AKTIVITAS MERAPI TERUS MENINGKAT

Merapi Kembali Semburkan Awan Panas, Warga Panik.Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (29/10) sekitar pukul 11.40 WIB, kembali menyemburkan awan panas. Ini membuat warga panik dan berhamburan dari rumah, termasuk dari tempat pengungsian. Sejumlah orang yang ditemui wartawan di Desa Samiran, Selo, Boyolali menyebutkan, semburan awan panas ke luar dari Merapi dua kali, yakni sekitar pukul 11.25 dan 11.40 WIB. Awan panas ke luar pada pukul 11.40 WIB lebih besar dibanding sebelumnya. Awan panas itu terlihat jelas dari Desa Samiran, Selo, berupa asap tebal kecokelatan yang membubung ke atas. 
Petugas Pos Tempat Pengusian Akhir (TPA) Desa Samiran, Selo, Wagiran, membenarkan adanya semburan awan panas susulan Merapi tersebut. Menurut Wagiran, semburan awan panas Merapi itu terlihat membubung tinggi. “Bau belerang juga sudah dirasakan warga di Selo,” katanya.  Dilaporkan juga bahwa beberapa warga Kaliurang yang sempat naik lereng Gunung Merapi untuk memeriksa rumah, Jumat, berhamburan turun karena gunung teraktif di Indonesia itu pada pukul 06.10 WIB dan pukul 09.00 WIB menyemburkan awan panas.
Padahal, warga yang jumlahnya belasan itu hendak memeriksa rumah sambil mengambil pakaian sebagai pakaian ganti di tempat pengungsian. Mereka langsung tergesa-gesa turun sambil membawa pakaian dan perbekalan seadanya saat mendengar ada semburan awan panas Gunung Merapi. Mereka nekat mengambil pakaian ke rumahnya di lereng Gunung Merapi karena pakaian yang dikenakan selama di tempat pengungsian kini belum ganti. Warga korban letusan Gunung Merapi yang berada di tempat pengungsian hanya membawa pakaian dan perbekalan seadanya. 
Gunung Merapi masih terus mengeluarkan awan panas pascaerupsi Selasa (26/10) dan setidaknya sudah ada dua kali luncuran awan panas pada Jumat sejak pukul 06.00 hingga pukul 09.00 WIB. “Awan panas masih terus-menerus ke luar, sehingga kami pun masih akan menetapkan Merapi dalam status awas,” kata Kepala Badan Geologi R Sukhyar di Yogyakarta, Jumat. Berdasarkan data pengamatan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, terjadi dua kali awan panas, yaitu pada pukul 06.10 WIB terjadi semburan awan panas sekitar tiga menit dan luncuran awan panas pada pukul 08.41 WIB selama sembilan menit.
Namun demikian, pihak BPPTK belum dapat memastikan arah dan jarak luncuran karena kondisi cuaca di sekitar puncak Merapi berkabut. Selain luncuran awan panas, juga terjadi 87 kali guguran, 53 kali gempa multiphase, dan 16 kali gempa vulkanik. Menurut dia, selain awan panas juga telah terlihat titik api diam di puncak Gunung Merapi yang biasanya akan diikuti dengan pembentukan kubah lava baru. “Kemungkinan terjadi letusan sudah cukup kecil, namun yang perlu diwaspadai adalah posisi kubah lava tersebut, sehingga bisa dilakukan antisipasi dini karena dikhawatirkan akan terjadi guguran awan panas apabila posisinya tidak terlalu stabil,” katanya.
Selain awan panas guguran, Gunung Merapi juga masih memiliki ancaman lain, yaitu banjir lahar apalagi saat hujan terjadi. “Saat ada hujan, letusan sekunder di badan sungai masih mungkin terjadi karena ada material vulkanik bersuhu cukup tinggi di sungai tersebut,” katanya. Ia perkirakan, material vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi pada Selasa (26/10) mencapai sekitar 8 juta meter kubik dan enam juta meter kubik di antaranya berada di Kali Gendol.Butuh makananPara pengungsi korban erupsi Gunung Merapi di sejumlah barak pengungsian di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, membutuhkan makanan untuk bayi dan bayi di bawaha lima tahun (balita). “Mereka mengeluh kekurangan bahan makanan untuk bayi dan balita karena bantuan yang diterima selama ini lebih banyak untuk kalangan dewasa,” kata petugas barak pengungsian Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Supriyadi, Jumat (29/10).
Padahal, menurut dia, bayi dan balita yang ikut mengungsi di barak pengungsian jumlahnya cukup banyak. Namun, jumlah makanan untuk mereka tidak mencukupi, sehingga terpaksa diberi makan untuk kalangan dewasa. Ia mengatakan banyak bayi dan balita yang mengonsumsi makanan yang bukan khusus untuknya, sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu sistem pencernaan mereka. 
Masih dirawatDilaporkan juga bahwa empat korban luka bakar akibat terkena awan panas Gunung Merapi masih dirawat intensif oleh tim medis Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. Mereka ditempatkan secara khusus di ruang Burn Unit. “Sebelumnya ada lima korban luka bakar yang dirawat di rumah sakit ini, tetapi satu pasien dengan luka bakar yang parah meninggal dunia,” kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Sardjito Trisno Heru Nugroho, di Yogyakarta, Jumat.
Korban luka bakar yang meninggal bernama Ngatinem (55) yang mengalami luka bakar hingga 75 persen. Sementara itu, empat korban luka bakar yang kini berada di bawah kendali tim medis bedah plastik RS Sardjito yaitu Bilal (52) dengan luka bakar 55 persen, Wahyu Nur Irawan (16) dengan luka bakar 45 persen, Arip Candra (23) dengan luka bakar 46 persen, dan Ratmi (30) dengan luka bakar 63 persen. Dengan demikian, jumlah korban meninggal dunia akibat letusan Merapi pada Selasa (26/10) yang berada di RS Sardjito 33 orang, dan satu orang di RS Panti Nugroho.