Kerangka Acuan Kegiatan
Latar Belakang
PKMK FK - KMK UGM bekerja sama dengan Caritas Germany melakukan program perluasan peningkatan kapasitas masyarakat melalui penguatan sistem dan pemberdayaan dalam menghadapi bencana dan krisis kesehatan di Sulawesi Tengah. Fasilitas kesehatan yang menjadi sasaran antara lain Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, Dinkes Kabupaten Donggala, RS Kabelota, RS di Kota Palu, Puskesmas Sangurara dan Puskesmas Tompe. Dalam pelaksanaan program ini PKMK FK - KMK UGM akan tetap melibatkan Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah dan universitas lokal (Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako serta Fakultas Kedokteran Universitas Al-Khairat).
Seminggu pertama pasca gempa Sulawesi Tengah pada September 2018 lalu, puskesmas mengalami kekacauan. Banyak tenaga kesehatan juga sebagai korban sehingga pelayanan kesehatan tidak dapat diberikan secara optimal. Korban bencana tidak hanya mendapatkan perawatan medis namun juga mendapatkan perawatan non medis. Tenaga medis dan tenaga non medis bekerja sama untuk menangani pasien dan keluarga pasien. Pada saat bencana terjadi tenaga non medis harus mampu melakukan pertolongan pertama pada korban karena puskesmas pasti menerima pasien dalam jumlah besar. Manajemen penanganan bencana harus berbasis masyarakat karena pada dasarnya pada saat bencana terjadi yang dilakukan adalah menyelamatkan diri sendiri. Dengan demikian, masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sangurara khususnya terlatih atau kader kesehatan puskesmas perlu mengetahui bagaimana penanganan bencana dalam sektor kesehatan.
Pandemi COVID-19 menuntut semua pihak yang terlibat untuk siap respon. Pada prinsipnya konsep penanganan bencana non alam seperti pandemik virus sama dengan bencana alam, yang berbeda adalah sifat agen kausatifnya. Pelatihan ini akan menyajikan pengetahuan dasar terkait pertolongan pertama untuk tenaga medis, non medis dan kader kesehatan. Materi pelatihan tentang pertolongan pertama dengan bantuan hidup dasar, manajemen cidera dan trauma, dan pelatihan pertolongan pertama dengan perlengkapan rumah. Pelatihan ini juga menggunakan manekin, perlengkapan bidai, dan perlengkapan sehari - hari/rumah tangga seperti sandal jepit, kain lap, selimut, dan lain - lain.
Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan dan meningkatkan kapasitas masyarakat/kader terlatih dan staf non medis yang ada di puskesmas dalam menghadapi situasi bencana/krisis kesehatan terutama dalam situasi pandemi.
Proses Kegiatan
Kegiatan ini akan dilakukan selama 2 (dua) hari yaitu pada hari I adalah penyampaian materi dan hari II adalah praktek atau skill station. Kegiatan ini akan dilakukan secara luring dalam bentuk pengajaran, pelatihan hands-on PPGD awam khusus dan praktek Dasar Penyelamatan Diri
Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan ini sekitar 20 - 30 orang yaitu terdiri dari tenaga medis (dokter, perawat); non-medis; dan masyarakat terlatih/kader kesehatan
Output Kegiatan
Peserta mendapatkan pengetahuan terkait pertolongan pertama saat bencana dan dapat terlibat langsung dalam penguatan sistem manajemen penanggulangan bencana di Puskesmas
Waktu Pelaksanaan
1. Puskesmas Tompe
Hari, tanggal : Jumat - Sabtu, 18 - 19 Juni 2021
Pukul : 09.00 – 14.00 WITA
Tempat : Puskesmas Tompe
2. Puskesmas Sangurara
Hari, tanggal : Senin - Selasa, 21 - 22 Juni 2021
Pukul : 09.00 – 14.00 WITA
Tempat : Puskesmas Sangurara
Narasumber, Instruktur dan Fasilitator
- dr. Ali Haedar,SpEM,FAHA
- Sutono, S.Kp, M.Sc, M.Kep
- Dr. Surianto, S.Kep, Ns, MPH
- HIPGABI Sulawesi Tengah
- Happy R Pangaribuan, MPH (fasilitator)
Penutup
Demikian kerangka acuan pertolongan pertama saat bencana pada tenaga medis, non medis dan kader kesehatan wilayah kerja puskesmas. Pelatihan ini bermanfaat bagi puskesmas untuk kesiapsiagaan dan pengembangan penanganan bencana dan krisis kesehatan. Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM sebagai penyelenggara program akan berkomitmen demi tercapainya tujuan program dan Caritas Germany sebagai mitra penyelenggara program akan mendapatkan laporan rutin terkait keberlangsungan program.
Reportase
Pelatihan ini bertujuan untuk menguatkan dan meningkatkan kapasitas masyarakat/ kader terlatih dan staf non medis yang ada di puskesmas dalam menghadapi situasi bencana/krisis kesehatan terutama dalam situasi pandemi. Kegiatan dilaksanakan pada 18 - 19 Juni di Puskesmas Tompe dan pada 21 - 22 Juni di Puskesmas Sangurara. Kegiatan dilaksanakan secara luring dalam bentuk pengajaran, pelatihan hands-on PPGD awam khusus dan praktek Dasar Penyelamatan Diri. Peserta yang mengikuti adalah tenaga medis, tenaga non medis dan masyarakat awan terlatih (kader kesehatan) dari Puskesmas Tompe sebanyak 29 orang dan dari Puskesmas Sangurara 24 orang.
Dalam pelaksaan program ini, PKMK FK - KMK UGM mengundang ahli emergency medicine dari FK Universitas Brawijaya dan tim dari Pusat Himpunan Perawat Gawat Darurat Bencana (HIPGABI) Sulawesi Tengah sebagai narasumber dan intruktur.Selama pelatihan terdapat 9 materi yang disampaikan oleh narasumber yaitu (1) dr. Ali Haedar, SpEM, FAHA menyampaikan materi Introduction to the EMS System, materi CPR dan Sirkulasi, materi Penilaian Pasien; (2) Sukrang, S.Kep.,NS.,M.Kep menyampaikan materi Etika Pertolongan dan Tata Laksana Tempat Kejadian, materi Cedera pada Otot dan Tulang; (3) Dr. Surianto, S.Kep, Ns, MPH menyampaikan materi Evakuasi Mengangkat dan Memindahkan Korban, materi Supplemental Skill (4) Sutono, S.Kp, M.Sc, M.Kep menyampaikan materi Airway Care and Rescue Breathing, materi Pendarahan dan Syok. Peserta juga melakukan praktek langsung terkait dengan materi tersebut.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Perkenalan Emergency Medical System oleh dr. Ali Haedar,SpEM,FAHA di Puskesmas Tompe (kiri) dan Puskesmas Sangurara (kanan)
Pada sesi perkenalan Emergency Medical System (EMS) disampaikan beberapa keterampilan trauma untuk first responder adalah kontrol jalan napas, kontrol pendarahan luar, menangani syok dan menangani luka serta bidai cedera untuk menstabilkan ekstremitas. First responder berperan untuk merespon segera dan tentunya melindungi diri sendiri. Pengawasan medis dilakukan oelh medical director, secara langsung dokter berhubungan dengan petugas EMS pra-rumah sakit, biasanya melalui radio dua arah atau telepon seluler. Secara tidak langsung dokter mengarahkan kursus pelatihan, membantu menetapkan kebijakan medis dan memastikan mutu sistem EMS.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Praktek mengangkat dan memindahkan pasien di Puskesmas Tompe (kiri) dan Puskesmas Sangurara (kanan)
Prinsip Etika Pertolongan dan Tata Laksana Tempat Kejadian, tenaga kesehatan memberikan pertolongan sesuai dengan standar perilaku professional. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah persetujuan untuk perawatan dan kerahasiaan informasi pasien. Pasien dipindahkan hanya jika diperlukan, jangan membahayakan pasien lebih lanjut. Metode mengangkat dan memindahkan pasien dengan clothes drag pada pasien jantung, blanket drag, arm to arm drag, firefighter drag, two person extremity carry, two person seat carry, two-person chair carry dan pack-strap carry. Membebaskan jalan napas yang tersumbat dengan menggunakan sapuan jari, terlebih dahulu membalikkan pasien ke samping kemudian memasukkan jari ke dalam mulut membentuk C dan menyapukan dari satu sisi belakang mulut ke sisi lainnya, Membebaskan jalan nafas juga bisa menggunakan suctioning. Peserta melakukan praktek bagaimana memindahkan korban dengan berbagai metode dan bagaimana membebaskan jalan napas dengan menggunakan jari dan suctioning.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Praktek CPR di Puskesmas Tompe (kiri) dan Puskesmas Sangurara (kanan)
Hal pertama yang dilakukan untuk menilai pasien adalah scene size up (menggambarkan keadaan korban dan situasinya) setekah sudah mendapatkan gambaran, dilakukan penilaian awal misalnya apakah ada pendarahan. Pasien diperiksa dari ujung kepala sampai ujung kaki dan mendapatkan sampel. Pada penilaian awal dilakukan nilai kesan umum dan respon pasien, memeriksa jalan napas dan sirkulasi. CPR harus dimulai pada pasien tanpa nadi, kecuali jika kepala terputus, kaku mayat, pembusukan tubuh dan lebam mayat tidak perlu dilakukan CPR. CPR dihentikan ketika denyut nadi pasien kembali. Pada sesi praktek peserta melakukan latihan keterampilan CPR dewasa dan CPR bayi. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok didampingi oleh 4 instruktur.
Ketika terjadi pendarahan prinsip perawatan luka yang diberikan adalah kontrol pendarahan, mencegah kontaminasi lebih lanjut dari luka. Syok terjadi karena kolapsnya sistem kardiovaskular, keadaan dimana pengiriman darah yang tidak memadai ke organ-organ. Hal ini dapat terjadi karena kegagalan pompa, kegagalan pipa dan kehilangan cairan. Pertolongan yang dilakukan pada korban cedera otot dan tulang, salah satunya dengan melakukan pembidaian. Pada proses pembidaian ada penilaian anggota gerak, menutup semua luka terbuka dengan perban dan imobilisasi sendi di atas dan di bawah cedera. Pada materi keterampilan tambahan, disampaikan bagaimana mengukur tekanan darah dan memberikan oksigen. Peserta kembali dibagi menjadi 4 kelompok untuk praktek melakukan pembidaian dan memberikan oksigen.
Penutup
Secara keseluruhan kegiatan ini berjalan dengan baik, peserta sangat antusias memberikan pertanyaan pada sesi diskusi. Penanganan pertolongan pertama memang dibutuhkan peserta karena di wilayah kerja mereka sering terjadi kecelakaan dan juga kasus tenggelam. narasumber juga menyarakan supaya puskesmas melengkapi beberapa alat yang harus ada di puskesmas misalnya Automated External Defibrillation (AED) karena Puskesmas Tompe dan Puskesmas Sangurara adalah puskesmas rawat inap.
Reporter : Happy R Pangaribuan
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM