Hari 1
Hari Pertama: 13 November 2023
Peningkatan kapasitas para pelaku penanggulangan bencana bidang kesehatan di Indonesia pada berbagai tingkat baik di kalangan pemerintah maupun non pemerintah merupakan sebuah keharusan terutama dalam aspek pengurangan risiko bencana untuk mencegah dan mengurangi korban serta dampak kesehatan lainnya. Upaya tersebut sejalan dengan agenda Kementerian Kesehatan yang sedang menjalankan Transformasi Kesehatan khususnya di bidang Ketahanan Kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, Pusat Krisis Kesehatan bekerja sama dengan UNICEF Indonesia dalam kerangka Annual Work Plan (AWP) tahun 2023 menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan dalam bentuk Workshop Health in Emergency pada 13-17 November 2023 di Hotel Aston Sentul Lake Resort & Convention Center, Bogor. Peserta kegiatan berasal dari multi sektor di bidang kesehatan, seperti BNPB, Puskes TNI, Pusdokkes POLRI, Akademisi, WHO, UNICEF, UNFPA, CDC, Kemenkes, dan TCK EMT. PKMK FK-KMK UGM mengirimkan delegasinya, dr. Alif Indiralarasati, dalam kegiatan tersebut.
Pada hari pertama, peserta pelatihan mendapatkan materi dasar seputar konsep mengenai UNICEF Core Commitment for Children and SPHERE Minimum Standard for Humanitarian Response, Situasi Bencana dan Krisis Kesehatan di Indonesia serta kebijakan yang menaungi. Situasi Kegawatdaruratan Kesehatan di Asia Pasifik, Konsep Manajemen berbasis Klaster dalam Penanggulangan Bencana, dan Konsep mengenai bencana serta Kegawatdaruratan Kemanusiaan yang Rumit/Kompleks. Pemateri pada hari pertama berasal dari berbagai institusi seperti UNICEF, Kemenkes, BNPB, dan CDC Atlanta.
Reporter: dr. Alif Indiralarasati
Hari 2
Hari Kedua: 14 November 2023
Setelah memahami konsep dasar dalam kegawatdaruratan di bidang kesehatan, termasuk kaitannya dengan bencana dan krisis kesehatan, maka topik kegiatan di hari kedua mulai membahas teknis-teknis dalam penanggulangan krisis kesehatan.
Kegiatan hari ini dibuka dengan penyampaian Early Warning Alert and Response (EWAR) oleh CDC Atlanta yang mengawali konsep pentingnya mendapatkan informasi dalam waktu cepat dengan cara yang paling efisien dan mudah, yakni berbentuk surveilans data penyakit berdasarkan gejala. Materi kemudian dilanjutkan dengan kebijakan surveilans di Indonesia oleh Kemenkes RI, yang mengafirmasi sistem EWAR dengan nama berbeda, yakni SKDR.
Masih berbicara mengenai surveilans, sesi kemudian dilanjutkan dengan penjelasan konsep Rapid Assessment oleh CDC. Pembicara menekankan agar tim surveilans mengumpulkan data sebelum dan setelah bencana. Dalam teknik pengumpulan data, dapat dibagi menjadi data primer dan sekunder. Untuk data primer, penting dalam menjelaskan bagaimana data didapatkan, tujuan pengumpulan data, dan limitasi dari hasil pengumpulan data tersebut. Tak lupa, materi dilanjutkan dengan situasi dan konsep RHA di Indonesia.
Sebagai penutup sesi hari ini, diberikan materi mengenai Manajemen Logistik Kesehatan oleh Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes. Meski tampak sederhana, namun manajemen logistik saat bencana membutuhkan kerja sama multi sektor dan koordinasi yang kuat baik di internal dan eksternal lembaga. Tak lupa, berbeda dengan hari sebelumnya, di sesi hari ini terdapat 2 sesi diskusi kelompok berdasarkan kasus yang disediakan, mengenai materi EWAR dan Surveilans. Kelas pelatihan hari ini berjalan dengan menarik dan hangat.
Reporter: dr. Alif Indiralarasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM)
Hari 3
Hari Ketiga: 15 November 2023
Masih berbicara mengenai teknis dalam sistem penanggulangan krisis kesehatan. Hari ketiga membawa para peserta untuk lebih memahami tentang manajemen penyakit menular. Sesi di pagi hari, disampaikan oleh Andrew Boyd dari CDC Atlanta, yang menjelaskan pendekatan pada penyakit menular dalam situasi gawat darurat dan Emerging Infectious Diseases. Dalam paparannya, Andrew menekankan tentang banyaknya faktor risiko timbulnya lokus penyakit menular di pengungsian. Terdapat 4 jenis penyakit yang sering muncul, yakni diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), campak, dan malari. Di sisi lain, sebagai kelompok masyarakat yang memiliki perhatian terhadap krisis kesehatan, kita juga harus lebih menilik pada penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi wabah dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Kemudian, diberikan materi mengenai kesetaraan gender dan disabilitas dalam krisis kesehatan. Kondisi krisis kesehatan menghadirkan tantangan baru dalam menerapkan kesetaraan gender dan disabilitas, karena terkadang kurangnya prioritas dan dokumentasi, adanya peningkatan stres, sistem keamanan yang terdisrupsi, maupun timbulnya kesakitan baru akan meningkatkan vulnerabilitas dalam penerapan kesetaraan dalam kerangka krisis kesehatan. Penting pula untuk dapat mengkomunikasikan risiko dan melibatkan masyarakat dalam upaya mencapai kesejahteraan bersama. Tak lupa, manajemen logistik dan fasilitas kesehatan dalam bencana harus dikonsiderasikan secara baik dan terencana, agar ketika situasi bencana dan krisis hadir, tiap aktor hanya perlu mengaktivasi sistem bukan membentuk sistem yang baru.
Sesi terakhir, membahas manajemen Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) yang berkaitan erat dengan timbulnya risiko terhadap penyakit infeksius dan kesejahteraan pengungsi. Kesalahan dalam manajemen WASH akan dapat mempengaruhi aspek kesehatan dan non kesehatan. Salah satu penyakit yang sangat berhubungan dengan WASH pada konteks pengungsian adalah diare cair akut dengan salah satu etiologi yang paling ditakuti adalah kolera. Kolera sangat mudah menyebar, tidak semua pasien bergejala, dan hanya sejumlah kecil akan jatuh ke dalam kondisi fatal. Sayangnya, keterlambatan identifikasi kasus utamanya saat kondisi bencana dan ekosistem pengungsian, akan menurunkan kemampuan deteksi dini dan analisis risiko.
Sebagai penutup hari ketiga, para peserta dibagi ke dalam kelompok kecil dan melakukan aktivitas diskusi kasus mengenai WASH dan kasus infeksi di pengungsian, khususnya kolera. Dalam diskusi ini, para peserta diminta untuk mengidentifikasi komponen WASH, tantangan dalam manajemen kasus infeksi di lingkungan pengungsian, hingga bagaimana upaya prevensi dan vaksinasi untuk kolera.
Reporter: dr. Alif Indiralarasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM)
Hari 4
Hari Keempat: 16 November 2023
Hari ini adalah hari terakhir penyampaian materi. Topik yang dibahas mencakup sub klaster dalam klaster kesehatan bencana. Sesi pertama membahas mengenai “Gizi saat Bencana” yang dibawakan oleh Kemenkes dan UNICEF. Terdapat 4 fokus intervensi gizi saat bencana, yakni Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA), manajemen gizi buruk, pemberian suplementasi gizi, dan pendampingan kepada kelompok rentan. Intervensi gizi saat bencana dibagi menjadi 2, intervensi gizi spesifik (fokus sub klaster gizi), dan intervensi gizi spesifik (melibatkan lintas sektor). Di akhir sesi mengenai nutrisi/gizi ini, dilakukan simulasi kasus mengenai bagaimana mengeola gizi buruk pada populasi terdampak bencana 3 kecamatan berbeda.
Selanjutnya, UNICEF memberikan materi mengenai “Vaksinasi saat Bencana” yang menjadi penting untuk mencegah adanya KLB di pengungsian. Pelatihan juga menyentuh isu tentang dukungan kesehatan mental dan psikososial saat bencana, yang menjadi tantangan besar dalam situasi tanggap darurat maupun pasca bencana. Dukungan ini harus menyentuh semua golongan, dan justru yang seharusnya diupayakan adalah bagaimana para penyintas bisa melakukan kegiatan seperti yang biasa mereka lakukan sebelum terjadi bencana.
Topik yang tak kalah penting adalah manajemen kesehatan reproduksi, ibu dan anak pada saat bencana. Terbatasnya akses, alokasi dana, perubahan status psikologis, dan permasalahan sosiokultural akan menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan tersebut. Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia telah membuat PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimal) beserta kalkulatornya untuk menghitung profil demografi populasi terdampak yang dapat digunakan sebagai dasar advokasi, pengajuan pendanaan, dan pembuatan program dalam masa tanggap darurat. Dalam implementasinya, diperlukan 3 hal, yakni penyebarluasan informasi, menghimpun umpan balik, dan partisipasi aktif. Sejalan dengan upaya Kemenkes, CDC juga memiliki pedoman yang digunakan secara global untuk membantu manajemen usia produktif, ibu dan anak pada saat bencana. Tak lupa, di sesi ini juga diadakan simulasi bermain peran sebagai pelaku dan expert dalam bidang KIA menghadapi bencana.
Terakhir, disampaikan materi mengenai kesehatan untuk remaja dalam bencana. Meski bukan termasuk kelompok rentan, namun karena di Indonesia populasi usia produktif terutama remaja memiliki persentase yang cukup besar, maka kesehatannya harus diperhatikan. Pendekatan yang komprehensif menjadi kunci dalam tatalaksana kesehatan di segala kelompok usia, termasuk remaja.
Reporter: dr. Alif Indiralarasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM)
Hari 5
Hari Kelima: 17 November 2023
Pada hari kelima, telah dilaksanakan table top exercise dengan skenario gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Barat. Pada simulasi kali ini, peserta dibagi menjadi 6 kelompok, yakni klaster koordinasi, WASH, Yankes, P2P, Kespro, dan Nutrisi. Kegiatan dibagi menjadi 2 bagian, yakni fase tanggap darurat akut (0-72 jam) dan fase tanggap darurat pada 3-7 hari pasca kejadian.
Dalam simulasi ini, peserta dapat memahami bahwa permasalahan respon dalam bencana harus bersifat komprehensif, tidak hanya memikirkan masalah makro tapi juga belajar berpikir secara kesehatan masyarakat. Poin-poin seperti kelompok rentan, penyakit infeksi, dan nutrisi menjadi kunci dalam simulasi kali ini. Namun sayang, bentuk simulasi tidak sesuai dengan pedoman ICS yang berlaku di Indonesia, meski secara konten cukup baik. Di sisi lain, simulasi lebih bersifat seperti bermain peran dibanding sebagai sebuah table top exercise.
Secara keseluruhan kegiatan pelatihan ini baik dan sangat direkomendasikan untuk dilanjutkan namun dengan menghadirkan lebih banyak pelaku terkait (dinas kesehatan) dan/atau menitikberatkan pada poin koordinasi dan bagaimana mekanisme operasionalisasi HEOC agar lebih aplikatif dan sesuai dengan kondisi riil di Indonesia.
Reporter: dr. Alif Indiralarasati (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK UGM)