09 Jul2020
Negara-negara yang Disebut Jadi Episentrum Covid-19 di Dunia
KOMPAS.com - Lebih dari enam bulan sejak pertama kali dilaporkan, wabah virus corona kini telah dan masih terus menyebar ke seluruh benua.
Kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, China, pada akhir 2019.
Pusat penyebaran Covid-19 kemudian bergeser ke Eropa dan kini berpindah ke Amerika Latin.
Hal itu seperti disampaikan Badan Kesehatan Dunia ( WHO) pada akhir Mei 2020. WHO menyebutkan, terjadi kenaikan kasus yang signifikan di kawasan Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Sampai saat ini, virus corona telah menginfeksi hampir 12 juta orang dengan 546.318 kematian, dan lebih dari 7 juta pasien dinyatakan sembuh.
Kendati sebagian besar negara tengah melonggarkan penguncian, tapi beberapa di antaranya kini masih menjadi episentrum virus corona.
Berikut sejumlah negara yang disebut jadi episentrum virus corona di dunia:
China
China merupakan negara yang pertama kali melaporkan temuan kasus Covid-19. Sempat tidak melaporkan kasus infeksi baru dalam beberapa bulan, kini Negeri Tirai Bambu itu disebut akan menghadapi gelombang kedua virus corona.
Meski laporan kasus harian di bawah angka 10, China kembali melakukan penguncian di sejumlah daerahnya, termasuk Ibu Kota Beijing.
Hingga saat ini, China telah melaporkan 84.941 kasus infeksi dengan 4.641 kematian.
Amerika Serikat
Dok. Jeffrey Newman via GMA Lembaga non-profit yang didirikan Jeffrey Newman bersama para sukarelawan membagikan tas ransel berisi perlengkapan yang dibutuhkan di masa pandemi Covid-19. Tas ransel dibagikan ke sejumlah tunawisma, utamanya di New York.
Dengan lebih dari 3 juta kasus infeksi, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus tertinggi virus corona.
Bahkan, pandemi di Negeri Paman Sam ini belum menunjukkan tanda akan berakhir.
Dilansir dari CNN, Rabu (8/7/2020), AS pertama kali melaporkan kasus pada 21 Januari 2020 dan dalam 99 hari sudah menginfeksi 1 juta jiwa.
Pada 43 hari berikutnya, negara itu telah melaporkan 2 juta kasus infeksi dan mencapai 3 juta pada 28 hari kemudian.
Terbaru, lebih dari 60.000 kasus baru dilaporkan pada Rabu kemarin. Meski demikian, angka kematian di AS secara umum telah mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir.
Baca juga: Kasus Baru Covid-19 di Amerika Serikat Meroket, Tapi Kenapa Kurva Kematian Rata?
Brazil
AFP via BBC Presiden Brasil Jair Bolsonaro terlihat batuk ketika menghadiri demonstrasi menentang lockdown Covid-19 di Brasilia, 19 April 2020.
Bermula dari sikap Presiden Jair Bolsonaro yang menganggap virus corona sebagai flu biasa, Brazil kini menjadi episentrum virus corona di Amerika Latin.
Negeri Samba itu memiliki lebih dari 1,6 juta kasus infeksi dengan 66.741 kematian.
Pada Selasa (7/7/2020), Bolsonaro mengonfirmasi dirinya telah dinyatakan positif Covid-19 kepada wartawan dan mengklaim telah menggunakan hidroksiklokuin, obat anti-malaria yang tak terbukti efektif mengobati virus corona.
"Aku baik-baik saja, normal. Aku bahkan ingin berjalan-jalan di sini, tapi aku tidak bisa karena rekomendasi medis," kata Bolsonaro, dikutip dari Aljazeera, Rabu (8/7/2020).
Presiden berusia 65 tahun itu sering muncul di depan umum untuk berjabat tangan dengan pendukungnya dan bertemu banyak orang, sesekali tanpa mengenakan masker.
Dengan tingginya kasus di Brazil, pada akhir Mei 2020, AS menganggap negara itu menjadi episentrum Covid-19 dan melarang pengunjung dari negara tersebut ke wilayah Amerika Serikat.