Padang, Gatra.com - Markanya isu potensi gempabumi berkekuatan 8,9 Skala Richter (SR) di Kabupaten Kepualauan Mentawai, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mulai meningkatkan kewaspadaan menghadapinya, mulai dari sosialisasi hingga menyiapkan hal-hal terkait mitigasi.
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit menyampaikan, prediksi tersebut merupakan salah satu peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana, salah satunya gempa bumi, serta meminimalisir dampak negatif dengan mitigasi bencana.
"Sosialisasi mitigasi bencana terus kita lakukan, terutama di sekolah-sekolah, perkantoran dan masyarakat yang berada di pinggir pantai," ujarnya di Padang.
Dikatakan Nasrul, saat ini Sumbar sudah menanam kurang lebih 10.000 pohon di pinggir pantai sebagai benteng vegetasi untuk meminimalisir gelombang laut. Selain itu, Pemprov Sumbar juga sudah membangun shelter untuk sarana evakuasi serta memanfaatkan shelter-shelter yang sudah ada.
Pohon yang dianjurkan diantaranya cemara udang, itu dinilai cukup efektif menahan efek gelombang tsunami di Phuket Thailand 2004 lalu, dan pohon bakau untuk melindungi bibir pantai dari abrasi. Selain itu, pohon Palaka juga dianjurkan karena tingginya bisa mencapai 40 meter.
"Kita juga memerlukan batu-batu besar untuk pemecah ombak. Batunya harus yang besar-besar, biar tidak mudah digulung tsunami. Kemudian kabupaten/kota yang daerahnya memiliki laut juga sudah menyiapkan perbukitan-perbukitan untuk tempat evakuasi, kalau misalkan terjadi gempa bumi," ungkapnya.
Menurut Nasrul, pelatihan dan sosialisasi kepada anak-anak sekolah sangat penting sebagai upaya bagi mereka untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Anak sekolah juga perlu diedukasi agar tidak panik.
"Para ahli juga sudah menyebutkan, seandainya terjadi gempa selama 3 detik tanpa henti dan berpotensi tsunami, masyarakat diminta untuk segera menyelamatkan diri," jelasnya.