Niger dikenal sebagai tempat transit utama dalam proses migrasi. “Ghetto” merupakan nama yang diberikan kepada kelompok rumah yang disewa oleh imigran di daerah Agadez. Daerah tersebut dihuni lebih banyak oleh orang muda dari berbagai negara. Kondisi lingkungan yang penuh tanpa air mengalir, listrik maupun suplai makanan yang memadai. Francesso Rocca sebagai Presiden dari IFRC melakukan kunjungan dan mendengarkan perjalanan para imigran tersebut.
Menurut salah satu imigran, daerah Agadez merupakan tempat transit para imigran yang gagal mencapai dataran Eropa. Perjalanan panjang menuju Eropa menyebabkan jumlah imigran yang mennggal karena kelaparan dan haus tidak terhitung. Pemerintah Niger pada Agustus 2016 akhirnya memulai untuk mengimplementasikan peraturan terkait dengan imigran tersebut. Hasilnya menunjukkan penurunan jumlah imigran ilegal sebesar 80%. Mereka hidup dalam kerasnya kondisi lingkungan. Imigran maupun penduduk lokal merupakan kelompok rentan dan menghadapi tantangan hidup yang ekstrim.