Rumah Resilensi Indonesia
Senin -23 Mei
Reportase h-1
Pembelajaran Upaya Kesiapsiagaan Masyarakat dan Perangkat Desa dalam Penanganan Bencana
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Upaya Kesiapsiagaan Masyarakat dan Perangkat Desa dalam Penanganan Bencana di NTT dan NTB”
Dalam rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction ke-7 di Bali pada 23-28 Mei 2022, sebagai bagian dari kegiatan untuk mengangkat pembelajaran dan praktik baik berbagai pihak di Indonesia ke tingkat dunia, Pemerintah Indonesia bersama berbagai lembaga/organisasi non-pemerintah menyelenggarakan Rumah Resiliensi Indonesia (RRI). PKMK FK - KMK UGM bersama Caritas Germany Indonesia turut berkontribusi dalam market place, panggung resiliensi, talkshow, panel pameran, serta World Café yang bertempat di Art Bali - Bali Collection (AB-BC) - Nusa Dua Bali. Salah satu kegiatannya dalam mengkoordinasikan penampilan dari Caritas Germany dalam acara talkshow pada siang, Senin 23 Mei 2022 jam 13.00 WITA yang dimoderatori oleh Lioni Beatrik Tobing. Kegiatan ini berhasil menggali pembelajaran dari upaya pelokalan manajemen bencana melalui peran relawan Tim Siaga Bencana Desa atau TSBD, dibawakan oleh perwakilan KONSEPSI NTB, Hairul Anwar, yang selama ini telah berkontribusi dalam upaya penanggulangan bencana khususnya di wilayah NTB terutama dalam pembinaan masyarakat melalui kegiatan Desa Tangguh Bencana (Destana). Destana merupakan Program Unggulan Pemerintah Provinsi NTB dalam rangka pengurangan risiko bencana yang sulit dilaksanakan secara optimal tanpa ada dukungan dan kerjasama dari semua pihak. kegiatan relawan TSBD ini sungguh besar maknanya untuk menjadikan Destana sebagai gerakan yang mengarah kepada kemandirian dan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana.
Dalam situasi bencana, fasilitas dan layanan kesehatan menjadi kunci utama untuk mengurangi dampak kesehatan akibat bencana dan pandemi. Pengalaman Indonesia dalam menghadapi bencana alam, bencana non alam maupun bencana alam selama pandemi, memberikan banyak pelajaran untuk menguatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanganan bencana. Selama pandemi, disebutkan bahwa masyarakat turut andil dalam pencegahan penularan kasus COVID-19, peran perangkat desa dalam upaya kedisiplinan untuk mengikuti prokes juga diperlukan. Sementara dari Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM yang diwakili oleh Petrus Tanmenu Naibobe, membahas peran dari forum pengurangan risiko bencana dalam sinkronisasi rencana pengurangan risiko bencana dalam RPJMDES dan RKPDES. YMTM bekerja sama dengan Caritas Germany menyelenggarakan pelatihan Desa Tangguh Bencana dan Tanggap Darurat bagi fasilitator di kabupaten Timor Tengah Utara – NTT, pelokalan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tim Destana terhadap penanggulangan dan pengurangan risiko bencana, meningkatkan kemampuan untuk melakukan kajian bencana partisipatif dan pengembangan sistem peringatan dini serta mampu menyusun rencana kontigensi dalam upaya penanggulangan dan pengurangan risiko bencana. Sehingga dihasilkan fasilitator yang siap memfasilitasi masyarakat untuk menyiapkan diri dalam menghadapi bencana dan mencegah atau mengurangi terjadinya bencana. Selain itu, juga untuk membangun kerjasama multi pihak mulai dari tingkat desa hingga kabupaten. Tujuannya ialah menyuarakan kepentingan masyarakat terkait isu bencana kepada para pengambil kebijakan. Harapannya agar kebijakan yang dibuat dapat mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dalam upaya penanggulangan dan pengurangan risiko bencana.
Agenda kegiatan GPDRR yang lain dan beberapa kelas yang dapat diikuti secara online melalui https://globalplatform.undrr.org/programme/agenda-during
Untuk melihat seluruh organisasi yang terlibat dan bahasan pembicara silakan kunjungi https://rumahresiliensiind.wixsite.com/my-site-2
Reporter : Gde Yulian Yogadhita
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM
Selasa - 24 Mei
Reportase Hari Kedua
Panggung Resiliensi Indonesia Difasilitasi oleh MC PKMK FKKMK UGM Sebagai Bagian dari kemitraan dengan Caritas Germany
Selasa, 24 Mei 2022
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Stand Pameran Mitra Caritas Germany di Rumah Resiliensi Indonesia”
Masih dalam rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction ke-7 di Bali pada 23-28 Mei 2022, Pemerintah Indonesia bersama berbagai lembaga/organisasi non-pemerintah menyelenggarakan Rumah Resiliensi Indonesia (RRI). PKMK FK - KMK UGM bersama Caritas Germany Indonesia turut berkontribusi salah satunya dalam panggung resiliensi. Hari kedua, PKMK dan mitra berkontribusi menjadi MC (dr Satrio Pamungkas mewakili PKMK dan Caritas Germany) dalam acara panggung resiliensi, pada Selasa 24 Mei 2022 sesi pagi, memfasilitasi beberapa institusi berikut dalam menyampaikan kontribusinya terhadap resiliensi bencana. Narasumber pertama dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dengan topik Addresing Ecological Disaster into Disaster Policy in Indonesia dengan narasumber Satrio Manggala. Kemudian dilanjutkan oleh Habitat for Humanity Indonesia dengan topik Youth Empowerment In Promoting Disaster Risk Reduction and Climate Change Awareness Through Enhancing Knowledge, Skill And Resource Mobilization dengan narasumber Andreas Hapsoro. Dilanjutkan dengan progam Kemitraaan Australia
Indonesia SIAP SIAGA yang mengadakan talkshow bertema Gunung Berapi Knowledge Sharing dengan moderator Kanjeng Pangeran Notonegoro sebagai Strategic Adviser SIAP SIAGA dan menghadirkan perwakilan BNPB, Kepala Program SIAP SIAGA Sofyan Safrizal. Event selanjutnya adalah paparan dari Yayasan Relief Islami Indonesia dengan judul Sharing Experiences in Deepening Sub-national Resilience Efforts integrating the Role of Faiths Leaders and Religious Places in Disaster Risk Reduction in Central Sulawesi dengan pembicara Teuku Candra Kirana sebagai Programme Advisor Islamic Relief Indonesia, Asroel Repadjori sebagai Kepala BPBD Sigi, dan Mutmainah Korona sebagai anggota Forum PRB Kota Palu. Kemudian dilanjutkan Pusdiklat BNPB yang berkolaborasi dengan BMKG dengan topik Indonesia Tsunami Ready Recognition dengan narasumber Resty Herdiani Rahayu, SST, M.DM danMuhamad Harvan, ST, dan topik BMKG Resilient Airport dengan naras umber Mila Apriani, S.Tr, M.Si dan Gloria Simangunsong, S.Si. Even kemudian dilanjutkan oleh Catholic Relief Services yang mengambil topik DRR Financing: SILC A self-financing mechanism for resilience dengan narasumber Yohanes Edu Mungga and Helmi Hamid dan sesi pagi ditutup dengan pemaparan oleh Atma Connect mengenai COVID-19 response oleh Alfan Kasdar. Detail mengenai topik dan abstrak dari topik yang dibawakan dapat dilihat secara lebih detail di calendar of events yang dapat diunduh di tautan berikut: https://rumahresiliensiind.wixsite.com/my-site-2/blank-1 .
Dokumentasi kegiatan Arsip Video
Agenda kegiatan GPDRR yang lain dan beberapa kelas yang dapat diikuti secara online melalui https://globalplatform.undrr.org/programme/agenda-during
Untuk melihat seluruh organisasi yang terlibat dan bahasan pembicara silakan kunjungi https://rumahresiliensiind.wixsite.com/my-site-2
Reporter : Gde Yulian Yogadhita
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM
Rabu - 25 Mei
Kunjungan Presiden Republik Indonesia ke Stand Pameran Mitra Caritas Germany di Hari Ketiga Rumah Resiliensi Indonesia
Stand Pameran Mitra Caritas Germany di RRI
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Presiden Joko Widodo Berkunjung ke Stand Pameran Mitra Caritas Germany di Rumah Resiliensi Indonesia”
Global Platform for Disaster Risk Reduction ke-7 secara resmi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo pada 25 Mei 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), dalam pembukaannya Jokowi berpesan bahwa sebagai negara yang rawan bencana, Indonesia mempunyai akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang bisa menjadi pelajaran penting bagi dunia. Namun, Indonesia juga sangat ingin belajar dari pengalaman internasional. Sejalan dengan niat berbagi pengalaman oleh Indonesia, Jokowi mengunjungi stand pameran Rumah Resiliensi Indonesia yang bertempat di Gedung eksebisi Art Bali – Bali Collection (ABBC) dan berkesempatan untuk mengunjungi stand pameran mitra Caritas Germany yang berisikan kolaborasi dari tujuh lembaga termasuk PKMK FK - KMK UGM yang didanai oleh Caritas. Dalam kunjungannya, Jokowi membubuhkan tanda tangan di daftar hadir sebagai dukungan atas aktivitas berbagi best practice pelokalan usaha pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “tim TOGETHER melakukan wawancara panel pameran di studio mini Rumah Resiliensi Indonesia”
Pada sesi siang hari, tim TOGETHER yang diwakili oleh Direktur Yayasan Panorama Alam Lestari (YPAL) Yopi Hari dan Direktur Yayasan Pelangi Maluku, Rosano Pentury,S.Pd.,M.Si berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan tim media BNPB dan Pujiono Center dengan host Vincentia Angelique dan Sri Hari Murti Faldy Trihatmo, wawancara ini mengambil topik “Dukungan Program TOGETHER dalam Upaya Memperkuat Jaringan Organisasi Lokal untuk Kesiapsiagaan Kebencanaan di Indonesia” yang dilakukan bersama. Kegiatan berlangsung di studio mini Rumah Resiliensi Indonesia dan dokumentasinya dapat diputar kembali di sini
Dokumentasi kegiatan https://www.youtube.com/watch?v=ibqYXwgKiWI&ab_channel=BNPBIndonesia
Reporter : Gde Yulian Yogadhita
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM
Kamis - 26 Mei
Kegiatan PKMK FK-KMK UGM dan Mitra Caritas Germany di Hari Kempat Penyelenggaraan Rumah Resiliensi Indonesia
Panggung Resiliensi Rumah Resiliensi Indonesia
Rabu, 26 Mei 2022
Dok. PKMK FK - KMK UGM
Di hari keempat pelaksanaan Rumah Resiliensi Indonesia yang menjadi acara pelengkap Global Platform for Disaster Risk Reduction ke-7 secara resmi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo pada 25 Mei 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) kemarin. PKMK FK-KMK UGM mendapat kesempatan untuk berbagi best practice pelokalan usaha pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana di panggung resiliensi Bersama dengan KUN dan MDMC di agenda PR39 dengan topik “Response of Health Services in Remote Areas and Strengthening of Health Office Disaster Plan”. Salah satu pendiri KUN yang menjadi pembicara di kesmpatan ini, dr Chandra Sembiring, menyampaikan bagaimana tim disaster medical team (DMT) mereka melakukan pelayanan kesehatan di daerah yang sulit dijangkau, kemudian perwakilan MDMC, dr Ahmad Muttaqin Alim, SpAn, EMDM, membagi konsep rumah sakit aman bencana dan pengalaman RS Muhammadiyah Bantul dalam menangani Covid-19. Peneliti PKMK FK-KMK UGM, apt Gde Yulian Yogadhita, MEpid., menambahkan bahwa sebagai akademisi, PKMK UGM berinisiatif untuk “connecting the dot” bagaimana pelayanan di perifer tersambung dengan system rujukan rumah sakit dan masuk ke dalam sebuah grand design system pelayanan kesehatan yang paripurna saat bencana dalam sebuah rencana kontingensi kesehatan yang disusun oleh dinas kesehatan propinsi maupun kabupaten/kota. Inisiatif ini kemudian terlaksana salah satunya berkat pendanaan dari Caritas Germany.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Tangkapan Layar Rumah Resiliensi Day-4 dari Youtube Channel BNPB Indonesia https://youtu.be/-V18f3a9Lxs?t=13098”
Pada sesi selanjutnya, Direktur Caritas Germany Indonesia, Cipto Priyo Leksono menjadi moderator dalam Talkshow K dengan topik “The role of faith-based organization in empowering local humanitarian actors for an effective response and coordination in COVID-19 response, resilience building, and Build Back Better”. Pembicara dalam acara ini adalah Pangarso Suryotomo, Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Romo Fredy Rante Taruk dari Caritas Indonesia, Surya Rahman Muhammad Direktur Eksekutif Humanitarian Forum Indonesia dan Helmi Hamid, Program Manager dari Catholic Relief Services (CRS). Dari diskusi disepakati bahwa organisasi lokal adalah pemberi bantuan pertama dalam keadaan bencana, dan lembaga-lembaga keagamaan seringkali menjadi tempat pertama yang memberikan perlindungan. Dengan kapasitas yang signifikan untuk memobilisasi sumber daya, didorong oleh solidaritas, kasih sayang, dan pemahaman yang mendalam tentang konteks lokal. Melalui inisiatif yang dipimpin oleh masyarakat, masyarakat yang terkena dampak bencana yang berkepanjangan menjadi lebih tangguh dan mendorong pemulihan mandiri. Dalam perspektif ini, partisipasi efektif dan inklusi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan, akuntabilitas kepada orang-orang yang terkena dampak dan pengakuan kemampuan lokal adalah kunci untuk pengurangan risiko bencana dan pembangunan ketahanan. BNPB siap untuk berperan sebagai wadah koordinasi actor-aktor kemanusiaan dan terutamanya akan lebih meningkatkan peran organisasi kemanusiaan berbasis keagamaan dalam kesiapsiagaan bencana dan pelokalan kapasitas pengurangan risiko bencana.
Dokumentasi Video kegiatan (https://www.youtube.com/watch?v=ibqYXwgKiWI&ab_channel=BNPBIndonesia )
Agenda kegiatan GPDRR yang lain dan beberapa kelas yang dapat diikuti secara online melalui https://globalplatform.undrr.org/programme/agenda-during dan tautan Zoom untuk kegiatan Panggung Resiliensi dan Talkshow pada link berikut https://us02web.zoom.us/meeting/register/tZcqcOugpjsrHNRW0MPlkQZkWu1VCp0gHpDw.
Untuk melihat seluruh organisasi yang terlibat dan bahasan pembicara silakan kunjungi https://rumahresiliensiind.wixsite.com/my-site-2
Reporter : Gde Yulian Yogadhita
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM
Jumat - 27 Mei
Reportase
Kegiatan PKMK FK - KMK UGM dan Mitra Caritas Germany di Hari Ke-lima Penyelenggaraan Rumah Resiliensi Indonesia
Panggung Resiliensi Rumah Resiliensi Indonesia
Jumat 27 Mei 2022
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Tangkapan Layar Rumah Resiliensi Day-4 dari Youtube Channel BNPB Indonesia https://youtu.be/-V18f3a9Lxs?t=5192 ”
Di hari kelima pelaksanaan Rumah Resiliensi Indonesia yang menjadi acara pelengkap Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 beberapa dari stand sudah ditutup seiring dengan penutupan GPDRR yang akan dilangsungkan di sore harinya. Di hari kelima ini Rumah Resiliensi diserbu oleh para pelajar dari SD 1 dan 2 Tanjung Benoa dan SMP dan SMA di sekitar Nusa Dua. Kesempatan ini digunakan untuk mengedukasi para adik - adik pelajar yang berkunjung ke stand mitra Caritas Germany yang kebetulan sedang dijaga oleh tim dari PKMK FK - KMK UGM bersama dengan YMTM dan Caritas Germany akan pengetahuan dasar tentang kebencanaan. Bagi mereka yang menjawab benar dan mengisi buku tamu, mendapatkan souvenir menarik yang sudah dipersiapkan.
Pada sesi siang hari, mitra Caritas Germany yaitu Yayasan Mitra Alam dan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Klaten (PPDK) mengisi acara Talkshow K di Panggung Resiliensi yang mengangkat topik “Marginal Issues with Disabilities and PLWHA in Handling Natural and Non-Natural Disasters” Bersama YAKKUM dan KPPA. Berdasarkan pengalaman Yayasan Mitra Alam yang pada Talkshow -ini diwakili oleh Ligik Triyogo, SE sebagai Direktur Pelaksana. Dalam pendampingan kelompok pendukung Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dan pelaksanaan tanggap darurat COVID-19 untuk 1.072 ODHA dan 40 Anak dengan HIV dan AIDS di 13 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, ODHA merupakan salah satu kelompok masyarakat paling berisiko yang memerlukan perhatian khusus pada saat kondisi bencana. Untuk dapat memberikan dukungan intervensi sesuai dengan kebutuhannya, diperlukan keterlibatan komunitas ODHA sebagai relawan dalam tanggap bencana. Ini adalah langkah awal yang harus dilakukan untuk mengembangkan tim tanggap darurat atau program pengurangan risiko bencana untuk kelompok ODHA. Intervensi program harus dilakukan bersama - sama dengan penguatan organisasi masyarakat dan keterlibatan aktif peran masyarakat dalam program. Penting untuk mengarusutamakan isu ODHA dan kelompok paling berisiko lainnya dalam program PRB dan penyusunan rencana kontinjensi daerah. Intervensi tindak lanjut program mata pencaharian diperlukan bagi ODHA yang terkena dampak kehilangan mata pencaharian. Perlu penguatan organisasi ODHA rentan lainnya dalam penanggulangan bencana
Dok. PKMK FK - KMK UGM ““Tangkapan Layar Rumah Resiliensi Day-5 dari Youtube Channel BNPB Indonesia https://youtu.be/GFtq92AoLIE?t=12892 .
Pembicara selanjutnya, Sekretaris Unit Layanan Disabilitas BPBD Klaten, Warsito, menceritakan tentang proses pembentukan ULP BPBD di Klaten sejak 2017 lalu. Pembentukan ULD BPBD Klaten merujuk pada Perka BNPB No. 14/2014 tentang Penanganan, Perlindungan, dan Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana. Hal ini didasari bahwa dalam kebencanaan disabilitas juga berpotensi menjadi sukarelawan kebencanaan jika mendapat pelatihan. Membentuk sukarelawan difabel itulah yang menjadi salah satu kegiatan ULD BPBD Klaten selain menyosialisasikan kegiatan mitigasi bencana terutama untuk penyandang disabilitas. Ke depannya Warsito berharap untuk teman teman disabilitas dapat diberikan peluang pada bidang lain melalui dibentuknya ULD BPBD Klaten. Peningkatan kapasitas teman-teman disabilitas diperlukan untuk memandirikan mereka untuk memaksimalkan potensinya.
Agenda kegiatan GPDRR yang lain dan beberapa kelas yang dapat diikuti secara online melalui https://globalplatform.undrr.org/programme/agenda-during dan tautan Zoom untuk kegiatan Panggung Resiliensi dan Talkshow pada link berikut https://us02web.zoom.us/meeting/register/tZcqcOugpjsrHNRW0MPlkQZkWu1VCp0gHpDw.
Untuk melihat seluruh organisasi yang terlibat dan bahasan pembicara silakan kunjungi https://rumahresiliensiind.wixsite.com/my-site-2
Reporter : Gde Yulian Yogadhita
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM
Sabtu - 28 Mei
Kegiatan PKMK FK - KMK UGM dan Mitra Caritas Germany di Hari Keenam
Panggung Resiliensi Rumah Resiliensi Indonesia
Sabtu 28 Mei 2022
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Tangkapan Layar Rumah Resiliensi Day-6 dari Youtube Channel BNPB Indonesia https://youtu.be/-V18f3a9Lxs?t=5192 ”
Dalam sesi terakhir penyelenggaraan Rumah Resiliensi Indonesia (RRI) pada hari terakhir (keenam), apt Gde Yulian sebagai perwakilan PKMK FK-KMK UGM bertugas menjadi MC cadangan dari Ketua Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana Indonesia (Planas PRB), Ninil Jannah. Acara ini dimulai paparan BMKG dengan topik Sistem Peringatan Dini Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan (SPARTAN) oleh Miming Saepudin, yang dilanjutkan dari U-INSPIRE Indonesia dengan topik Outsmarting Disaster: Decentralized knowledge for resilience village oleh Hilman Arioaji dan Wina Natali. Selanjutnya talkshow dari dari Wahana Visi Indonesia (Amertiaa Reesia, Indah Syakirana, Galvin Putra) yang dimoderatori oleh Ngurah Agung tentang Child and Youth Action on Disaster Risk Reduction and Climate Change through Digital Campaign, Citizen Voice and Action, and Waste Management. Dilanjutkan oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Timur yang mengangkat topik The Role of FPRB Jatim to develop Destana as DRR Program in East Java sebagai event selanjutnya yang disambung dengan presentasi oleh Gilang Aria Seta dari World Food Programme tentang PRISM INDONESIA: Combining remote sensing and vulnerability data for risk and impact. Acara panggung resiliensi di RRI ditutup oleh talkshow Program Kemitraaan Australia - Indonesia SIAP SIAGA dan Pemprov Bali dengan narasumber Diyah Perwitosaridan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin yang mengangkat topik "Local Leadership and Partnership in DRR".
Dok. PKMK FK - KMK UGM: Sestama BNPB, Lilik Kurniawan, ST, MSi yang merupakan anggota KAGAMA dari Teknik Geodesi UGM berfoto Bersama tim PKMK FK-KMK UGM yang menjadi salah satu mitra Caritas Germany di stand pameran Rumah Resiliensi Indonesia (RRI) pada penutupan RRI Sabtu, 28 Mei 2022.
Rangkaian acara GPDRR ditutup kemarin, Kamis 27 Mei 2022 oleh Kepala BNPB dan RRI pun menyusul ditutup hari ini oleh Sekertaris Utama BNPB, Lilik Kurniawan, ST., MSi. BNPB menyampaikan rasa bangga terhadap keberlangsungan RRI ini karena banyak Lembaga dari pemerintah, non pemerintah dan lembaga internasional berpartisipasi dalam event di Rumah Resiliensi ini, kolaborasi dari seluruh elemen membuat Indonesia tangguh menghadapi bencana. Pihaknya juga menambahkan RRI ini dibuka oleh Menko PMK dan dikunjungi Presiden Jokowi sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap karya nyata aktor kemanusiaan nasional dan lokal. Ke depannya, pada 2025 di Genewa akan ditanyakan kembali tentang bagaimana progress pencapaian Bali Agenda sebagai hasil rekomendasi GPDRR ke-7 dan semoga seluruh aktor kemanusiaan nasional selalu bersinergi dan aktif berkolaborasi dalam mengawal sejumlah agenda tersebut.
Dokumentasi kegiatan (https://www.youtube.com/watch?v=ibqYXwgKiWI&ab_channel=BNPBIndonesia )
Agenda kegiatan GPDRR yang lain dan beberapa kelas yang dapat diikuti secara online melalui https://globalplatform.undrr.org/programme/agenda-during dan tautan Zoom untuk kegiatan Panggung Resiliensi dan Talkshow pada link berikut https://us02web.zoom.us/meeting/register/tZcqcOugpjsrHNRW0MPlkQZkWu1VCp0gHpDw.
Untuk melihat seluruh organisasi yang terlibat dan bahasan pembicara silakan kunjungi https://rumahresiliensiind.wixsite.com/my-site-2
Reporter : Gde Yulian Yogadhita
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM
GPDRR 2022
Preparatory Days
Senin - 23 Mei
Third Multi-Hazard Early Warning Conference (MHEWC-III)
Bali International Convention Center
Pada 23 dan 24 Mei 2022 Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) merupakan hari - hari persiapan dimana salah satu agendanya terdapat the Third Multi-Hazard Early Warning Conference (MHEWC-III). Senin (23 Mei 2022) salah satu sesi MHEWC-III yaitu learning event yang berjudul: “Are our ealy warning systems effective?”. Terdapat tiga narasumber yang memaparkan idenya, yaitu Dr. Dakui Wang dari Kementrian Sumber Daya Alam (natural resources) Republik Rakyat Tiongkok, Dr. Subbiah selaku direktur RIMES dan perwakilan ADPC, dan Dr. Carina Fearnley selaku Direktur UCL Warning Research.
Wang menyampaikan pengalaman negaranya menghadapi bencana maritim yang mana menghabiskan banyak biaya dan memakan banyak korban jiwa. Untuk mencegah hal tersebut, survey dilakukan lalu menilai seberapa besar cakupan risiko bencana tersebut, hasilnya sebagian besar risiko mencakup tingkat provinsi hingga negara. Lalu dicoba dilakukan perkiraan bahaya bencana maritim (marine hazard forecasting). Data - data yang didapatkan selanjutnya diolah dan dikomunikasikan dengan pihak terkait melalui konsultasi video (national marine forecasting video consultation). Informasi yang telah diolah tersebut disebarluaskan melalui berbagai media seperti televisi, koran, pesan singkat, situs internet, dan lain - lain. Untuk meningkatkan kesiapan dan mensosialisasikan bentuk respon bencana, dilakukan edukasi kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan dan kunjungan ke kantor - kantor terkait.
Subbiah memaparkan tentang pengalamannya terkait sistem peringatan dini selama pandemi COVID-19. Subbiah mengatakan bahwa dukungan teknologi informasi di daerah terpencil diperlukan untuk menyebarluaskan informasi. Strategi yang pernah dilakukannya adalah dengan pesan suara sehingga dapat menjangkau daerah yang paling ujung untuk menyampaikan informasi yang penting.
Terakhir, Carina Fearnley yang menyampaikan topik “Enhancing Warning Effectiveness”. Carina menyampaikan ada 4 karakteristik dari sistem peringatan: akurasi, fleksibilitas, aktualitas, transparansi. Lalu ada 4 komponen sistem peringatan dini, antara lain pengetahuan terkait risiko, pengawasan dan peringatan, penyebaran informasi dan komunikasi, kapabilitas respon. Menurut Carina, tipe peringatan dapat dibagi menjadi permanen, antisipatif, dan responsif. Peringatan yang bersifat permanen dilakukan oleh sistem yang sudah terautomatisasi tanpa masukan data dari manusia, dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui adanya potensi bencana, contohnya adalah Common Alerting Protocol, sistem observasi bumi. Sedangkan peringatan antisipatif dilakukan ketika terdapat potensi bencana yang mengancam sebagai contoh peringatan erupsi gunung berapi, peringatan ini dapat berbasis komunitas yaitu sistem peringatan tradisional dan “alert level systems”. Peringatan responsif ketika suatu kejadian sudah terjadi seperti peringatan tsunami, seperti sirine atau sinyal, dan juga dapat berupa sistem peringatan berbasis komunitas. Narasumber juga menekankan untuk mengintegrasikan berbagai hal seperti integrasi strategi, integrasi “silo”, karena kita tidak dapat bekerja secara sendiri - sendiri, dibutuhkan kerja sama. Pihaknya menyampaikan perlunya mengajak publik untuk ikut serta agar masyarakat juga dapat mengenali dan meningkatkan kebiasaan kesiapan, respon, dan aksi terhadap peringatan dini. Oleh karena itu, diperlukan proses sosial untuk meningkatkan efektivitas sistem peringatan ini.
Pada sesi berikutnya yang berjudul “Early Warning Systems driven by Risk Information” diisi oleh beberapa narasumber. Pengantar yang diberikan oleh moderator berisi bahwa identifikasi risiko merupakan hal yang vital. Informasi risiko bencana merupakan hal yang penting agar nantinya informasi ini dapat digunakan untuk mendesain, menerapkan, dan meningkatkan sistem peringatan dini multi bencana yang berfokus pada masyarakat.
Pada kegiatan ini disampaikan perkembangan teknologi terbaru yang dalam hal sistem peringatan dini. Salah satunya yang mutakhir adalah teknologi luar angkasa yang memungkinkan kita dapat melihat bumi dari atas sehingga pengamatan dapat dilakukan lebih detil dan perbaruan informasi dilakukan lebih cepat. Selain itu terdapat teknologi waveform dan radionuclide.
Dr. Shirish Ravan menjelaskan tentang perkembangan teknologi luar angkasa yang bisa berperan dalam memantau adanya risiko bencana yang tidak terlihat. Pengamatan dari luar angkasa memberikan informasi risiko berbasis bukti, dapat memprediksi dan menghitung risiko yang tidak tampak secara kasat mata. Selain itu, juga dapat mengawasi dampak dari bencana seperti kebakaran hutan. Teknologi ini membuat kita menyadari adara risiko bencana yang berkemungkinan kecil namun berdampak besar. Di akhir penjelasannya, Ravan memberikan para audiens sebuah pertanyaan, jika ada bencana akibat asteroid, apakah kita siap?
Pembicara berikutnya, Dr. Agie Wandala Putra dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan terdapat perubahan paradigma pada sistem peringatan publik yaitu menjadi peringatan berdasarkan risiko, perkiraan berdasarkan dampak bencana, dan sistem peringatan yang berdasarkan pengguna. Bergeser dari bagaimana ramalan cuaca menjadi apa dampak dari cuaca tersebut (peringatan dampak). Pembicara terakhir adalah Sharon Bhagwan-Rolls yang menekankan perlunya inklusivitas terhadap gender dan berpesan bahwa perlunya ada pergeseran ke arah akses yang bisa didapat oleh perempuan. Kesimpulannya, sistem peringtan dini multi bencana harus berfokus pada masyarakat, gender-responsive, inklusif, mudah diakses, dan menyasar seluruh kelompok masyarakat.
Reporter:
Satrio Pamungkas
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, PKMK UGM
Selasa - 24 Mei
Whole of Society Approach in Implementing the Sendai Framework
Pada hari kedua, terdapat dua sesi yang kami ikuti yaitu salah satu sesi World Recovery Conference (WRC) yang bertopik tentang pembiayaan antisipatif untuk pemulihan bencana dan sesi Whole of Society Approach in Implementing the Sendai Framework. Kedua sesi ini diadakan di Bali International Convention Center dari siang hingga sore hari. Pada kedua sesi ini, diundang pembicara dari beberapa negara dan organisasi.
Pembicara pertama adalah Cristel Pratt, asisten sekretaris jendral OACPS. Cristel menyampaikan tentang instrumen pendanaan yang bersifat antisipatif. Ia juga menjelaskan bahwa diperlukannya jaringan pengaman sosial. Pemateri selanjutnya berasal Pakistan, Aisha Jamshed, menyampaikan kondisi di negaranya bahwa sering terjadi bencana sehingga pemerintah dan masyarakat selalu siap untuk hal tersebut. Sistem pembiayaan di negaranya didukung oleh para pemangku kebijakan yang telah terintegrasi. Sistem ini didukung oleh data saintifik yang baik dari para peneliti dan akademisi. Data yang baik tersebut menjadi dasar untuk mengajukan permohonan dana dan dapat mempersingkat waktu karena sudah diantisipasi sebelum bencana terjadi. Aisha mengatakan bahwa tantangannya adalah skalabilitas, yaitu kemampuan sebuah sistem untuk berkembang lebih besar lagi.
Antisipasi merupakan inti dari pengurangan risiko bencana. Salah satu diskusi di sesi ini diawali dengan pengalaman di Bangladesh yang mana dampak siklon membuat membuat pemulihan lebih lama dan boros sehingga diperlukan dana untuk peningkatan infrastruktur. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa organisasi non pemerintah lebih cepat dalam pengeluaran dana dibanding pemerintah sendiri, perlu adanya langkah cepat (fast-track). Sesi ini ditutup dengan salah satu pertanyaan bagaimana mereintegrasi langkah antisipasi dan pembiayaan ke dalam proses pengurangan risiko bencana?
Sesi berikutnya implementasi kerangka kerja Sendai dari pendekatan masyarakat. Sesi ini diisi oleh pembicara dengan berbagai macam aspek. Satu pembicara menyampaikan kaitan dunia bisnis dalam implementasi kerangka kerja Sendai. Terry Otieno, dari Sendai Children and Youth Stakeholder Group, menekankan pentingnya mengikutsertakan anak - anak dan pemuda dalam implementasi kerangka kerja ini, lalu penting juga untuk membuat kebijakan yang berfokus pada anak muda, yang inklusif untuk mereka dan penyandang disabilitas. Phoebe Wafubwa Shikuku, penasihat DRR dan Forecast Financing, mengatakan organisasi lokal dan nasional merupakan kunci untuk berkontribusi pada pengurangan risiko bencana dan meningkatkan resiliensi.
Ghada Ahmadein dari READ, berpesan untuk diadakan lokalisasi kerangka kerja Sendai yang mengadopsi pendekatan antar generasi untuk pengurangan risiko bencana. Manajemen risiko bencana perlu dimasukkan ke dalam sistem pendidikan. Nina Birkeland menyatakan perlunya bekerja lintas “silos”, interkoneksi, bekerja sama karena penerapan kerangka kerja ini membutuhkan dukungan banyak pihak.
Sesi ditutup oleh pesan dari Debora Comini, perwakilan UNICEF. Debora menginginkan untuk mendorong kaum muda agar lebih banyak berperan dalam hal ini karena merekalah yang akan merasakan dampaknya di masa depan. Debora berharap kaum muda dapat berpartisipasi secara bermakna. Kaum muda diikutsertakan dalam pembuatan kebijakan dan pemangku kebijakan perlu mendengar aspirasi dari kaum muda ini.
Reporter: Satrio Pamungkas
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, PKMK UGM
GPDRR
Rabu - 25 Mei
Kelas 1
Reportase Opening Global Platform on DRR
Bali Nusa Dua Convention Center
25 Mei 2022
Pembukaan 7th session of Global Platform on Disaster Risk Reduction diawali dengan persembahan puisi oleh Emtithal Mahmoud, seorang penyair dan aktivis asal Sudan. Puisinya berisi pesan agar kita saling berinovasi dan berkolaborasi serta mengikutsertakan semua orang. Mahmoud juga menegaskan banyak orang yang tersingkirkan dari daerah asalnya karena konflik, lalu ia menutup dengan pertanyaan “If this land could speak, how this world end? I don’t want to find out”. Sambutan pertama disampaikan oleh Mami Mizutori, Special Representative of Secretary-General for Disaster Risk Reduction. Mami menyampaikan bencana sering terjadi dan kita hidup dalam periode yang merupakan akibat dari bencana - bencana tersebut. Meskipun terdapat masalah perubahan iklim, pertumbuhan populasi pada area perkotaan, kesenjangan hak asasi manusia, kita semua beraksi untuk mengatasinya, hal itu menunjukan bahwa jiwa kemanusiaan tidak surut. Semangat itu ditambah rasa solidaritas yang tinggi dan proses kemitraan yang baik, kita dapat tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih resiliens.
Kiri atas: Presiden Joko Widodo; kanan atas: Amina Mohammed; kiri bawah: Abdulla Shahid; kanan bawah: Emtithal Mahmoud
Amina Mohammed, Deputi Sekretaris Jenderal PBB, memberikan pengantar bahwa Indonesia mengajarkan dunia dalam pengurangan risiko bencana dan melakukan langkah nyata menangani perubahan iklim. Saat ini, masyarakat dunia sedang merasakan dampak dari perubahan iklim, hal ini merupakan kesempatan untuk membuat kebijakan yang awalnya berfokus pada risiko berubah menjadi bersifat resiliens, dan paling utama yaitu tidak meninggalkan siapapun. Harapan ke depannya, setiap orang di muka bumi memiliki akses sistem peringatan dini dari bencana yang ada di sekitarnya. Abdulla Shahid, presiden pertemuan ke-76 UN General Assembly, menyampaikan bahwa saat ini sedang terjadi krisis iklim di bumi. Ke depannya, setiap tindakan dan langka yang kita ambil harus penuh pertimbangan terhadap masalah iklim. Saat ini merupakan momen bagi pihak pemerintah untuk berfokus pada pengurangan risiko bencana, berkomitmen terhadap pengurangan risiko bencana melalui semua lini kebijakan maupun praktis karena pengurangan risiko bencana berhubungan dan berdampak kepada semua orang. Abdulla mengajak secara bersama - sama kita bisa membuat bumi lebih aman untuk semua.
Presiden Joko Widodo membuka acara ini sekaligus memberikan pidato. Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi bencana, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, hingga kebakaran hutan dan lahan. Dalam penanganan pandemi COVID-19, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan dinamis sesuai kondisi terbaru, kebijakan “gas dan rem” yang bertujuan menjaga keseimbangan dari sisi kesehatan dan ekonomi. Pemerintah Indonesia menawarkan konsep resiliensi berkelanjutan untuk menjawab tantangan semua bentuk bencana, yaitu pertama, harus memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana; kedua, berinvestasi dalam sains, teknologi, dan inovasi, termasuk dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi; ketiga, membangun infrastruktur yang tangguh bencana dan tangguh perubahan iklim; keempat, berkomitmen untuk mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal.
Di akhir pidatonya, Presiden Jokowi berpesan bahwa pengurangan risiko bencana merupakan investasi efektif untuk mencegah kerugian di masa depan dan Ia menyatakan Indonesia siap berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam mitigasi bencana. Ia mengajak untuk bekerja sama dalam mitigasi risiko bencana untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Sesi berikutnya berjudul “When conflict, climate change and COVID19 collide: building resilience in complex emergencies” yang merupakan side event dari agenda GPDRR. Acara ini berfokus pada permasalahan komplek yang dihadapi Negara - negara Afrika dan diisi oleh perwakilan Palang Merah Dunia, Palang Merah Malagasy, Palang Merah Mali, Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Perkembangan Jerman, Bank Dunia, dan Kementerian Urusan Kemanusiaan dan Manajemen Bencana Sudan Selatan.
Pembicara pertama, Andoniaina Ratsimamanga, menyampaikan hal yang pernah dilakukannya di Malagasy yaitu membentuk jaringan relawan, mengadakan kegiatan sosial yang mengajak sekaligus mendorong masyarakat dalam penanganan bencana di negaranya. Pada aspek penerapan peringatan dini, badan yang mengawasi perubahan cuaca setempat telah menyebarluaskan informasi prakiraan cuaca ke masyarakat hingga ke daerah terpencil. Dalam penanganan pandemi COVID-19, Andoniaina menyatakan mereka memberikan sosialisasi kepada publik tentang cara penularan dan pencegahan virus SARS-CoV-2. Mereka juga bekerja sama dengan pemerintah lokal dalam berbagai hal dan melakukan vaksinasi untuk penduduk setempat. Terakhir, Andoniaina berpesan langkah - langkah persiapan bencana yang dapat dilakukan antara climate-smart action, reforestasi pada level komunitas, dan pengelolaan hutan.
Materi kedua disampaikan oleh Daniel O’Malley yang mengatakan bahwa konflik di satu negara merupakan bagian dari suatu kompleksitas bencana yang sedang dialami. Selain itu, saat ini lebih dari 20 negara rentan terhadap dampak perubahan iklim. Pandemi COVID-19 memberikan dampak secara sosial dan ekonomi. Ia mengatakan perlu adanya penghubung antara pihak pemberi bantuan kemanusiaan, pihak internasional, dan pemerintah lokal.
Selanjutnya, Nouhum Maiga, Sekretaris Jendral Palang Merah Mali, menyampaikan kondisi di negaranya terdapat kelompok islam jihadis yang mereka membakar rumah dan pertanian penduduk lokal, akibatnya lebih dari 6 tahun warga - warga setempat harus mengungsi dan tidak bisa bercocok tanam padahal sebagian besar dari mereka adalah petani. Mereka yang mengungsi terdiri dari sedikitnya 400.000 keluarga dan lebih dari 4 juta orang tertekan akibat kondisi tersebut. Akibat konflik ini, akses yang diperlukan komunitas menjadi semakin sulit. Sekarang, Ia membantu orang - orang yang tidak bisa bertani. Palang Merah Mali bekerja bersama komunitas sejak sebelum terjadi konflik yang bertujuan untuk meningkatkan resiliensi. Dalam konteks pandemi COVID-19, Ia membentuk rencana kontingensi dengan komunitas. Aksi lain yang ia lakukan adalah mendirikan one stop center untuk perempuan di seluruh daerah Mali, pusat bantuan ini memberikan akses bagi mereka yang membutuhkan pertolongan dalam hal kesehatan, hukum, dan lain - lain.
Banak Waal, pembicara asal Sudan Selatan menceritakan keadaan negaranya. Kondisi di Sudan Selatan jauh lebih komplek karena negaranya berusia masih cukup muda, 11 tahun, dan memiliki sejarah konflik yang panjang. Bencana yang pernah dialaminya antara lain pandemi COVID-19, banjir, kekeringan, dan pertikaian (perang sipil). Akibat pertikaian tersebut ditambah dengan dampak perubahan iklim, sebanyak 2,2 juta penduduk dari total 11 juta warga terpaksa harus meninggalkan rumah mereka. Masalah lain yang sedang sedang dihadapi adalah akses di tingkat lokal untuk orang - orang yang membutuhkan. Banak mengatakan pengalamannya dalam menangani persoalan tersebut dengan cara kerja sama antara pihak internasional (bank dunia) dan pemerintah.
Agenda terakhir yang diikuti pada hari pertama GPDRR berjudul “Early Warning and Early Action”. Dari forum terakhir ini, terdapat beberapa hal yang disampaikan oleh para narasumber, antara lain isu yang dihadapi dunia adalah perubahan iklim, masalah pangan, dan penduduk yang terpaksa pindah dari tempat tinggalnya. Pembicara menyimpulkan dari Konferensi Peringatan Dini Multi Bencana, sebanyak 95 dari 120 negara sudah memiliki sistem peringatan dini yang baik namun masih ada hal yang perlu diperbaiki, sistem peringatan yang dibentuk harus inklusif, dan data yang didapat harus dapat digunakan bersama, berkelanjutan, dan mencukupi kebutuhan.
Sistem peringatan dini harus berfokus pada masyarakat dan merupakan syarat utama untuk mengurangi risiko bencana. Kerja sama atau menjalin kemitraan dengan pihak lain/organisasi internasional, berbagi pengetahuan merupakan kunci dalam pengurangan risiko bencana. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana dapat melibatkan seluruh komunitas masyarakat sedangkan hal tersebut merupakan langkah yang sangat efektif dalam manajemen risiko bencana.
Reporter: Satrio Pamungkas
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM
Kelas 1
Where do we stand?
Global and regional perspective on implementing the Sendai Framework
Dok. PKMK FK-KMK UGM: Suasana kelas di Nusa Dua Hall BNDCC lantai 1
Hari pertama GPDRR ini dimulai dengan high level discussion yang memberikan kita update mengenai progress pelaksanaan Sendai Framework. Kegiatan ini dimoderatori oleh Malini Mehra (Chief Executive Global International) untuk memandu diskusi dari enam pembicara yang mewakili dari berbagai regional dan institusi diantaranya Carrieban Disaster Emergency Management Agency, Kementerian Jepang, World Farmers Organization Ethiopia, Bangladesh, dan Dominican Republic. Pembangunan yang inclusive sering disebut untuk memastikan tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam pengurangan risiko dan respon kebencanaan. Namun, hal ini tidak cukup hanya dengan upaya - upaya kemitraan dan pemberdayaan masyarakat tetapi juga penguatan kapasitas dan penguatan keinginan di level pemerintahan/ kebijakan. Terutama memperbaiki proses perencanaan pembangunan agar berwawasan risiko bencana. Harapannya perencanaan menjadi lebih detil dan dapat memastikan tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam proses pelaksanaan ke depannya.
Paparan dari para pembicara merupakan pematik diskusi pada kelas - kelas GDPRR 2022 hingga dua hari ke depan. Tujuh prioritas merupakan tema - tema yang diangkat dalam diskusi kelas kecil diantaranya tantangan dan pembelajaran mengenai inklusivitas, resiliensi, political will, dan konsep pelokalan dalam investasi pengurangan risiko bencana.
Daftar panduan pertanyaan dan dokumen/ materi pendukung dapat diakses di halaman https://globalplatform.undrr.org/conference-event/where-do-we-stand-global-and-regional-perspectives-implementing-sendai-framework.
Tertarik untuk mengetahui update keilmuan dan informasi lainnya dalam Global Platform for Disaster Risk Reduction ini, silakan kunjungi website dan pilih program yang menyediakan kelas online.
Reporter: Madelina Ariani
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM
Kelas 2
From DRR strategies to RDD investments- keys to successful implementation of the Sendai Framework beyond the Global Target E
Dok. PKMK FK - KMK UGM: Suasana kelas di Singaraja Hall 2. Nusa Dua Hall BNDCC
Selama ini kita sangat tertantang dalam membuktikan bahwa pengurangan risiko bencana (PRB) adalah sebuah investasi, bahwa PRB adalah upaya yang menguntungkan, bahwa PRB dapat mengurangi kerugian yang harusnya diderita jika terjadi bencana. Namun, bagaimana cara menghitungnya, bagaimana membandingkan antar variabel kerugian, bagaimana mengatakan sebuah kegiatan PRB terbukti efektivitasnya, serta bagaimana data - data yang digunakan dalam bentuk hitungan ekonomi atau dampak menjadi hal yang diperdebatkan selama ini. Melalui diskusi di kelas ini, BNPB dan JICA berusaha menyajikan hasil kajian, penelitian dan telaah kuantitatif tentang nilai investasi dalam upaya - upaya PRB.
Yes, DRR investment is! but How much can we gain/earn? pertanyaan besar ini kemudian coba diuraikan melalui konsep Sytemic Risk yang disampaikan oleh UNDP. Risiko harus dilihat sebagai dampak yang sistemik yang mengenai semua sektor sehingga upaya PRB pun harus dilakukan dengan pendekatan multi hazard dan multi sectoral.
Seluruh materi kelas ini dapat diunduh pada laman berikut https://globalplatform.undrr.org/conference-event/drr-strategies-drr-investments-keys-successful-implementation-sendai-framework
Tertarik untuk mengetahui update keilmuan dan informasi lainnya dalam Global Platform for Disaster Risk Reduction ini, silakan kunjungi website dan pilih program yang menyediakan kelas online.
Reporter:
Madelina Ariani
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM
Kelas 3
Breaking the Silos – Towards multi-hazard, multi-sectoral approaches to managing risks
Dok. PKMK FK - KMK UGM: Suasana kelas di Nusa Dua Hall BNDCC lantai 1
Bencana dan pengurangan risiko bencana menjadi urusan semua orang, dalam hal ini lintas sektor diharapkan saling terintegrasi. Namun, integrasi seperti apa yang diharapkan dan bagaimana? Apa yang menjamin semua sektor bekerja tetapi saling terintegrasi? Di fase apa integrasi diharapkan sudah terjadi? Pertanyaan - pertanyaan seperti ini yang menjadi dasar konsep Breaking the Silos hadir dalam manajemen bencana.
Silos sudah sering dikenal dalam dunia perusahaan. Persaingan antar departemen, upaya melakukan yang terbaik antar departemen dapat menjadi penyebab adanya silos. Jika silos terus terjadi dapat menyebabkan kerugian perusahaan seperti pembengkakan biaya penelitian, pengambilan keputusan yang keliru, dan adanya persaingan tidak sehat serta saling tumpang tindih kegiatan. Oleh karena itu, dalam manajemen bencana silos harus dihentikan. David Smith dari University of The West Indies menjadi moderator kelas ini dan memandu diskusi kelima pembicara. Kelima pembicara mewakili institusi pemerintahan, peneliti, dan LSM. Mereka juga mewakili level integrasi yang berbeda - beda diantaranya pengalaman integrasi di level kementerian untuk penanganan bencana alam, integrasi antara pemerintah, serta integrasi di level regional antar negara di ASEAN. Tidak semua pengalaman mereka berhasil dan mudah dilakukan. Di Indonesia sendiri, melalui pentahelix dalam penanggulangan bencana masih digaungkan dan berproses.
Breaking the silos sangat berkaitan dengan konsep systemic risk dalam GPDRR kali ini. Tidak hanya menggunakan pendekatan multi hazard tetapi juga sharing risiko dalam kontek pengurangan risiko bencana. Keterbukaan dan sharing pengumpulan data, informasi, diskusi penyelesaian masalah harus dilakukan antar bidang/ lintas sektor dalam penanggulangan bencana, hal ini tidak mudah. Namun, harus terus digalakkan. Contoh konkrit yang bisa dilakukan adalah melakukan regular meeting yang melibatkan semua bidang/ sektor. Intentsitas pertemuan dan komunikasi yang sering berpengaruh dengan sikap keterbukaan dan memperlancar arus informasi.
Download materi mengenai kelas ini selengkapnya pada https://globalplatform.undrr.org/conference-event/breaking-silos-towards-multi-hazard-multi-sectoral-approaches-managing-risks Tertarik untuk mengetahui update keilmuan dan informasi lainnya dalam Global Platform for Disaster Risk Reduction ini, silakan kunjungi website dan pilih program yang menyediakan kelas online.
Reporter:
Madelina Ariani
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM
Kamis - 26 Mei
Kelas 1
Kegiatan Main Event GPDRR Hari Kedua
Bali Nusa-Dua Convention Center
Rabu, 26 Mei 2022
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Diskusi dengan Topik Strengthening Governance to Reduce Disaster Displacement Risks” yang dilangsungkan di Pecatu Hall, BND-CC 2 Ground Floor”
Masih dalam rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7, pada hari kedua salah satu yang relevan dengan semangat pelokalan yang dibawa oleh mitra Caritas Germany yaitu sesi “Strengthening Governance to Reduce Disaster Displacement Risks” yang dilangsungkan di Pecatu Hall, BND-CC 2 Ground Floor jam 14.15 - 15.45 WITA. Diskusi ini dimoderatori oleh Sarah Charles, Assistant to the Administrator, United States Agency of International Development (USAID) dengan pembicara Dr Luísa Celma Meque, President of the National Institute for Disaster Risk Reduction and Management (INGD) of the Government of Mozambique, Luis Doñas dari Foreign Affairs Liaison National Emergency Office Chile, Esline Garaebiti - Director General, Ministry of Climate Change Adaptation, Meteorology, Geo-Hazards, Environment, Energy and Disaster Management, Vanuatu, Crispin d'Auvergne sebagai Director, Climate and Disaster Resilience, Organisation of Eastern Caribbean States, Hindou Oumarou Ibrahim sebagai Indigenous Chadian community of pastoralists, dan dari Indonesia adalah Saut Sagala sebagai peneliti dan dosen dari Fakultas Arsitektur, Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan dari Institut Teknologi Bandung.
Sesi tadi membahas data dan tata kelola, serta secara khusus mengintegrasikan pengungsian ke dalam strategi dan kebijakan pengurangan risiko bencana (PRB), serta implementasi terpadu dari strategi dan kebijakan tersebut. Beberapa hal yang dapat dipelajari dari pengalaman di negara Chad, Vanuatu dan Chile antara lain adanya pemantauan, pengumpulan dan analisis data pengungsian yang koheren di seluruh bidang kebijakan terkait untuk tata kelola yang lebih efektif dengan mengoptimalkan pelokalan PRB di konteks kabupaten/kota bahkan hingga ke tingkat kecamatan. Dalam diskusi juga disepakati untuk mempromosikan praktik tata kelola yang baik (level kebijakan dan kegiatan) dari berbagai daerah, sayangnya belum ada standar dan panduan internasional yang relevan tentang pengungsi dalam konteks untuk mengintegrasikannya ke dalam rencana kontingensi. Panduan yang paling terdekat adalah panduan Words into Action saat adanya pengungsian untuk memperkuat strategi dan kebijakan PRB. Materi yang relevan dengan diskusi ini dapat dilihat dalam tautan berikut: https://globalplatform.undrr.org/conference-event/strengthening-governance-reduce-disaster-displacement-risks
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Diskusi Integrating biological hazards in national disaster management policy: a call for whole of society action”
Pada sesi malam, PKMK FK - KMK UGM mengikuti side-event yang diselenggarakan oleh WHO Headquarters dengan topik “Integrating biological hazards in national disaster management policy: a call for whole of society action” yang dilangsungkan di Mengwi Room, BND-CC 2 Ground Floor jam 18.30 - 20.00 WITA. Diskusi ini dimoderatori oleh Prof. Virginia Murray, Head of Global Disaster Risk Reduction, UK Health Security Agency dengan pembicara Robert Kwame Agyarko, Lead Advisor, Outbreaks and Epidemics, African Risk Capacity, Dr. Elizabeth Newnham, Senior Lecturer and Program Lead, Global Resilience, Curtin University, Perth, Australia and Research Fellow, Harvard University, USA dan Dr. Claudia Herrera, Executive Secretary, CEPREDENAC. Dalam sesi ini didiskusikan bagaimana pengalaman dan wawasan yang diperoleh dari pandemi dapat membantu para pemimpin, manajer, pembuat kebijakan, perencana, dan praktisi dalam menerapkan all hazard approach, seluruh masyarakat dan manajemen risiko pada strategi manajemen risiko bencana nasional dan lokal. Penekanan akan ditempatkan pada upaya negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat populasi rentan dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal. Pada sesi ini dicapai kesepakatan untuk mempromosikan tata kelola risiko yang efektif, kemitraan dan kolaborasi dalam manajemen risiko bencana di dalam dan lintas sektor di semua tingkat masyarakat dengan pelokalan dan sharing pengalaman dan best practice tentang integrasi bahaya nubika dan prioritas lainnya dalam strategi dan rencana nasional dan lokal untuk pengurangan risiko bencana. Dalam diskusi ini juga dibagikan beberapa inovasi, dan pelajaran dari COVID-19 yang kemudian berkontribusi pada kebijakan, rencana, dan praktik manajemen risiko semua bahaya di seluruh masyarakat di tingkat global, nasional, lokal, dan komunitas. Pendekatan lintas sektoral dalam mengurangi risiko dan membangun ketahanan sangat dibutuhkan. Terakhir, penelitian dan penyusunan kebijakan berbasis bukti ilmiah sangat dibutuhkan untuk inovasi maupun melihat efektivitas Kerangka Sendai. Materi yang relevan dengan diskusi ini dapat dilihat dalam tautan berikut: https://globalplatform.undrr.org/conference-event/integrating-biological-hazards-national-disaster-management-policy-call-whole.
Agenda kegiatan GPDRR yang lain dan beberapa kelas yang dapat diikuti secara online melalui https://globalplatform.undrr.org/programme/agenda-during dan tautan Zoom untuk kegiatan Panggung Resiliensi dan Talkshow pada link berikut https://us02web.zoom.us/meeting/register/tZcqcOugpjsrHNRW0MPlkQZkWu1VCp0gHpDw.
Untuk melihat seluruh organisasi yang terlibat dan bahasan pembicara silakan kunjungi https://rumahresiliensiind.wixsite.com/my-site-2
Reporter : Gde Yulian Yogadhita
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM
Kelas 2
Data challenges and solutions for disaster risk management
Pada hari kedua GPDRR, kami mengikuti kelas yang berjudul “Data challenges and solutions for disaster risk management” yang diadakan di Pecatu Hall, Bali Nusa Dua Convention Center 2. Pada sesi ini, moderator menyampaikan informasi terkait risiko bencana yang diperoleh akan disampaikan kepada pemerintah lalu digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, dan penentuan langkah strategis pengurangan risiko dan respon bencana. Raditya Jati, Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyampaikan data yang didapat dari lapangan akan diolah menjadi informasi dan akhirnya akan menjadi kebijakan. Data - data tersebut diambil secara upstream maupun downstream. Sebagai contoh, dalam penanganan pandemi COVID-19, data di lapangan yang telah diolah menjadi statistik merupakan dasar pertimbangan untuk melonggarkan kebijakan pembatasan kegiatan di masyarakat.
Renato Solidum, narasumber asal Filipina, menyampaikan perlu tata kelola data yang baik. Data ini sangat dibutuhkan untuk memahami risiko dan bahaya. Rhonda Robinson, perwakilan dari Pacific Community, menyatakan informasi terkait risiko harus bisa diakses dengan mudah, aktual, dan disesuaikan dengan kapasitas pemerintah lokal untuk menginterpretasi dan membuat keputusan. Jakub Ryzenko, dari Pusat Penelitian Antariksa PAS, memaparkan perlu adanya akses informasi bersama dan dibentuk standar minimal agar dapat dipahami dan digunakan secara universal. Hal lain yang penting adalah membuat pertanyaan saat survei atau penelitian, karena pertanyaan - pertanyaan tersebut yang akan mengarahkan ke data yang kita cari.
dr. Satrio Pamungkas
PKMK FK-KMK UGM
Jumat - 27 Mei
Kegiatan Main Event GPDRR Hari Ketiga
Bali Nusa Dua Convention Center
Kamis, 27 Mei 2022
Dok. PKMK FK - KMK UGM Beberapa peserta side event ”Advancing DRR in building safe and resilient health facilities: lessons learnt from COVID-19” M.Abdoel Malik (Kadin), drg. Hadijah Pandita (Pusat Krisis Kemenkes), Dr Kai von-Harbou (WHO HQ), Yuni Wahyuningtyas (AHA Centre), apt.Gde Yulian (PKMK FK-KMK UGM), drg. Leny Juniarta (Pusat Krisis Kemenkes), Ns.Feby Dwi Putri (WHO Indonesia)
Pada hari terakhir Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7, salah satu sesi side event yang relevan yang diikuti oleh PKMK FK - KMK UGM sebagai yaitu sesi “Advancing DRR in building safe and resilient health facilities: lessons learnt from COVID-19” yang dilangsungkan di Mengwi Room, BND-CC 2 Ground Floor pukul 13.00 - 14.30 WITA. Diskusi ini relevan dengan kegiatan PKMK yang didanai oleh Caritas Germany dengan mengusung semangat pelokalan di Propinsi Sulawesi Tengah beberapa tahun terakhir. Diskusi ini dimoderatori oleh Dr. Qudsia Huda, Kepala Unit Disaster Risk Management and Resilience di WHO Headquarters dengan menghadirkan pembicara secara daring: Dr. Stella Chungong, Director, Health Security Preparedness, WHO Headquarters; Dr. Gerald Rockenschaub, Regional Emergency Director WHO Regional Office for Europe; Dr Ray Pentecost III, Director, Union Internationale des Architects (UIA) dari Public Health Group; Dr. Maria van Kerkhove, COVID-19 Technical Lead, WHO Headquarters; Dr. Iris Blom, International Federation of Medical Students’ Associations dan mendengarkan pengalaman dari Kementerian Kesehatan Guatemala dan Indonesia yang diwakili oleh dr. Kalsum Komaryani, MPPM sebagai Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
Dari side event ini didapatkan beberapa kesepakatan antara lain: adanya berbagi inovasi dan pengalaman yang diperoleh selama respons COVID-19 untuk memperkuat keamanan, fungsionalitas, dan keberlanjutan fasilitas kesehatan dari Guatemala dan Indonesia, perlunya peran sentral yang lebih besar dari fasilitas kesehatan dalam mengelola risiko kesehatan dari keadaan darurat dan bencana dalam sistem kesehatan. Juga didiskusikan bagaimana langkah - langkah untuk meningkatkan investasi di fasilitas kesehatan merupakan inti dari strategi manajemen risiko yang komprehensif dan dalam infrastruktur kritis yang tangguh di tingkat global, nasional, lokal, dan komunitas, dengan tak kalah pentingnya untuk fasilitas kesehatan selalu berkontribusi pada basis pengetahuan dalam mengelola risiko yang kompleks dan saling terkait, seperti pandemi dan bencana karena perubahan iklim. Hal - hal ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait pendekatan masyarakat dan ketergantungan bersama dalam mengurangi risiko dan membangun ketahanan untuk infrastruktur untuk mempercepat implementasi, pemantauan, dan pelaporan Kerangka Sendai yang berfokus pada fasilitas kesehatan melalui pencapaian dampak yang nyata. Materi yang relevan dengan diskusi ini dapat dilihat dalam tautan berikut: https://globalplatform.undrr.org/conference-event/advancing-drr-building-safe-and-resilient-health-facilities-lessons-learnt-covid atau di https://www.who.int/news-room/events/detail/2022/05/27/default-calendar/global-platform-for-disaster-risk-reduction-2022--bali--indonesia .
Dok. PKMK FK - KMK UGM: Presentasi Caritas Germany dengan topik “Building up preparedness to reduce risk through disaster resilient family intervention” di Ignite Stage
Pada sesi selanjutnya, Direktur Caritas Germany, Cipto Priyo Leksono bersama dengan Senior Program Officer dari Caritas Germany, Lioni Beatrix Tobing, dan Aryo Saptoaji dari Caritas Indonesia mempresentasikan topik “Building up preparedness to reduce risk through disaster resilient family intervention” di Ignite Stage GPDRR pada pukul 14.30 – 14.45 WITA. Presentasi ini menjelaskan konsep dan manfaat dari rencana kesiapsiagaan bencana. Caritas Indonesia dan Caritas Bogor mempromosikan perencanaan ini untuk meningkatkan kesadaran PRB 700 keluarga di Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten. Sejumlah daerah tersebut terkena dampak tsunami yang disebabkan oleh longsor lereng gunung Anak Krakatau. Mereka bergantian memaparkan bagaimana keluarga yang berpartisipasi dalam perencanaan kesiapsiagaan bencana mampu mengevakuasi diri sendiri dan juga membangun kewaspadaan lingkungan sekitar.
GPDRR ke - 7 kemudian ditutup oleh Kepala BNPB, Letjen Suharyanto dengan hasil Bali Agenda for Resilience menuju resilensi berkelanjutan pada sore yang diikuti dengan acara makan malam setelahnya. Ketujuh agenda ini adalah:
- Pertama, pengurangan risiko bencana perlu diintegrasikan pada kebijakan - kebijakan utama pembangunan dan pembiayaan, legislasi, dan rencana pencapaian Agenda 2030.
- Kedua, hanya dengan perubahan sistemik masyarakat dunia dapat memperhitungkan kerugian yang sesungguhnya dari bencana dan kerugian dari ketiadaan aksi, serta membandingkannya dengan investasi dalam pengurangan risiko bencana.
- Ketiga, Platform Global diselenggarakan diantara COP 26 dan COP 27 mencermati tingkat emisi saat ini jauh melebihi upaya mitigasinya, yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian bencana, dan mengancam pencapaian Agenda 2030.
- Keempat, bencana memberikan dampak berbeda kepada setiap orang. Ini menyerukan pendekatan partisipatif dan berbasis HAM untuk memasukkan semua sesuai prinsip "Tidak ada apa - apa tentang kita tanpa kita" dalam perencanaan pengurangan risiko bencana dan implementasinya pada masyarakat yang berisiko.
- Kelima, Platform Global memberikan rekomendasi yang dapat mendukung pelaksanaan seruan Sekretaris Jenderal PBB untuk memastikan setiap orang di muka bumi dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
- Keenam yaitu potensi pembelajaran transformatif dari pandemi Covid-19 harus diterapkan sebelum jendela peluang tersebut tertutup.
- Ketujuh, pelaporan yang komprehensif dan sistematis, termasuk tinjauan kemajuan yang mendalam terhadap semua target Kerangka Sendai oleh negara - negara Anggota akan membantu menarik rekomendasi yang jelas untuk midterm review Kerangka Sendai.
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/bali-agenda-for-resilince-berkelanjutan-7-rekomendasi-gpdrr-bali
Agenda kegiatan GPDRR yang lain dan beberapa kelas yang dapat diikuti secara online melalui https://globalplatform.undrr.org/programme/agenda-during dan tautan Zoom untuk kegiatan Panggung Resiliensi dan Talkshow pada link berikut https://us02web.zoom.us/meeting/register/tZcqcOugpjsrHNRW0MPlkQZkWu1VCp0gHpDw.
Untuk melihat seluruh organisasi yang terlibat dan bahasan pembicara silakan kunjungi https://rumahresiliensiind.wixsite.com/my-site-2
Reporter : Gde Yulian Yogadhita
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM
Berita
- Banjir dan Longsor Tewaskan Ratusan Orang di Nepal
- Hujan Lebat Picu Banjir Bandang-Longsor Tewaskan 170 Orang di Nepal
- Korban Tewas Akibat Banjir Besar di Nepal Terus Bertambah
- 170 warga tewas akibat bencana banjir dan tanah longsor di Nepal
- Antisipasi Dampak Megathrust, BPBD DKI Ingatkan Warga Barang Ini Harus Dibawa