Jakarta - Direktur Eksekutif Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) pada Penanganan Bencana Said Faisal mengatakan banjir merupakan bencana yang paling sering melanda wilayah Asia Tenggara.
"Data statistik yang dikeluarkan ASEAN pada 2014 menyatakan bahwa 57 persen bencana di kawasan Asia Tenggara merupakan banjir," ujar Faisal di Jakarta, Jumat (6/3).
Menurut dia, faktor cuaca dan perubahan iklim yang semakin memburuk menjadikan banjir terus-menerus melanda wilayah Asia Tenggara saat ini.
Bahkan, Pemerintah Thailand dan Malaysia telah menyatakan banjir yang melanda masing-masing negara tersebut baru-baru ini merupakan yang terburuk dalam sejarah mereka, tuturnya.
Namun, ia mengatakan banjir bukan satu-satunya bencana yang harus diwaspadai masyarakat ASEAN, karena potensi terjadi angin topan, gempa bumi, kekeringan, dan tsunami juga ada di daerah ini.
"Bencana yang lain memang datangnya sesekali saja, tapi sekali datang korbannya masif, sehingga penyebabnya juga harus diamati pemerintah," ucap Faisal.
Oleh karena itu, ia menuturkan harus ada sinergi antarpemangku kepentingan yang dilaksanakan secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk mengurangi potensi-potensi bencana tersebut.
Salah satu langkah yang sedang disiapkan ASEAN merupakan pembuatan perangkat pemulihan bencana (disaster recovery toolkit) yang memetakan pengetahuan mengenai pencegahan dan pemulihan sejumlah "kemalangan" yang terjadi di Asia Tenggara.
Selain ASEAN, United Nations Development Programme (UNDP) melalui Tsunami Global Lessons Learned Project (TGLLP) juga membuat perangkat pemulihan bencana (Disaster Recovery Toolkit).
Administrator Program Pembangunan PBB (UNDP) Helen Clark meluncurkan hasil awal proyek perangkat pemulihan bencana pada tahun 2009 bersama Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, mantan Presiden AS Bill Clinton dan Ketua TGLLP-SC Kuntoro Mangkusubroto.
Sejumlah hasil kegiatan proyek tersebut meliputi sebuah studi global berupa "Pembelajaran Tsunami: Inovasi, Terobosan, dan Tantangan pada 2009".
Selain itu, kegiatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan munculnya film dokumenter mengenai Anatomi Pemulihan Tsunami pada 2004, yang akan ditayangkan di seluruh dunia.
Perangkat pemulihan bencana ini diluncurkan sebulan sebelum Konferensi Dunia PBB Ketiga tentang Pengurangan Risiko Bencana yang akan diadakan di Kota Sendai, Jepang.
Hingga kini, masyarakat internasional sendiri mulai memprioritaskan untuk mengumpulkan pembelajaran dan berbagi dari pengalaman bencana setelah gempa dan tsunami yang terjadi di Samudra Hindia pada tahun 2004, serta bencana lainnya yang terjadi di Asia dan Pasifik pada tahun 1993 hingga 2013.