Hari 1
LAPORAN KEGIATAN TIM ASSESSMENT
LOKASI BANJIR BIMA
PKMK-Bima, 30 Desember 2016
Tim Klaster Kesehatan FK UGM tiba di Bandara Sultan M.Salahudin Bima jam 14.00 wita, dijemput oleh dr. Sri Yati (Residen Anak yang sedang referal di RSUD Bima) dan Sdr. Firman mahasiswa S3 FK UGM, menitipkan barang ke penginapan langsung menuju Balai Kota Bima yang saat ini dipakai sebagai “Pos Komando Penanganan Banjir Kota Bima”.
Tim melapor ke ruang posko “Klaster Kesehatan” yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima. Selanjutnya tim Klaster Kesehatan bertemu dengan Asisten 1 Walikota Bima Drs. M. Farid., M.Si. Tim Klaster Kesehatan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan tim ke Bima. Selain itu, direncanakan ada tim lanjutan dengan anggota multi profesi untuk membantu menangani dan memberikan masukan pada pemerintah kota Bima terkait dengan bencana banjir yang dihadapi dan bagaimana langkah ke depannya. M. Farid sangat welcome dan berharap tim dari UGM dapat berkontribusi untuk mengatasi tahap rehabilitasi pasca banjir bandang.
Tim Klaster Kesehatan bertemu dengan ketua IDI Kota Bima : dr. Fatur Rahman. Beberapa informasi yang kami dapatkan adalah stok obat penyakit kulit yang menipis, serta tingginya penyakit kulit, meningkatnya kasus diare khususnya pada anak-anak. dr. Fatur Rahman juga menyampaikan bahwa baru-baru ini ia dihubungi oleh Prof. Suhardjo yang menyampaikan bahwa tim beliau akan datang ke Bima. Kami sampaikan juga bahwa KAGAMA telah mengirimkan bantuan lewat perwakilan KAGAMA yang ada di Bima (dr. Erma) yang mungkin akan datang 1 atau 2 hari lagi.
Permasalahan yang ditemukan saat ini di posko klaster kesehatan adalah terbatasnya SDM yang melakukan entry data sehingga tim membantu entry data untuk data baru dan data yang sudah lewat tanggal.
Rencana kegiatan hari ke-2, adalah mengikuti rapat koordinasi klaster kesehatan pagi sekitar jam 8.00 WITA. Selanjutnya tim UGM akan menyisir seluruh lokasi pengungsian yang terdata sekitar 36 lokasi pengungsian, dengan tujuan untuk:
- Validasi data jumlah pengungsi dan lokasi pengungsian
- Identifikasi karakteristik kelompok pengungsian berdasarkan usia, serta kelompok rentan ( BALITA, Bumil dan Busui, Lansia, serta penyakit kronis).
- Identifikasi masalah kesehatan yang muncul di kampung / kelurahan yang terkena banjir.
- Koordinasi dan kolaborasi pelayanan medis di Rumkit lapangan milik TNI.
Demikian kegiatan tim pada hari pertama serta rencana hari kedua.
Dilaporkan oleh Sutono dan Kontributor lapangan : Tim Assesment Banjir Bima
Hari 2
LAPORAN KEGIATAN TIM ASSESSMENT
LOKASI BANJIR BIMA
PKMK- Bima, 1 Januari 2017
Sesuai rencana hari kedua, dan Tim UGM datang di posko klaster kesehatan untuk ikut rapat koordinasi klaster kesehatan.
Rapat koordinasi
Dr. Yainul Dinkes Propinsi :
Saat ini sudah persiapan masuk recovery tanggal 5 Januari 2017, koordinator lapangan diserahkan ke PJ PsKL sebagai penanggung jawab kegiatan. Fokus kegiatan : masalah lingkungan, sejak kemarin sudah dilakukan kaporisasi (memasukkan serbuk kaporit ke dalam sumur warga). Fungsi puskesmas segera berjalan normal kembali, direncanakan Senin, 2 Januari 2017 sudah buka setidaknya 2 puskesmas karena 2 puskesmas yang lain kondisinya masih belum tuntas dibersihkan (belum layak dipakai).
Ada 4 puskesmas yang terdapak banjir, 2 puskesmas direncanakan bisa berfungsi mulai hari senin tanggal 2 Januari, diharapkan dinkes kota untuk melakukan koordinasi segera khususnya program pebersihan gedung serta fasilitas pelayanan pasien.
Tim Medis Bantuan
Ada pos 61 pelayanan klinik yang saat ini jumlahnya sudah mulai berkurang banyak. Hal ini sulit dimonitor karena sebagian tim bantuan kesehatan tidak melaporkan diri ketika mereka meninggalkan lokasi pelayanan. Beberapa tim bantuan kesehatan selanjutnya mengubah strategi dengan pelayanan mobile klinik. Relawan dari Lombok Barat direncanakan akan datang, dengan tim berjumlah 55 orang yang terbanyak sektor kesahatan, hari ini /besok akan datang. Relawan ini akan diberdayakan untuk program imunisasi campak untuk balita dengan prioritas di wilayah pengungsian.
Instruksi dari Kadinkes propinsi NTB, bahwa hari ini harus sudah dimulai imunisasi campak untuk balita korban bencana banjir di Bima.
Wilayah Terdampak Terkini
Kelurahan Tanjung masih agak sulit diakses dikarenakan masih tingginya tumpukan lumpur bercampur sampah. Untuk Kelurahan Jatiwangi, saat ini sudah bisa diakses seperti semula.
Sweeping Lokasi Pengungsi
Tim assessment melakukan sweeping di lokasi pengungsian dengan tujuan untuk :
- Validasi data jumlah pengungsi dan lokasi pengungsian
- Identifikasi karakteristik kelompok pengungsian berdasarkan usia, serta kelompok rentan ( BALITA, Bumil dan Busui, Lansia, serta penyakit kronis).
- Identifikasi masalah kesehatan yang muncul di kampung / kelurahan yang terkena banjir.
Pelaksanaan sweeping lokasi pengungsian, sampai jam 15 baru sempat mengunjungi 12 lokasi pengungsian (yang mestinya 33 lokasi) dengan hasil :
Menemukan balita yang dicurigai menderita campak dan merujuk pasien yang ke RS Lapangan yang selanjutnya pasien dirawat ada 1 orang, dan menyusul ada 1 pasien lagi dikirim ke RS Lapangan TNI dari lokasi yang sama.
Survey lokasi juga mendapatkan data tentang jenis makanan untuk pengungsi yang relatif sama (nasi bungkus), tidak ada makanan khusus untuk balita. Mereka juga mengatakan bahwa tidak ada makanan pengganti ASI yang dibagikan di lokasi pengungsian.
Data lain tentang kesehatan lingkungan, hampir seluruh lokasi pengungsian berada di masjid kampung sekitar lokasi bencana. Penumpukan lumpur bercampur sampah serta material bangunan yang sampai saat ini masih menumpuk menambah buruknya sanitasi lingkungan. Sebagian warga masih membersihkan lumpur yang masuk ke rumah, serta peralatan RT yang masih bisa berfungsi. Manajemen evakuasi lumpur dan sampah oleh dinas terkait masih sangat kurang, sehingga tumpukan lumpur dan sampah ini mulai dari dalam rumah, sepanjang gang masuk kampung, hingga ke pinggir jalan besar. Bau sampah membusuk merata di sebagian lokasi banjir Bima. Konfirmasi kepada tokoh masyarakat korban banjir mengatakan bahwa saat ini terjadi problem yang dilematis terkait pembuangan lumpur dan sampah karena Bima tidak mempunyai pembuangan sampah akhir. Mereka juga mengeluhkan tentang terbatasnya fasilitas yang dimiliki oleh dinas terkait (PU) seperti truk sampah, dan tempat pembuangan sampah sementara.
Pelayanan Medis
Anggota tim UGM (dr Sari) bersama dr Sri Yati memberikan pelayanan medis di Rumkit lapangan TNI. Jumlah pasien yang dilayani (khusus Wanita) lebih dari 100 orang dengan keluhan terbanyak adalah penyakit kulit, ISPA, chepalgia serta keluhan lain.
Koordinasi dan kolaborasi pelayanan medis di Rumkit lapangan milik TNI.
Tim UGM bergabung ke Rumkit lapangan TNI untuk mengikuti rapat koordinasi yang diikuti seluruh komponen klaster kesehatan baik petugas Puskesmas, pegawai dinkes kota, Tim kesehatan TNI, perwakilan dari Dinkes Propinsi NTB (dr. Jainul) dan LSM. Rapat dipimpin oleh Kepala Dinkes wilayah Kota. Beberapa hasil yang penting dari rapat adalah bagaimana merespon instruksi Menteri Kesehatan untuk melaksanakan imunisasi dengan segera. Permasalahan yang muncul adalah sebagian besar vaksin rusak akibat coolboxnya rusak terendam air dan vaksin sudah tidak mungkin dipakai. Tim perwakilan dari dinkes propinsi (dr Jainul) berjanji untuk segera bisa menyiapkan dan memenuhi kebutuhan Vaksin dengan prioritas untuk balita di lingkungan pengungsian. Permasalahan lain adalah terbatasnya sepatu boots untuk masuk lokasi terdampak banjir dan lokasi pengungsian. Tim UGM berusaha untuk membantu dengan menghubungi perwakilan KAGAMA (dr Erma ) yang ada di Bima untuk bisa membantu hal ini. Malam itu juga, dr Erma sudah memberikan solusi dengan menyediakan sepatu boots untuk petugas kesehatan dengan jumlah terbatas, sambil menunggu bantuan yang telah dikirim oleh KAGAMA UGM karena belum sampai di lokasi.
Rapat dibubarkan pukul 18.30 dengan kesepakatan bahwa vaksinasi Campak akan dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 3 Januari dengan mobilisasi vaksin dari luar kota Bima (Dompu) serta menambah relawan juru imunisasi yang rencananya akan datang dari Lombok Barat.
Follow Up ke Lokasi Pengungsi
Sebagian Tim UGM sehabis rapat koordinasi, menuju lokasi pengungsi di Masjid “Nurul Mubin” Kelurahan Penaraga Bima, untuk melihat pola tidur anak balita serta mengidentifikasi solusi mencegah penularan penyakit Campak di lokasi pengungsian. Malam itu didapatkan 4 anak yang menderita demam, sementara diberikan antipiretik sambil dilakukan observasi pada hari berikutnya.
Rencana Kegiatan Hari Berikutnya
- Rapat koordinasi di Klaster Kesehatan
- Visite pasien yang dirujuk ke RSUD khususnya, rencana untuk melakukan tes serologi dengue.
- Sweeping lokasi pengungsi (menyelesaikan tugas hari sebelumnya)
- Entry data di Posko klaster kesehatan balaikota
Dilaporkan oleh Sutono dan Kontributor Lapangan : Tim Assesment Bencana Banjir Bandang Bima
Hari 3
LAPORAN KEGIATAN TIM ASSESSMENT
LOKASI BANJIR BIMA
PKMK- Bima, 2 Januari 2017
Rapat Koordinasi Klaster Kesehatan di Balai Kota
Rapat dipimpin oleh perwakilan Dinkes Kota Bima dengan fokus pada mobilisasi tenaga untuk melakukan jemput bola dengan melakukan vaksinasi Campak untuk anak balita di lokasi pengungsian. Sesuai rencana awal gerakan vaksinasi bersama akan dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2017, tetapi karena urgensinya bahwa vaksinasi harus sesegera mungkin maka program tersebut diputuskan untuk dilaksanakan segera pada hari ini. tim juru imunisasi dibantu oleh tim kesehatan dari lombok Barat.
Tim UGM tetap melakukan sweeping dan validasi data di lokasi pengungsian. Masih ada sekitar 21 lokasi pengungsi yang belum tervalidasi datanya serta melakukan observasi terhadap balita di lokasi pengungsian yang menderita panas. Pasalnya, sebelumnya ditemukan kasus campak yang bisa menular dengan cepat.
Visite RSUD Bima (RSUD Kabupaten) sebagai RS Rujukan (tipe C)
Tim UGM dan Residen anak (dr Sri Yati) yang sedang stase di RSUD Bima, melakukan visite pasien yang berasal dari kota Bima. Pasien tersebut adalah pasien yang satu hari sebelumnya dirujuk dari RS lapangan TNI. Rencana dr Citra mau membantu melakukan tes serologi dengue, tetapi gagal karena buffer dan stiknya berbeda sehigga tidak bisa berfungsi.
Tim sempat melakukan assessment (singkat) terkait persiapan rumah sakit menghadapi bencana. Informasi dari tim medis yang bekerja di IGD, tim siaga bencana sedang akan dibentuk tetapi baru sebatas untuk kepentingan akresitasi. Hospital Disaster Plan (HDP) juga tampaknya belum ada.
Sweeping Lokasi Pengungsi
Tim UGM dibagi 2 tim, dr Sari membantu memberikan pelayanan medis di RS lapangan TNI, sedangkan tim yang lain melakukan sweeping dengan fokus balita yang diduga menderita Campak. Campak jadi fokus perhatian Dinkes Kota Bima karena sudah ditemukan kasusnya di lokasi pengungsian kelurahan Penaraga. Saat ini juga sudah dimulai vaksinasi campak dengan sasaran balita yang tinggal di lokasi pengungsian.
Sweeping dilakukan di 14 lokasi pengungsian. Kemudian, didapatkan data di beberapa wilayah pengungsi ditemukan kasus diare berdarah, pengungsi dengan bayi riwayat BBLR dengan tidak mendapatkan ASI ekslusif. Droping MP ASI dan makanan suplemen untuk bumil, serta bantuan logistik masih belum merata.
Pola sanitasi higienis di lingkungan pengungsi sangat kurang yang berpotensi timbulnya penyakit kulit dan ISPA.
Lokasi pengungsi yang masih ada penghuninya tinggal 8 lokasi. Penghuni di masjid Baitul Hamid 26 KK, Masjid Nurul Mubin, Kos Penatoi 5 KK, Masjid An-Nur Munggunau, dengan balita 15, masjid Sultan Salahudin Paruga, SMP 13 Bima 3 KK, Danateraha 7 KK, 23 jiwa dengan balita 7. Dengan temuan ada 7 balita belum tervaksin karena kurang sosialisasi.
Data di Posko Klaster Kesehatan
Dr Citra dibantu Agus Salim mahasiswa FETP IKM UGM sampai saat ini masih terlibat dalam entri dan validasi data dasar korban dan pengungsi yang setiap hari berubah. Analisa data stasistik dikerjakan oleh dr Citra yang sampai saat ini masih berlangsung.
Rencana kegiatan hari ke Empat
1. Rapat koordinasi di Klaster Kesehatan
2. Pelayanan medis di RS lapangan TNI
3. Sweeping lokasi pengungsi
4. Observasi 5 puskesmas untuk kesiapan mulainya pelayanan dasar
5. Kunjungan tempat pembuangan sampah
6. Entry data dan analisa data di Posko klaster kesehatan balai kota
Dilaporkan oleh Sutono dan Kontributor Lapangan : Tim Assesment Bencana Banjir Bandang FK UGM
Hari 4
LAPORAN KEGIATAN TIM ASSESSMENT
LOKASI BANJIR BIMA
PKMK FK UGM – Bima, 3 Januari 2017-
Rapat Koordinasi
Fokus rapat adalah koordinasi tim kesehatan adalah persiapan seluruh puskesmas (5 puskesmas) terdampak banjir di Bima yaitu Puskesmas Penanae, Asakota, Mpunda, Paruga dan 1 puskesmas Rasanae Timur kembali berfungsi normal. Masa tanggap darurat sampai 5 Januari 2017 sudah selesai sehingga Kadinkes berharap semua sistem pelayanan kesehatan termasuk fungsi Puskesmas harus sudah kembali normal. Saat ini rapat difokuskan segera memulihkan fasilitas kesehatan dan akan didukung oleh TNI. Hasil rapat :
- Kendali koordinasi pelayanan kesehatan oleh dinkes kota sehingga secara teknis setiap kepala bidang harus bertanggung jawab. Bidang pelayanan kesehatan (yankes) hari ini harus sudah menyiapkan diri besok sudah melayani kesehatan dasar, Promkes sosialisasi masyarakat agar mereka mengetahui bahwa Puskesmas telah berfungsi dengan pemasangan spanduk di depan unit pelayanan. Ruangan puskesmas harus disterilisasi minimal dengan sinar UV.
- Fungsi rujukan kembali berfungsi normal. Manajemen RSUD Kabupaten Bima sudah dikonfirmasi, untuk pasien yang harus dirawat dan dirujuk ke RSUD Kab. Bima, karena RS lapangan TNI mulai hari ini sudah tidak merawat pasien.
- RS lapangan masih perlu bantuan dokter untuk itu tim UGM tetap ikut dalam pelayanan RS lapangan
- Promkes menggunakan mobil keliling melakukan sosialisasi puskesmas, perilaku sehat dan lain-lain
- Kaporisasi, abatisasi dan fogging akan segera dilakukan di seluruh kota Bima dengan prioritas daerah yang kerusakannya paling parah. Ada 1200 sumur yang harus di-treatment, akan dibantu oleh TNI
Pelayanan Medis
Pelayanan medis di RS lapangan TNI tetap di-back up oleh tim UGM. dr. Sari tetap memberikan pelayanan di poliklinik kesehatan yang sampai saat ini jumlah pengunjung masih banyak. Rata-rata per hari masih lebih dari 200 pengunjung sampai hari ini yang terdiri dari anak dan dewasa, ibu hamil dan lansia. Pelayanan dibagi dalam 2 shift pagi dan sore. Tim UGM yang terlibat selain dr Sari juga ada dr. Sri Yati dokter residen anak yang sedang stase di RSUD Kabupaten Bima. Dalam pelayanan medis, seluruh tenaga medis diharapkan sambil melakukan sosialisasi kepada pasien dan pengunjung bahwa RS Lapangan akan segera ditutup, dan dianjurkan untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di puskesmas yang sudah mulai memberikan pelayanan kesehatan.
Observasi dan Visitasi Puskesmas
Puskesmas yang masih belum memungkinkan untuk operasional adalah puskesmas Paruga. Puskesmas tersebut baru saja dibersihkan oleh TNI bersama petugas puskesmas setempat, tetapi tiba-tiba terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir susulan yang sempat masuk di bagian belakang puskesmas. Air masuk ke beberapa ruang puskesmas sekitar 5 – 10 cm.
Puskesmas yang lain seperti Penanae, Asakota, Mpunda dan Rasanae Timur dalam observasi tim sudah bisa operasional untuk memberikan pelayanan, setidaknya pelayanan dasar.
Khusus untuk puskesmas Asakota (Puskesmas yang akan dikembangkan menjadi RSUD Kota Bima) dengan kelas RS Pratama. Dari pengamatan tim, hanya ruang IGD yang sudah memungkinkan untuk digunakan (operasional). Hal yang menarik adalah calon RS ini, belum mempunyai sistem manajemen, model pelayanan, IT, HDP dan lain-lain l sehingga perlu mendapatkan prioritas penanganan pendampingan seperti program Aceh waktu pendampingan RS Cut Nyak Dien Meulaboh.
Tempat Pembuangan Sampah
Lokasi pembuangan sampah di Ule (lokasi wisata pantai) adalah pembuangan sampah liar, karena tidak ada rekomendasi pemerintah daerah. Observasi yang kami lakukan tampak sampah menumpuk di kanan kiri jalan sepanjang lebih kurang 500 meter, dengan bau yang sangat menyengat, dan sarang lalat. Kondisi ini menimbulkan masalah kesehatan baru bagi masyarakat sekitar maupun pengunjung lokasi wisata pantai tersebut.
Lokasi pembuangan sampah yang kedua yang kami amati adalah di Amahami yang masuk di kelurahan Dara, kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima. Lokasi pembuangan sampah persis di belakang pompa bensin Amahami. Potensi longsor Longsong karena tidak ada dam penahan, mungkin berpotensi juga terjadi kebakaran, mengingat tumpukan sampah bisa menghasilkan gas metana. Sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik. Proses itu menghasilkan gas metana (CH4). Sampah yang dibakar juga akan menghasilkan gas karbondioksida (CO2). Gas CH4 mempunyai kekuatan merusak 20 kali lipat dari gas CO2. Gas metana (CH4) terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik oleh bakteri metana (bakteri anaerobik) dan bakteri biogas yang mengurai sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik sehingga terbentuk gas metana (CH4) yang mudah terbakar.
Peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung sebagai contoh. Bencana longsor yang terjadi di TPA tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada akhirnya menimbulkan ledakan yang sangat hebat. Faktanya karena ledakan inilah maka sampah-sampah tersebut longsor dan menimbun puluhan rumah disekitarnya. (Rahmadani, 2010). Terlebih tumpukan sampah ini lokasinya persis di belakang stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), sehingga potensial hazard-nya semakin tinggi. Hal ini sudah kami laporkan dalam rapat koodinasi pagi ini dan oleh kepala dinas kesehatan akan dilaporkan pada rapat koordinasi multi sektor di BPBD Balaikota.
Manajemen data di Posko Klaster Kesehatan
Tim surveilans seperti hari-hari sebelumnya tetap membantu melakukan entry data dan pengolahan data untuk koran dan pasien yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan lapangan, posko pengungsian serta pos pelayanan LSM.
Dilaporkan oleh Sutono dan Kontributor Lapangan: Tim Assesment FK UGM Bencana Banjir Bandang Bima