Bandung, CNN Indonesia -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat menyebut 428 jiwa terkena dampak banjir bandang di 12 desa di tiga kecamatan di Sukabumi.
Sejumlah warga pun masih mengungsi karena rumah milik mereka rusak diterjang banjir bandang.
"Sebanyak 428 jiwa terdata. Selain itu, sebanyak 44 unit rumah rusak ringan, 23 unit rumah rusak sedang dan 49 unit rumah rusak berat," tutur Manajer Pusdalops PB BPBD Jabar Budi Budiman Wahyu, Rabu (23/9).
Banjir bandang yang diakibatkan meluapnya anak Sungai Cicatih tersebut juga memiliki tingkat kerusakan kecil hingga berat. Di Kecamatan Cicurug, terdapat lima desa yang terdampak yaitu, Desa Cisaat, Pasawahan, Cicurug, Mekarsari, dan Bangbayang.
Kemudian, lima desa di Kecamatan Cidahu yang terdampak ialah Desa Babakan Sari, Pondokkaso Tengah, Pondokkaso Tonggoh, Jaya Bakti, dan Cidahu. Sedangkan di Kecamatan Parungkuda terdapat dua desa, yaitu Desa Langensari dan Kompa.
Menurut Budi, tingkat kerusakan di sejumlah desa tersebut bervariasi.
"Tergantung melihat kerusakannya, soalnya ada yang banyak rusak rumahnya tapi ada juga dilihat besarnya kerusakan. Contoh rumah dan jembatan atau TPT, ada yang sedikit rumahnya tapi jembatan putus atau TPT runtuh," jelasnya.
Saat ini, BPBD Jabar bersama BPBD Sukabumi dan unsur relawan masih melakukan pendataan dan evakuasi korban yang terdampak. Selain itu, BPBD bersama unsur yang terlibat, komunitas relawan mengevakuasi korban terdampak serta dua alat berat excavator dan dua dump truck diturunkan.
Dataran Rendah Rawan
Terpisah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan
"Kesimpulan yang didapat adalah bahwa meluapnya Sungai Citarik-Cipeucit dan Sungai Cibojong menjadi faktor penyebab terjadinya banjir bandang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, dalam keterangannya, Rabu (23/9).
Berdasarkan hasil monitoring BMKG, curah hujan yang terukur di wilayah Pos Perkeb Tugu Menteng, Kecamatan Lengkong, dan Pos Ganesha, Kecamatan Cisolok, adalah sebesar 88 mm dan 57 mm. Curah hujan tersebut tergolong tinggi sehingga berakibat menimbulkan banjir bandang.
Analisis meteorologi BMKG dari citra radar juga menunjukkan bahwa pada Senin 21 (21/9), pukul 14.08 WIB, terdapat pertumbuhan awan konvektif di Sukabumi bagian utara dan selatan. Awan konvektif tersebut berupa cumulunimbus (CB) yang terbentuk sangat cepat dan intensif.
Dari hasil analisis tersebut, BMKG menyimpulkan bahwa meluapnya Sungai Citarik-Cipeucit dan Sungai Cibojong menjadi faktor penyebab terjadinya banjir bandang.
Hal ini diperkuat analisis sementara dari Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB. Bahwa wilayah kejadian banjir bandang Sukabumi merupakan dataran rendah yang berada di bawah kaki Gunung Salak dan dilalui beberapa sungai, yaitu Sungai Citarik-Cipeuncit dan Sungai Cibojong.
Berdasarkan hasil monitoring bahaya Banjir Bandang InaRisk BNPB, wilayah yang terdampak tersebut juga memiliki indeks bahaya sedang hingga tinggi terhadap banjir bandang.
(hyg/Antara/arh)