Ringkasan Eksekutif
Launching The ASEAN One Health Network (AOHN) and ASEAN One Health Joint Plan of Action (OH-JPA) dilanjutkan dengan on-site Table Top Exercise (TTX) based on The ASEAN Protocols on Cross-Border Contact Tracing and Rapid Outbreak Investigation |
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM
Inisiatif One Health di negara-negara low-middle income country (LMIC) di Asia Tenggara sangat penting untuk meningkatkan kapasitas IHR di kawasan tersebut. One Health adalah pendekatan komprehensif yang mengakui keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. WHO IHR 2005 mengikat 196 negara dalam sebuah kolaborasi untuk mencegah, melindungi dari pengendalian dan memberikan respons kesehatan masyarakat terhadap penyebaran penyakit internasional. IHR mendefinisikan hak dan kewajiban negara dalam menangani kejadian dan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang berpotensi melintasi batas negara.
GIZ bekerjasama dengan KGTK Kemenkes dan Dirjen P2P meminta Divisi MBK PKMK-UGM untuk memfasilitasi peluncuran ASEAN One Health Network (AOHN) dan pengembangan Rencana Aksi Bersama ASEAN One Health (ASEAN OH-JPA) yang merupakan komitmen berkelanjutan dari pertemuan konsultatif sebelumnya dan TOR yang dicatat dalam KTT ke-43 di Jakarta pada 5 September 2023. Peluncuran AOHN dan OH-JPA diadakan pada 19 Juni 2024 dan diwakili oleh Troika: Indonesia, Lao-PDR, dan Malaysia. Peserta yang hadir yaitu 50 orang berasal dari 10 negara anggota ASEAN (ASEAN Member States/ AMS), WHO SEARO, United Kingdom Health Security Agency (UKHSA), SEAOHUN, UK Mission to ASEAN, Australian Mission to ASEAN, ASEAN-USAID Partnership, WHO Indonesia, WOAH, The World Bank, UNEP, FAO, GIZ, ASEC, AIHSP, dan Canada Embassy.
Dalam launching ini, diselenggarakan pula dua webinar yang didukung oleh para pakar One Health yang terdiri dari akademisi, praktisi, dan peneliti, serta mengundang pemangku kepentingan dan pembicara global terkait One Health. Peluncuran AOHN dan OH-JPA ini dilakukan sebagai bentuk lanjutan dari komitmen ASEAN dalam mewujudkan ASEAN Leaders’ Declaration on One Health Initiative. Pada sesi pertama webinar diselenggarakan dengan topik “Respon Darurat Kesehatan Masyarakat Berfokus pada Kesiapsiagaan – Peran ASEAN”. Sesi ini mengundang para ahli di bidang One Health, peneliti, dan praktisi hukum di bidang One Health. Para pembicara tidak hanya berbicara tentang kerangka teori One Health, tetapi juga aktivitas penelitian, kolaborasi, dan advokasi tentang One Health baik di ASEAN maupun di kawasan lainnya. Diskusi dari webinar tersebut meminta AMS untuk memberikan umpan balik dari masukan para ahli dan pendapat mereka tentang cara mempersiapkan keadaan darurat kesehatan masyarakat di masa mendatang di ASEAN.
Webinar kedua membahas tentang “Praktik Baik dari Kerja Sama Internasional dalam Menerapkan One Health” dan mengundang pembicara dari UKHSA, Quadripartite, dan Global Pandemic GIZ. Dalam sesi ini, ada tiga hal yang difokuskan, diantaranya advokasi ke negara-negara ASEAN untuk menganalisis situasi dan memahami konsep One Health secara mendalam, mengetahui perangkat One Health, dan mengetahui peran akademisi di bidang ini. Kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai lembaga merupakan komponen inti One Health karena topiknya sendiri merupakan gabungan berbagai faktor untuk mencapai kesehatan bagi semua.
Kegiatan kedua setelah launching jejaring One-Health adalah Table Top Exercise (TTX) lintas batas. Peserta TTX merupakan perwakilan dari ASEAN Member State (AMS) yaitu 6 negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Laos, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand) yang hadir secara langsung dan 4 negara secara online. Sebelum melakukan TTX, PKMK FK-KMK UGM memaparkan mekanisme TTX selama dua hari. Skenario dibagi menjadi empat tahap berdasarkan protokol Cross Border Contact Tracing dan Rapid Outbreak Investigation. Tahap 1 adalah Outbreak Early Detection and Preparedness, Tahap 2 adalah Contact Tracing, Tahap 3 adalah Cross Border Information Sharing, Tahap 4 adalah Rapid Outbreak Response, Investigation and Management.
Seluruh peserta menjawab pertanyaan secara langsung secara bergantian dan juga mengisi kuesioner daring. Observer berasal dari Sekretariat ASEAN (ASEC), ASEAN BioDiaspora Virtual Center (ABVC) dan ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED) menyampaikan beberapa saran, termasuk komitmen untuk merevisi dan mengembangkan protokol, mengeksplorasi lebih jauh tentang kedaruratan kesehatan masyarakat, dan melalui data dan informasi yang dilaporkan. Kolaborasi sangat berguna untuk investigasi, komunikasi, koordinasi, ini sangat menggembirakan. Pelaporan sangat penting sekarang karena data terkini sangat mempengaruhi publik. Komunikasi bersifat informal untuk tindakan lanjutan, ini tindakan yang sangat baik untuk setiap negara. Peserta dari masing-masing negara berkomitmen untuk berbagi dan mensosialisasikan protokol ASEAN terkait lintas batas ini ke negara mereka, khususnya kepada pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan protokol tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara.
Penulis :
apt. Gde Yulian, M.Epid.
Peneliti Div MBK FK-KMK UGM