Kerangka Acuan
Pengantar
Semua rumah sakit yang telah diakreditasi pasti memiliki perencanaan penanggulangan bencana untuk rumah sakit atau Hospital Disaster Plan (HDP). Dan setiap HDP seharusnya sudah selalu disimulasikan dengan skenario yang sudah dianalisis berdasarkan bencana yang mungkin terjadi di daerahnya. Peristiwa covid-19 ini menjadikan skenario yang baru buat RS, sehingga RS merasa belum siap dalam menghadapinya. Masalah lain adalah, tidak semua Rumah Sakit yang merasa bahwa simulasi ini penting dan harus dilakukan minimal setiap tahun. Sehingga ketika terjadi bencana rumah sakit sering mengabaikan dokumen perencanaannya dan kembali terjadi kekacauan dalam menanggulangi bencana. Tidak hanya pada pandemi tapi hal ini juga terjadi pada bencana alam lainnya.
Bencana yang terjadi kali ini memang mengejutkan semua pihak dan kembali Rumah Sakit yang menjadi titik akhir kedatangan semua pasien datang, dari mulai mengaktifkan system komando, cara mengkomunikasikan dan pengadaan logistik serta SOP-SOP baru mulai disiapkan. Ini memang kasus baru buat semua Rumah Sakit sehingga sangat penting untuk Rumah Sakit selalu siap dan menjadikan masalah covid-19 adalah kasus baru yang harus disiapkan skenarionya.
Pembelajaran berdasarkan kasus sangat baik jika dilakukan sesering mungkin. Latihan berbasis kasus ini dapat dimulai dari menyusun dokumen dan kemudian dibuat workshop, lalu dokumen tersebut disosialisasikan dan dilatih sesering mungkin berulang-ulang serta diuji coba dengan skenario diatas meja yang disebut dengan Table Top Exercise selanjutnya disimulasikan perbagian dan terakhir disimulasikan bersama dengan stakeholder lain (networking). Mengingat pentingnya latihan pengorganisasian tim bencana di rumah sakit atau incident command system (ICS) dalam menghadapi situasi bencana yang sudah dilaksanakan selama 3 minggu dimulai dari aktivasi HDP berbasis ICS diminggu pertama, komunikasi ICS diminggu kedua, dan logistik dalam ICS diminggu ketiga, maka memasuki minggu keempat dibuatlah latihan diatas meja berdasarkan kasus (TTX) yang kali ini kita sebut latihan kasus dalam jaringan.
Diharapkan melalui Simulasi TTX Daring ini Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM akan membantu memfasilitasi rumah sakit dalam memahami kasus dan mengingatkan kembali pembelajaran sebelumnya terkait sistem komando, komunikasi dan Logistik di RS.
Tujuan
- mendorong peserta menganalisis kasus di Rumah Sakit dalam bencana
- melatih peserta memilih teknik analisis yang tepat dalam menemukan solusi dan mencapai keputusan melalui diskusi
- mendiskusikan permasalahan dalam pelaksanaan HDP untuk covid-19
Output
- peserta memahami kapan mengaktifkan ICS di rumah sakit
- rumah sakit memilki tim bencana untuk menghadapi covid-19
- rumahsakit memahami teknik komunikasi dan perencanaan dalam sistem komando yang diperbaharui karena adanya Covid-19.
Peserta dan persyaratan
Diikuti oleh 3 - 5 orang yang terdiri dari :
- tim HDP rumah sakit,
- pimpinan dan manajemen rumah sakit,
- Staf lainnya yang memilik tugas berkaitan dengan pelaksanaan HDP
- telah mengikuti tiga workshop sebelumnya
- membawa dokumen rencana penanganan covid-19 di rumah sakit (versi revisi jika ada perubahan)
Waktu Pelaksanaan
Pertemuan : Senin, 4 Mei 2020
Pukul : 10.00 - 11.30 WIB
Materi |
: Simulasi Daring HDP |
Tujuan Pembelajaran Umum |
: Memahami sistem komando dalam kasus covid-19 |
Observer |
: dr Hendro Wartatmo SpB KBD dr. Bella Donna, M.Kes Gde Yulian Yogadhita Apt M.Epid |
Fasilitator |
: Madelina Ariani, SKM, MPH Happy Pangaribuan, SKM, MPH |
Kasus Klik Disini
Survey Klik Disini
Reportase
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Diskusi Simulasi dari RSUD Kota Tangerang”
Bencana yang sedang terjadi saat ini memang mengejutkan semua pihak dan kembali rumah sakit yang menjadi titik akhir kedatangan semua pasien datang, dari mulai mengaktifkan sistem komando, cara mengkomunikasikan dan pengadaan logistik serta SOP - SOP baru mulai disiapkan. Ini memang kasus baru buat semua rumah sakit sehingga sangat penting untuk rumah sakit selalu siap dan menjadikan masalah COVID-19 adalah kasus baru yang harus disiapkan skenarionya. Pembelajaran berdasarkan kasus sangat baik jika dilakukan sesering mungkin. Latihan berbasis kasus ini dapat dimulai dari menyusun dokumen dan kemudian dibuat workshop, lalu dokumen tersebut disosialisasikan dan dilatih sesering mungkin berulang - ulang serta diuji coba dengan skenario diatas meja yang disebut dengan Table Top Exercise selanjutnya disimulasikan perbagian dan terakhir disimulasikan bersama dengan stakeholder lain (networking).
Mengingat pentingnya latihan pengorganisasian tim bencana di rumah sakit atau incident command system (ICS) dalam menghadapi situasi bencana yang sudah dilaksanakan selama 3 minggu dimulai dari aktivasi HDP berbasis ICS di minggu pertama, komunikasi ICS d iminggu kedua, dan logistik dalam ICS di minggu ketiga, maka memasuki minggu keempat dibuatlah latihan di atas meja berdasarkan kasus yang kali ini kita sebut latihan kasus dalam jaringan. Observer dalam simulasi ini adalah dr Hendro Wartatmo SpB KBD, dr. Bella Donna, M.Kes dan Gde Yulian Yogadhita Apt M.Epid.
Sesi hari hari adalah diskusi, dimana ada 2 diskusi yang akan dibangun oleh narasumber bersama peserta. Diskusi yang pertama adalah menjawab dan membahas permasalahan sebagai berikut: a) Apa perencanaan RS di Kabupaten/Kota selanjutnya setelah memiliki Satgas COVID-19 di RS?; b) Apa rencana umum RS Kabupaten/kota menghadapi situasi saat ini; c) Bagaimana RS kabupaten/kota melakukan koordinasi internal eksternal dengan dinas kesehatan ataupun rumah sakit lain di kabupaten/kota?. Ada 4 Rumah Sakit yang menjawab pertanyaan tersebut yaitu :
- RSUD Sidoarjo
- RSUD sidoarjo menyampaikan bahwa setelah memiliki satgas COVID-19 akan membuat SPO, menentukan alur pasien COVID-19, memnentukan sistem rujukan, menghitung SDM dan APD.
- Rencana umum RSUD Sidoarjo menghadapi situasi saat ini adalah pengembangan kapasitas rawat inap isolasi.
- Koordinasi internal dan eksternal di RSUD Sidoarjo dilakukan oleh tim melalui Humas yang tertanggungjawab dalam menyampaikan informasi baik di internal RS maupun kepada pihak lain seperti dinas kesehatan, pemda, RS lain maupun media. Mengusulakn kepada dinkes untuk membuat/menunjuk tempat khusus untuk merawat pasien dengan gela ringan, sehingga tidak semua pasien dibawa ke RSUD Sidoarjo.
- RSUD Tangerang
- RSUD Tangerang menyampaikan bahwa setelah memiliki satgas COVID-19 akan membuat alur pasien yang masuk RS sesuai zona yang sudah ditetapkan. Melakukan pertemuan rutin seperti morning report untuk membahas masing - masing tugas pokok/ tanggungjawab.
- Rencana umum RSUD Tangerang menghadapi situasi saat ini adalah berkoordinasi dengan lini atas dan lini bawah lewat teleconference, termasuk menghitung SDM dan APD yang dibutuhkan.
- Koordinasi eksternal RSUD Tangerang dilakukan bersama dinkes untuk selalu meng update data pasien dan data surveilans.
- RS Awal Bros Batam
- RS Awal Bros Batam menyampaikan bahwa setelah memiliki satgas COVID-19 akan mengaktifkan HDP dan tim satgas untuk menjalankan tugas fungsinya seperti yang sudah ditetapkan dalam SK.
- Rencana umum RS Awal Bros Batam dalam menghadapi situasi saat ini adalah menghitung APD yang dibutuhkan, membuat alur pasien, bekerja sama dengan relawan melalui MOU yang sudah disepakati
- Koordinasi eksternal RS Awal Bros Batam dilakukan bersama dinkes dengan menggunakan aplikasi Slack
- RSUD Kartini Jepara
- RS Kartini Jepara menyampaikan bahwa setelah memiliki satgas COVID-19 akan mengadakan rapat, melakukan pengalihan anggaran dalam menghadapi bencana termasuk untuk pembelian APD, membuat klinik COVID-19 untuk melakukan skrining terhadap semua pasien yang berobat di RSUD Kartini Jepara.
- Rencana umum RSUD Kartini Jepara dalam menghadapi situasi saat ini adalah berkoordinasi dengan dinkes untuk membuat sistem rujukan agar tidak semau pasien COVID-19 dibawa ke RS, merencanakan logistik dan lain - lain.
- Koordinasi eksternal RSUD Kartini Jepara dilakukan bersama dengan gugus tugas COVID-19 Kabupaten Jepara.
Narasumber/fasilitator menanggapi dengan baik terhadap jawaban para peserta bahwa langkah awal setelah terbentuknya satgas COVID-19 di RS adalah mengaktifkan HDP, membuat SOP, melakukan rapat termasuk mengatur anggaran, membuat MOU dengan berbagai pihak terkait, berkoordinasi dengan dinas, pemda, RS lain di kabupaten. Memastikan bahwa metode skrining yang dilakukan sesuai dengan kebijakan kemenkes, sudah terbangun sistem rujukan agar tidak terjadi penumpukan pasien di RS. Dan yang paling penting diperhatikan adalah pada saat ICS sudah dijalankan maka keselamatan tenaga kesehatan merupakan faktor utama untuk dilaksanakan.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Diskusi Simulasi dengan RSUD Jombang”
Diskusi kedua adalah menjawab dan membahas pertanyaan sebagai berikut: a) siapa yang menggantikan komandan saat ini dan apa rencana selama 14 hari jika tidak ada komandan yang sebenarnya; b) dalam situasi berikutnya ternyata terjadi eskalasi yang sangat meningkat, bagaimana tim HDP melakukan perencanan dalam memenuhi SDM/ relawan yang kurang; c) bagaimana memobilisasi sumberdaya yang lain dengan cepat dan bagaimana penghitungannya?.
Ada beberapa RS yang memberikan jawaban atas pertanyaan diatas diantaranya adalah :
1. RSUD Ambarawa
- Jika komandan satgas di RSUD Ambarawa berhalangan, maka yang menggantikan adalah ketua harian sesuai SK yang ditetapkan oleh direktur RSUD Ambarawa.
- dalam memenuhi SDM/ relawan yang kurang, RSUD Ambarawa melakukan inventarisasi SDM di RS, mengusulkan kepada bupati untuk menerbitkan perbup tentang perekrutan relawan COVID-19
- Untuk memobilisasi sumber daya lain di RSUD Ambarawa dengan cepat, dilakukan efisiensi di berbagai unit termasuk mengurangi jam pelayanan di unit lain untuk memanfaatkan tenaga kesehatan non covid-19 untuk dilibatkan di tenaga COVID-19
2. RSUD Kabupaten Bekasi
- Jika komandan satgas di RSUD Kabupaten Bekasi berhalangan, maka yang menggantikan adalah Wakil Komandan sesuai SK yang ditetapkan oleh direktur RSUD Kabupaten Bekasi.
- Dalam memenuhi SDM/ relawan yang kurang, RSUD Kabupaten Bekasi melakukan inventarisasi SDM di RS dengan memindahkan nakes yang bekerja di bagian non COVID-19 untuk membantu bekerja di bagian COVID-19.
- Untuk memobilisasi sumber daya lain di RSUD Kabupaten Bekasi dengan cepat, dilakukan penambahan kapasitas TT, pengadaan APD dan logistik lainnya
3. RSUD Kota Bekasi
- Jika komandan satgas di RSUD Kota Bekasi berhalangan, maka yang menggantikan adalah ketua umum harian atau kepala humas atau yang ditunjuk oleh direktur RSUD Kota Bekasi.
- Dalam memenuhi SDM/ relawan yang kurang, RSUD Kota Bekasi mengaktifkan MOU dengan instansi yang sudah bekerja sama dengan RS, serta berkoordinasi dengan dinkes dan pemda untuk penambahan SDM.
- Untuk memobilisasi sumber daya lain di RSUD Kota Bekasi dengan cepat, dilakukan pengurangan/ menutup layanan lain, memobilisasi tenaga kesehatan di RS untuk membantu penanganan COVID-19 sesuai kapasitas dan zona wilayah.
4. RSUD Kota Jogjakarta
- Jika komandan satgas di RSUD Kota Jogjakarta berhalangan, maka yang menggantikan adalah dokter yang bertanggungjawab dalam menangani pasien COVID-19.
- Dalam memenuhi SDM/ relawan yang kurang, RSUD Kota Jogja karta memobilisasi tenaga kesehatan di RS dengan memperhatikan usia, dan riwayat komorbid.
- Untuk memobilisasi sumber daya lain di RSUD Kota Jogjakarta bekerjasama denganRS lain disekitarnya untuk saling membantu.
Narasumber memberikan apresiasi terhadap jawaban para peserta. para peserta dianggap sudah memahami jika ada situasi yang mendesak dan harus dilakukan saat terjadi bencana. Dalam SK tim HDP semua peserta pelatihan sudah disiapkan alternatif jika komandan berhalangan. Disampaikan oleh narasumber bahwa dalam kondisi bencana yang berlangsung lama sebaiknya komandan merupakan tim yang terdiri dari beberapa orang yang mempunyai kapasitas kemampuan yang sama sehingga dapat bergantian jika salah satu berhalangan. Komandan harus dapat bekerja 24 jam dalam seminggu dan dapat dihubungi setiap saat. Berkaitan dengan masalah kekurangan SDM, perlu dilakukan koordinasi dengan dinkes dan pemda serta menjalin kerjasama dengan RS di Kabupaten/kota untuk mendapatkan tambahan tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Ada 3 kalimat kunci dalam mengatasi masalah di dalam ICS yaitu: a) keselamatan tenaga kesehatan merupakan prioritas utama; b) MOU dengan institusi lain untuk memobilisasi SDM namun dengan tetap memperhatikan kompetensi; c) mengurangi kapasitas layanan lain untuk memobilisasi SDM membantu penanganan COVID-19.
Dengan berakhirnya sesi hari ini maka berakhir pula pelatihan/workshop HDP dalam ICS yang berlangsung sejak 14 April 2020 dan berakhir pada 4 Mei 2020. Dalam acara penutupan dr Andreasta Meliala mewakili FK - KMK UGM menyampaikan beberapa hal yaitu : 1) pelatihan ini unik karena selalu belajar hal baru namun bisa diaplikasikan langsung sesuai kondisi yang dihadapi saat ini; 2) dokumen/materi yang sudah diberikan bisa dimanfaatkan dan dipraktekkan dengan sebaik baiknya; 3) diskusi hari ini berjalan dengan baik karena peserta bisa berbagi informasi/pengalaman dengan peserta dari Rs lain; 4) sangat mengapresiasi kerjasama yang dijalin oleh FK - KMK UGM dengan Badan PPSDM dan satker Bapelkes Semarang, sehingga pelatihan ini dapat berjalan dengan lancar.
Dalam sambutan penutupannya, Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan Badan PPSDM dr Achmad Soebagio Tancarino, MARS menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada para peserta yang konsisten mengikuti pelatihan yang berlangsung selama 4 sesi yang berlangsung dari 14 April sd 4 Mei 2020, serta berharap agar peserta pelatihan bisa menjadi community of practice, mampu berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan peserta lain atau teman- teman di RS lain yang belum pernah ikut pelatihan semacam ini. Achmadmenyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kegiatan pelatihan ini dari awal hingga akhir dan berjalan dengan lancar.
Reporter : Primus Radixto Prabowo, SKM, M.Kes
Bapelkes Semarang