logo2

ugm-logo

Krisis Kemanusiaan Rohingya

crisis rohingnyaPada September 2017 lalu European Civil Protection and Humanitarian Aid Operation (ECHO) mempublikasikan fakta-fakta penting terkait dengan krisis kemanusiaan di Rohingya, Myanmar. Memahami fakta sejarah krisis kemanusiaan disana serta dampaknya bagi warganya saat ini, merupakan cara terbaik dalam memahami kodisi dan fakta yang terjadi secara menyeluruh. Rakhine yang terletak di Myanmar Barat merupakan rumah bagi sekurangnya 800 ribu muslim. Selama beberapa dekade, mereka mendapatkan diskriminasi secara hukum maupun sosial. Beberapa contoh diskriminasi yang mereka alami yaitu dilarang bepergian tanpa otoritas, dilarang bekerja di luar desanya, tidak diperbolehkan menikah tanpa izin. Pembatasan gerak yang diberlakukan pada mereka menyebabkan terbatasnya peluang untuk hidup, pelayanan kesehatan, hingga pendidikan. Awalnya pada 1982 hukum tentang kewarganegaraan Rohingya dilumpuhkan. Kekerasan yang diperoleh meluas pada 2012, lebih dari 140 ribu orang terlantar. Banyak diantara mereka memilih untuk mengungsi di kamp kumuh dan penuh sesak. Warga yang tetap tinggal bergantung penuh pada bantuan internasional. Beberapa kelompok Rakhine menganggap hal ini menguntungkan Rohingya. Hingga pada Maret 2014 terjadi serangan terorganisisr terhadap Kantor Komunitas Internasional, tempat tinggal hingga gudang-gudang. Kerugian pada saat itu mencapai jutaan euro. Akses menuju Rohingya hingga saat ini masih diatur dengan sangat ketat. Pada 25 Agustus 2017 sebuah serangan mematikan dilakukan dan menyebabkan 313 ribu warga sipil melarikan diri ke perbatasan Bangladesh. Serangan ini terjadi setelah kurang dari 1 tahun serangan sebelumnya (Oktober, 2016). Informasi selengkapnya Klik Disini