Sesi 3 Seminar Hospital Safety: Tantangan dan Progress-nya
Ada beberapa poin penting yang ada dalam Hospital Safety, antara lain: structural (bangunan), non struktural (SDM) dan planning (mitigasi dan kontijensi RS). Ketiganya harus menjadi pokok yang diperhatikan RS.
MDMC berbagi pengalaman selama mendampingi masyarakat dan komunitas pre, saat dan pasca bencana. Ada semacam kolaborasi antara RS PKU Muhammadiyah Palembang, Pondok Kopi, Bantul dan Lamongan. Di Bantul, MDMC mendampingi dua desa, mereka dibina dan disiagakan sehingga sudah siap siaga bisa membantu yang lain, yaitu Kretek dan Poncosari-Srandakan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain, siaga bencana melalui penanganan medis serta pembentukan struktur tim. MDMC memiliki program Hospital and Community Prearedness for Disaster management. MDMC rutin mengadakan gladi pada awal, tengah, akhir tahun. Simulasi, drill, FTX dan TTX setahun tiga kali.
Diskusi
Happy (Keperawatan UGM) mempertanyakan di MDMC siapa saja yang berperan dan berapa persentasenya? Perannya seperti apa? Training apa yang diberikan pada komunitas? Apakah basic life support diberikan pada komunitas?
Budi (MDMC) menyampaikan ada empat klaster dalam rencana operasi yaitu: SAR/Mapala, Disaster medic comitee/DMC, psikososial/psikologi-pendampingan, trauma healing, community development di posko bencana. HCPDN, desa Poncosari menangkap potensi kampong, lalu melakukan perencanaan sektoral di bidang kesehatan serta ekonomi. Kemudian, lahirlah profil kampung, kerentanan ancaman, serta potensi/kapasitas mereka.
Community Based Health Service (CBHS) yang diajarkan pada komunitas antara lain bidang promkes- bagaimana mengelola bencana, rencana kontijensi untuk KLB/endemik/bencana. Lalu mereka dilatih: Basic Life Support. Lalu komunitas ini diuji MDMC melalui gladi yang selalu diadakan secara rutin.
Lono mempertanyakan terkait Hospital safety, pencemaran di RS ke masyarakat sekitar, penyakit atau limbah. Bagaimana RS memfasilitasi agar masyarakat tidak tercemar?
Endamg YEU menyatakan RS Bethesda menjalin hubungan komunikasi dengan masyarakat, kami selalu ada laporan dan audit terkait limbah ini.
Budi (MDMC) memaparkan bagaimana berhubungan dengan masyarakat? Hal yang paling penting yaitu sanitasi. Aspek keamanan sudah dicek melalui BLH dan aman.
Nurida (mahasiswa MMB, FK UGM) menanyakan saya belajar manajemen bencana, koordinasi antar pelaku bencana? Bagaimana koordinasi swasta dengan pemerintah? Bagaimana pengiriman relawan?
Endang (YEU) memaparkan pemerintah selalu melakukan koordinasi, lalu koordinasi dan menyiapkan bantuan. Respon yang ditunggu ialah perlu relawan kah? Jika bagian logistik, ada bagian dengan farmasi-atau direct contact. Komunikasi yang dilakukan untuk melakukan koordinasi bagaimana menyiapkan kebutuhan dan meminta bahwa itu dilaksanakan. YEU menjadi coordinator, Bethesda support professional yang ada disana.
Arif sebagai moderator menyatakan koordinasi adalah hal yang paling sulit di Indonesia.
Budi (MDMC) menyampaikan Bantul sudah memiliki Bantul Emergency Service Support (BES), kemudian diatur didalamnya mekanisme berkoordinasi, salah satunya divisi relawan. Alur koordinasi yang dibuat melalui perserikatan Muhamadiyah dan pemerintah. Kemudian, ada satu komando yang dilakukan. Definisi suksesnya, coordinator komando yang tangannya tidak kotor dan tidak berkeringat (pelatihan BNPB).
Dr. Arif (RS Panti Nugroho), MDMC bagaimana mencari dukungan finansial? Lalu bagaimana menggerakkan swadaya masyarakat?
Budi (MDMC) memaparkan komitmen dalam HSCPDN, sekian persen dari RS masuk dalam penanggulangan bencana: internal (pelatihan SDM, struktur), eksternal: penguatan kapasitas komunitas. Setahun prediksinya ada tiga kali bencana. Donor dari luar yaitu Lazismu: zakat, infak dari karyawan, alokasinya untuk kebencanaan, anak yatim dan orang miskin. Donor lain: banyak yang bersimpati, misal Dinkes Bantul mendukung penuh.
Dalam bencana, social matter salah satunya gotong royong adalah kata kunci.
Arif sebagai moderator menutup sesi dengan kalimat saat terjadi bencana, banyak korban yang diurus bersamaan, jadi bencana itu humanity tidak ada border. Ada banyak kolaborasi antar lembaga pegiat bencana yang bisa bekerjasama.
Akan ada workshop kelanjutan dari acara ini, penutup dari dr. Bella Dona, yang paling penting dalam penanggulangan dan penanganan bencana ialah koordinasi dan kebersamaan (w).