logo2

ugm-logo

Seminar Hospital Safety: Tantangan dan Progress-nya

PPKK Kemenkes: Kebijakan Kemenkes tentang Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit (P3BRS)

sesi-1hospital-safetyPembukaan Seminar Hospital Safety

Sesi satu dimoderatori oleh dr. Bella Donna, M.Kes dari Divisi Manajemen Bencana Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan FK UGM. Beliau memperkenalkan pembicara dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, dr. Indro Murwoko.

indroDok. PKMK: dr. Indro Murwoko dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kemenkes

Dikesempatan ini dr. Indro Murwoko menyampaikan beberapa hal penting terkait tema Hospital Safety ini. Ketika bencana terjadi, RS sebagai salah satu fasyankes harus menjadi fasyankes yang aman, yang dapat melindungi pasien-petugas, lalu meyakinkan fasyankes serta yankes berfungsi saat terjadi bencana. P3K ini berlokasi kerja di 9 regional yaitu Kalsel, Makasar, Manado, Medan, Jakarta, Surabaya, dan seterusnya. Serta 2 sub regional yaitu Papua dan Padang. Ke depan, P3K ini akan dikembangkan menjadi UPT, jadi yang menduduki staf Dinkes namun fasilitas milik Kemkes Pusat, tutup dr. Indro.

Organisasi internasional juga turut andil dalam hal ini, sejak tahun 2008 WHO Indonesia sudah mengawali kampanye safe school dan safe hospital. Tantangan untuk implementasi ini ialah kurangnya peraturan untuk pasien, harus terakreditasi, serta kurang political will. World Bank juga ada ketertarikan di bidang program pengembangan fasyankes ini.

Sesi Diskusi:

Laham (RSAB An Nur Yogyakarta.) mengajukan pertanyaan, dalam Pedoman Kebijakan Penanganan Bencana RS (P3BRS), poin penting apa yang harus di-share RS untuk menjadi safety hospital. Lalu poin apa yang harus dipenuhi untuk hospital safety index, apakah SOP dan fasilitas harus disiapkan secara khusus?

diskusi

dr. Indro menjawab pertanyaan tersebut melalui penjelasan, P3BRS merupakan produk yang dibuat tahun 2009 atau sering dikenal dengan pedoman penyiagaan bencana RS. Bagaimana menyusun perencanaan RS, sulit untuk treatment dengan RS yang sudah eksis. Komponen utama yang ada harus segera dibuat, contohnya untuk internal disaster RS misal ada call center.

dr. Hendro sempat memaparkan dua buku yang berperan penting dalam penyusunan Hospital Safety ini. Pertama, buku Hospital preparedness for emergency disaster (HOPE) yang banyak membahas syarat bangunan yang sesuai jika terjadi bencana. HOPE ini cukup komprehensif untuk menjadi acuan. Jadi, ada semacam hospital insider command system. Jika sistem komando tidak berjalan, prosedur tidak akan jalan juga. Misalnya banyak dokter namun tidak ada nomor telpon nya jadi kurang baik dalam penanganan saat bencana. Lalu, buku Safe Hospital yang bercerita tentang jangan membuat RS di lereng gunung, jangan membuat RS di bawah jalan jadi kebanjiran, tutup dr. Hendro.