Laporan Kegiatan
Bimbingan Teknis Hospital Disaster Plan RSUD Tora Bello Kabupaten Sigi
Sigi, 12 - 14 Agustus 2019
Pengantar
RSUD Tora Bello Sigi adalah salah satu rumah sakit yang terkena dampak bencana Sulawesi Tengah. Fasilitas kesehatan berupa bangunan gedung rumah sakit mengalami kerusakan dan banyak alat kesehatan yang hilang saat bencana. Pelayanan di rumah sakit chaos seminggu pasca bencana. Berdasarkan hasil rapat internal dengan RSUD Tora Bello, rumah sakit belum ada pelatihan khusus terkait penanggulangan bencana dan belum memiliki dokumen Hospital Dosaster Plan (HDP). Hal ini mendasari kebutuhan RSUD Tora Bello untuk mempersiapkan Hospital Disaster Plan - nya. Workshop/bimbingan teknis Hospital Disaster Plan ini berupa pemberian materi, penugasan dan praktek teknik pembuatan peta respon.
Pelaksanaan
Kegiatan berlangsung selama 3 hari di RSUD Tora Bello Kab. Sigi, dimana jumlah peserta sekitar 40 orang yang terdiri dari direktur, kepala bidang, bidang rujukan, bidang pelayanan, dokter IGD dan bidang lainnya yang berhubungan dengan penanganan krisis kesehatan dan bencana.
Senin, 12 Agustus 2019
Materi pertama adalah Overview HDP dan SNARS. Pemateri menanyakan mengapa harus menyiapkan HDP? Karena pada saat bencana akan mengalami kekacauan, hal tersebut bisa berkurang jika kita sudah memiliki kesiapan. Secara tertulis koordinasi sangat mudah, namun pada saat kejadian sistem koordinasi ini yang sering bermasalah. Setiap rumah sakit dalam akreditasi SNARS diwajibkan memiliki HDP. HDP disiapkan kemudian disimulasikan sehingga bisa lolos akreditasi. Namun perlu dipahami juga kalau penyusunan ini jangan semata - mata hanya untuk akreditasi, namun melihat wilayah kita yang sangat rawan bencana jadi dokumen ini memang penting bagi rumah sakit. Artinya harus dipersiapkan sebaik mungkin.
Materi selanjutnya tentang Pengorganisasian dan Logistik Kesehatan saat Bencana. Pemateri mengawali dengan menanyakan kapasitas rumah sakit Tora Bello pada saat penanganan pasien. Titik kumpul dimana, jumlah bed, ruang IGD. RS memiliki 16 bed, jika pada saat bencana ada pasien datang dalam 1 jam 1000 orang, apakah rumah sakit siap? Hal - hal seperti ini yang penting disiapkan dalam komponen HDP RS. Pasien datang berlebih diluar pasien harian. Penyusunan organisasi berdasarkan dengan organisasi sehari - hari. Penyusunan organisasi harus sesederhana mungkin tetapi mencakup semua kebutuhan.
Materi ketiga tentang Hospital Safety Index (HSI). Pemateri menyampaikan bahwa kita patut berbangga Kab. Sigi sudah punya dokumen perencanaan penanggulangan bencana yaitu di dinas kesehatan. Harapannya RS Torabelo bisa membuat dokumen yang sama seperti Dinas kesehatan kemudian menyesuaikan dengan kondisi RS. Pada analisis resiko yang perlu ditambahkan adalah kebakaran lahan, keracunan makanan, dan wabah. Hospital Safety Index bukunya terdiri dari 15 halaman dengan sekitar 150 pertanyaan. HIS mempunyai 4 modul dimana modul 1 terkait teknik bangunan, modul 2 tentang structural, modul 3 tentang non structural dan modul 4 tentang management. Perhitungan Hospital Safety Index harus dihitung secara bersama - sama oleh orang rumah sakit. Agar hasilnya bisa benar - benar sesuai.
Materi keempat terkait fasilitas, masteri ini bertujuan untuk mengenalkan fasilitas yang dibutuhkan pada saat terjadi bencana. Beberapa fasilitas yang diperlukan saat terjadi bencana contoh pos komando, titik berkumpul, ruang media, staging area untuk relawan yang sudah siap bertugas. Jangan disamakan ruangan relawan yang datang untuk registrasi dengan relawan yang sudah siap bertugas supaya tim manajemen relawan tidak bingung.
Selanjutnya materi terakhir tentang pengembangan scenario, data dan informasi. Skenario yang disusun sama dengan rencana Simulasi. Pemateri menampilkan form - form data dan informasi sehari - hari yang dibutuhkan saat bencana dan bentuk data rekapan harian untuk dilaporkan ke dinas kesehatan. Beberapa form tersebut antara lain adalah pelaporan harian penyakit, alur pelaporan surveilans, daftar hadir, form penerimaan donasi barang, form penerimaan obat - obatan dan perbekalan kesehatan. Harapannya data kesehatan bersumber dari instansi kesehatan. Biasanya data kesehatan bersumber dari BNPB.
Sesi Diskusi :
- Nyoman: Terkait dengan pembuatan peta, tadi kelihatan denah-denah RS dan puskesmas. Bagaimana dengan RS, kalau melihat situasi kemarin sebelumnya sudah kita susun petanya. Namun bencana terjadi fasilitas rusak. Bagaimana mensinkronkan peta respon ini dengan denah evakuasi?
- Ada dua peta yaitu peta respon dan peta preparedness. Peta respon pada saat bencana itu yang kita buat. Peta rumah sakit itu yang kita buat (peta preparedness) menjadi peta respon, penempatan relawan itu yang kita tempelkan di peta preparedness, itulah yang menjadi peta respon. - Nyoman: Terkait dengan simulasi, 1/3 staf terlibat dalam simulasi. Apakah pasien yang sedang dirawat juga dilibatkan?
- Stafnya ya, tapi kalau korban tidak melibatkan korban yang benar. Tapi kita mengambil orang lain yang berperan sebagai korban. Peran korban ini sesuai dengan hazard di RS. - Ketika bencana besar terjadi pasti RS akan collapse. SOP tidak berlaku. Secara otomatis, BPJS tidak menanggung. Sampai sekarang status pasien klaim dari BNPB sampai sekarang tidak dibayarkan. Ini bagaimana? Kemudian pertanyaan pamungkas saya, kepada menteri kesehatan, saat bencana terjadi menteri pendidikan diberi uang jasa. Ada istilah TNI, Polri, dapat remunasi, Guru dapat sertifikasi, Kesehatan dapat terima kasih.
- dr. Sulanto: Kita tidak pernah tahu bencana kapan terjadi. Ini memang sulit. Terkait uang atau penganggaran sebenarnya kita bisa mencari relawan dari NGO/LSM atau lembaga lain yang bisa menyumbangkan uang saat bencana. Kemudian harus disiapkan APBD RS kira - kira 10%, serta tenaga - tenaga yang sudah tersertifikasi untuk kejadian bencana. Bekerjasama dengan LSM - LSM yang ada.
- dr. Bella : Dana DSP diberikan sebelum selesai tanggap darurat. Jika sudah lengkap administrasi, daftar hadir rapat, bisa diajukan sebelum tanggap darurat berakhir. Kalau di Sigi pun belum cair wajar karena sampai sekarang di Lombok pun belum ada. BPBD bisa menganggarkan untuk itu, karena Sigi merupakan daerah rawan bencana. Dinas kesehatan tetap bekerjasama dengan BPJS untuk penganggaran penyakit - penyakit, seperti hipertensi,yang tidak dimasukkan adalah penyakit akibat bencana.
Untuk jasa, jangankan guru, antar sesama profesi kesehatan masih ada kecemburuan karena yang ini menerima sedangkan yang lain tidak. Guru diberikan insentif karena dilindungi undang - undang. Sedangkan kita tidak.
Selasa, 13 Agustus 2019
Hari ini adalah penugasan penyusunan dokumen hospital disaster plan. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok sesuai degan bidangnya. Bidang perawatan medis mengerjakan SOP, bidang perencanaan mengerjakan system komando dan tupoksi, bidang pelayanan kesehatan mengerjakan fasilitas saat bencana. Setiap kelompok didampingi oleh fasilitator sehingga jika ada kesulitan dan pertanyaan bisa langsung didiskusikan. Setelah penugasanan selesai, peserta sepakat akan mensosialisasikan hasil penugasan kepada internal rumah sakit besok harinya. Pada saat sosialisasi akan diundang bidang terkait yang mausk dalam sistem komando.
Rabu, 14 Agustus 2019
Presentasi Penugasan Dokumen Hospital Disaster Plan
Presentasi awal oleh tim struktur organisasi. Secara keseluruhan sistem komando sudah disetujui oleh peserta. Tupoksi juga tidak ada masalah. Ada koreksi dan penambahan pada sistem komando yaitu seksi keamanan sebaiknya dimasukkan ke bagian humas saja karena sehari hari seksi keamanan diatur oleh kasubag kepegawaian. Presentasi kedua oleh tim fasilitas. Beberapa perbaikan fasilitas adalah pada peta respon, ruang triase diwarnai sesuai dengan warna triase (merah, kuning, hijau). Area triase di dalam gerbang kemudian alur pasien masuk juga dibuat dalam peta. Keterangan tanda/symbol/warna pada peta jangan lupa dibuat dibawah peta. Direktur RS dr. Graf menyampaikan bahwa selanjutnya juga sudah direncanakan dibangun ruang untuk dekontaminasi dekat IGD.
Presentasi ketiga oleh tim SOP. Penggunaan jabatan di SOP disinkronkan dengan jabatan di struktur organisasi. Kemudian kita sudah tentukan fasilitas, maka nama fasilitas yang di SOP disinkronkan dengan fasilitas saat bencana. Penambahan penting lainnya adalah perlu dibuat SOP terkait penggunaan ruang IGD, misalnya jika ruang IGD tidak cukup apakah perlu punya IGD cadangan mengingat pada saat respon biasanya pasien yang diterima melebihi kapasitas IGD.
Penutup
Demikian laporan bimbingan teknis Hospital Disaster Plan RSUD Tora Bello Kab. Sigi. Rencana tindak lanjut dari RSUD Tora Bello adalah meningkatkan pelatihan tim bencana sehingga terbentuk Tim Reaksi Cepat yang terlatih. Proses pembentukan dan pelatihan tersebut akan bekerja sama dengan Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes. PKMK FK - KMK UGM Divisi Manajemen Bencana bersama dengan Caritas Germany akan mendampingi RSUD Tora Bello dalam penguatan manajemen krisis kesehatan dan bencana di rumah sakit.
Reporter : Happy R Pangaribuan
Foto : Dokumentasi PKMK FK - KMK UGM Div. Manajemen Bencana Kesehatan