Sesi dua ini menghadirkan pembicara dari New Zealand and Filipina. Harapannya dapat menjadi pembanding dengan pengembangan manajemen bencana yang ada di Indonesia. Pembicara kali ini menceritakan mengenai pengembangan manajemen bencana di negara masing-masing baik untuk disaster manajemen dan disaster medicine. Sesi ini dimoderatori oleh dr. Hendro Wartatmo, Sp.BD.
dr. Carlos Primero, EMDM, FPCEM membagi pengalamannya saat Filippina menghadapi topan Sendong Desember 2011. Saat bencana itu terjadi, pemerintah pusat dan local berkolaborasi untuk menangani pasca bencana. Di Filipina sudah ada regulasi di tingkat nasional dan local dalam hal ini. dr. Carlos menegaskan biaya untuk preparedness lebih murah dibandingkan dengan recovery. Hal lain yang menarik yaitu, preparedness lebih mudah dilakukan, melalui pemerdayaan masyarakat, training dan lain-lain. Pemerintah Filipina melibatkan banyak perguruan tinggi dalam riset bencana dan pendekatan kepada masyarakat melalui training.
Graeme McColl, sudah berpengalaman selama 14 tahun dalam training manajemen bencana di Selandia Baru. Saat ini, Graeme menjadi penasehat Emergency Management di Kementerian Kesehatan Selandia Baru. Hal terpenting dalam penanganan bencana ialah national dan emergency plan perlu disusun. Sejumlah kebijakan yang mendukung perlu diatur, kemudian perlu juga dilakukan beragam training untuk menghadapi bencana.
Diskusi
Seorang penanya, mengungkapkan bagaimana mengoordinasikan banyak pihak dalam 1 komado? Selama ini masih jalan sendiri-sendiri?
Kedua pembicara sepakat perlu untuk mengembangkan salah satu mata kuliah manajemen bencana untuk para sarjana agar lebih siap.
Icha (Magister Manajemen Bencana, FK, UGM): menanyakan masalah disaster management di Indonesia yaitu the lack of coordination.
dr. Carlos menegaskan “We are on public service not self-service”, jadi harus berkolaborasi. Graeme menyatakan training bisa dilakukan supaya aturannya sama. Hal ini tepat, karena dalam training koordiinasi ada Incident Command System (ICS). Dalam ICS, sudah diatur job description yaitu who doing what, jika ini overlap maka akan jadi masalah. Kemudian, diatur pula how they communicate each other dengan duduk bersama dan membicarakan langkah selanjutnya. Terakhir, how if someone is missing maka harus ada plan B nya.
M. Fathoni dari UIN Sunan Ampel menanyakan bagaimana menggunakan local wisdom dalam penanganan bencana?
dr. Carlos, Filipina sama dengan Indonesia, local wisdom-nya sama. Disaster response yang utama ialah make happy for everybody, everbody should be serve (wid).