Pengambilan keputusan untuk mengurangi dampak bahaya alam, seperti gempa bumi, selalu menjadi topik yang menantang. Hal ini terutama terjadi pada periode peningkatan seismisitas (misalnya pada periode sebelum gempa atau gempa susulan dari gempa bumi besar) ketika warga merasa cemas dan menginginkan saran, tetapi ketika peluang terjadinya gerakan tanah yang berpotensi merusak dalam beberapa hari ke depan tetap rendah. Dalam studi ini, metode pengambilan keputusan berdasarkan beberapa kriteria dikombinasikan dengan analisis biaya-manfaat untuk membuat kerangka kerja pengambilan keputusan hibrida untuk membantu memutuskan diantara tindakan mitigasi kerugian potensial (atau bahkan tidak mengambil tindakan apa pun). Kerangka kerja yang diusulkan ditujukan untuk tiga studi kasus hipotesis dengan menggunakan Patras (Yunani) sebagai contoh lokasi dengan tingkat kegempaan yang tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan yang diusulkan cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan masalah-masalah baru, pengguna akhir dan pemangku kepentingan. Selain itu, terungkap bahwa tindakan mitigasi yang masuk akal dapat dilakukan dan bermanfaat secara finansial selama periode peningkatan bahaya seismik untuk mengurangi potensi konsekuensi gempa bumi. Akhirnya, studi kasus menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh bisa sangat sensitif terhadap masukan ke dalam kerangka kerja oleh karena itu sangat penting untuk melibatkan pengguna akhir untuk membantu membatasi masukan tersebut ketika membuat perhitungan tersebut. Artikel ini dipublikasikan pada 2021 di jurnal Science Direct