriksaan bantuan logistik (APD) di Rumah Sakit
 

MATERI

pdf Materi I - Logistik dalam ICS

pdf Proyeksi kebutuhan APD rev 1

sheet COVID-19 IPC items country ( Perhitungan APD )

sheet Contoh penghitungan kebutuhan APD Ruang Dahlia 3

 

REFERENSI 

pdf ASHP Statement on the Role of Health-System Pharmacists in Emergency Preparedness

pdf Comodity package presentation COVID-19

pdf COVID-EFST_v1.1_Shared2_final -Yogyakarta

pdf FIP Statement of Policy

pdf Georgia Dept.of Health - NIMS ICS HICS_2014

pdf Hashikura,M - Stockpile of PPE in Hospital Settings PIP 2009

pdf HICS_Guidebook (log 45x hal 63), 2014

pdf ICS organizational structure and elements, hal 8, 2018

pdf INO COVID_Estimation_Scenario_5_10_20_DCP_V7 (250320)

pdf Kepmenkes-059-tahun-2011-Pedoman-Pengelolaan-Obat-dan-Perbekalan-Kesehatan-Pada-Penanggulangan-Bencana

pdf Logistic Chain in Emergency

pdf Major-Incident-Medical-Management-and-Support-Third-Edition

pdf Perka BNPB no 6 tahun 2009 ttg Pedoman Pergudangan

pdf UJPH - Expanding the Pharmacist’s Role in Public Health

pdf VanVactor-HCLogindisasterplanning

pdf WHO PAHO - HumanitarianSupply, 2001

 

Arsip Video

Reportase

komunikasi h3

Dok. PKMK FK-KMK UGM “Pemaparan materi Logistik dalam ICS dan Pemakaian APD”

Workshop Online Aktivasi Hospital Disaster Plan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 memasuki minggu III. Pada minggu ini, peserta mengikuti sesi Workshop Logistik Dalam Incident Command System (ICS) Penanganan Covid-19 Di Rumah Sakit. Workshop ini bertujuan untuk menguatkan aspek logistik dalam ICS pada Penanganan COVID-19 di rumah sakit. Narasumber pada hari ini adalah Gde Yulian Yogadhita M.Epid, Apt dan Sri Purwaningsih, S.Kep. Ners, M.Sc dari Komite PPI RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan moderator Happy R Pangaribuan SKM, MPH. Gde Yulian Yogadhita M.Epid, Apt menyampaikan materi Implementasi Logistik dalam ICS di RS untuk Respon Pandemik Covid 19. Narasumber kedua, Sri Purwaningsih, S.Kep. Ners, M.Sc menjelaskan materi Pemakaian APD dan zonasi resiko infeksius.

Sebelum pemaparan materi, moderator menyampaikan informasi bahwa sampai dengan hari Selasa, tanggal 26 Mei 2020 pukul 21.00 WIB ada 12 RS yang sudah menyampaikan survey awal yang akan dibahas pada sesi berikutnya dan mengingatkan kembali ke peserta untuk mengisi evaluasi kickpatrick.

Gde Yulian Yogadhita M.Epid, Apt menyampaikan bahwa logistic merupakan salah satu bidang yang mendukung ICS. Bidang logistic ini termasuk dalam dukungan supaya bisa memberikan dukungan yang efektif dalam layanan. Di Luar negeri sudah bisa memperhitungkan batas ambang kapasitas pelayanan kesehatan sehingga mudah untuk memperkirakan jika terjadi surge capacity sedangkan di Indonesia juga sudah ada dimana data dari RS dikirim ke Dirjen Yankes untuk bisa diperhitungkan kebutuhan. Leader ICS harus mempunyai sense of crisis untuk bisa menterjemahkan data sehingga bisa dipergunakan untuk menghitung kebutuhan.

Masuk diskusi pertama mengenai “Bagaimana alur perencanaan logistic di RS”. RS Sari Mulia diwakili oleh dr. Widodo menyampaikan bahwa RS Sari Mulya sebelum pandemic ada 2 alur yaitu alkes dan non alkes setelah ada pandemic menjadi satu dibawah komando Manajer Pelayanan Medik. Jadi semua kebutuhan yang ada di internal, logistic alkes akan dikoordinasikan dengan manajer Pelayanan Medik. Semua perencanaan, permintaan, evaluasi dan controlling dibuat oleh logistik Kesehatan dan kemudian dilaporkan ke Manajer Pelayanan Medik sebagai komando dan akhirnya menjadi pertimbangan apakah perlu atau tidak dilakukan pembelian, pengeluaran, dan evaluasi. Namun sekarang mengalami kesulitan pengadaan BHP ataupun APD karena harus memesan ke pulau Jawa selain itu juga karena waktu dan tempat dan pertimbangan faktor keamanan karena harus selektif dalam memilih perusahaan yang akan mensupply agar tidak mangkir.

Narasumber memberikan tanggapan kepada RS Sari Mulia bahwa yang terjadi saat ini merupakan lesson learned yang sangat berharga buat kita karena RS akan lebih serius lagi dalam mengimplementasikan ICS, sedangkan untuk quality control akan dibahas sesi berikutnya mulai dari barang datang maupun dari distributornya.

Narasumber melanjutnya pemaparan materi yaitu bagaimana memahami dasar – dasar logistic dalam struktur ICS di RS terkait dengan Penanganan Covid-19. Narasumber menjelaskan bahwa logistik ini bertanggung jawab dalam menyediakan medical suppies, non medical supplies, safety security dan communication. Saat keadaan RS dimana jumlah pasien covid banyak sedangkan pasien umum sedikit bisa dialih fungsikan untuk ruang isolasi ini lah termasuk tanggung jawab dari logistik. Bahkan sampai menyimpan sampel makanan yang didapat dari donasi, menyediakan makanan untuk staf, mencatat APD yang diperoleh dari donasi termasuk pembiayaan. Narasumber mengingatkan kembali pentingnya memiliki juklak baik dalam perencanaan kebutuhan maupun penerimaan dari kebutuhan itu sendiri. Dalam penerimaan bantuan harus ada berita acara serah terima yang didalamnya meliputi tanda tangan kedua belah pihak, spesifikasi, maupun nominal harga. Dan ini harus dicek termasuk kualitasnya oleh bagian logistic karena ini ada hubungannya dengan administrasi nantinya dikemudian hari. SOP ini nantinya menjadi lampiran dalam HDP.

Memasuki diskusi 2 mengenai “SOP yang ada di RS” berdasarkan hasil penugasan sudah ada 3 RS yang mempunyai SOP diantaranya RS Sari Mulia, RS Sis Al Jufri dan RSUD Sultan Imanudin. RS Sis Al Jufri diwakili dr Fara Yuniar mengatakan bahwa RS Sis Al Jufri mempunyai kendala dimana APD terbatas, harga APD naik 30% sehingga terjadi pembengkaan biaya logistik, RS Sis Al Jufri sudah mempunyai SOP donasi, SOP, penyediaan rapid test dan SOP pemakaian APD. Narasumber memberikan tanggapan bahwa memang inilah kendala di daerah mengenai transportasi jadi bisa dicoba ke Dinas Kesehatan atau menggunakan media social untuk mendapatkan bantuan sumber daya dan memperluas jaringan agar bantuan ini tidak hanya satu kali aja melainkan bisa sustainability, sehingga ini merupakan solusi untuk memenuhi APD kemudian bisa dituangkan dalam SOP bagaimana untuk mendapatkan bantuan.

Sesi selanjutnya penyampaian pemakaian APD dan Zona resiko infeksi oleh Sri Purwaningsih, S.Kep. Ners, M.Sc. Beliau menyampaikan bahwa alangkah baiknya RS sudah melakukan simulasi penanganan covid jika terjadi lonjakan kasus sehingga ini bisa untuk membuat proyeksi kebutuhan APD secara standard dan tepat. Jika terjadi kekurangan atau ada pemakaian APD yang tidak sesuai inilah peran dari komite PPI sangat penting. Yang harus diwaspadai dalam covid ini adalah droplet, kontak dan airbone, ini harus diingat karena berkaitan dengan penataan alur zona resiko infeksi. Tujuan RS membuat zonasi ini untuk memutus mata rantai (pasien, petugas dan pengunjung) dan pemakaian APD sesuai kebutuhan.

APD menjadi isu global terkait kebutuhan APD maka diperlukan penghitungan kebutuhan APD dengan menghitung tenaga yang harus ada dengan melihat system penugasan. Untuk menghemat pemakaian APD maka tidak harus DPJP memegang pasien. Prinsip PPI yang harus dipegang seminimal mungkin kontak dengan pasien misalnya monitoring pasien bisa menggunakan CCTV. Pemakaian APD ini berdasarkan analisis resiko. Perhitungan kebutuhan ini nantinya yang akan digunakan oleh IPCN sehingga pemakaiannya bisa menggunakan base efisiensi.

Sesi selanjutnya diskusi diawali dari RSI Pati bagaimana jika RS tidak bisa memisahkan jalur pasien ke laboratorium dan radiologi. Narasumber memberikan tanggapan bahwa manakala poliklinik covid itu dilengkapi fasilitas untuk pengambilan darah jadi nanti spesimennya yang dibawa ke laboratorium sedangkan jika radiologi tidak mempunyai yang mobile paling tidak sudah ada minimalisir pasien untuk ke laboratorium.

Pertanyaan kedua dari RSUD Tarakan menanyakan terkait ketika mendapatkan donasi APD bagaimana pencatatannya apakah harganya juga dicantumkan, logistic itu harus menyediakan makanan untuk staf sedangkan staf RS ada 1000an apakah yang diberikan makan staf yang terlibat saja atau semua staf. Narasumber menanggapi bahwa donasi harus dicatat, penerima donasi itu sudah ditetapkan dan dicatat besarnya, jumlah, jenis dan harganya, dan itu nantinya akan dipublikasikan dan diserahkan bagian gudang dan di bagian gudang juga akan dicatat.

Pertanyaan ketiga dari RS Abdul Moeloek Lampung diwakili dr. Khadafi menanyakan dalam ICS bisa tidak memberikan masukan terkait insentif petugas, terkait zona di UGD sekarang UGD sudah masuk zona merah, bagaimana dalam menghadapi dilemma petugas yang menginginkan APD level 3. Narasumber menanggapi pertanyaan tersebut dengan menjelaskan bahwa di UGD memang sekarang termasuk zona merah sedangkan OKA tidak semua masuk zona merah jadi perlu direview kembali OKA mana yang untuk menangani pasien covid dan yang menangani pasien umum. Untuk nakes yang panik minta APD level 3 maka inilah peran PPI. Jadi PPI melakukan pengaturan pemakaian APD. Terkait masukan intensif ini ICS akan mengantisipasi supaya tidak terjadi kesenjangan.

Pertanyaan keempat dari RS Sari Mulya yang diwakili oleh dr. Widodo menanyakan bagaimana dengan laporan pencatatan rekapan tidak per unit melainkan menyeluruh dan menjadi masukan bagi RS untuk membuat rekapan perunit. Narasumber memberikan tanggapan bahwa perincian tersebut hanya gambaran dari unit kecil saja untuk kompilasi bisa digabung dari unit lain. Bagian logistik RS punya data dari unit-unit RS.

Workshop hari pertama Logistik Dalam Incident Command System (ICS) Penanganan Covid-19 Di Rumah Sakit ditutup dengan moderator menyampaikan untuk penugasan dimulai hari kedua dan hari ketiga akan membahas tentang penugasan tersebut.

Reporter:

  1. Indrawati Wurdianing
  2. Ajeng Choirin

Bapelkes Semarang