Sebagian besar korban meninggal akibat gempa di Cianjur, Jabar, diperkirakan adalah anak-anak.
"Kebetulan waktunya [gempa] bersamaan [anak-anak] mengaji di madrasah diniyah dan masjid-masjid," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy, Selasa (22/11).
Hal itu disampaikan Muhadjir usai menggelar rapat koordinasi dengan berbagai toritas terkait di Cianjur, Jabar.
Adapun jumlah korban meninggal, Muhadjir mengakui "belum bisa dipastikan".
Namun, "untuk angka sementara, sekitar 162 orang meninggal dunia," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyatakan setidaknya 162 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka.
Hal itu disampaikan Ridwan Kamil melalui akun Twitter pada Selasa (22/11) dini hari.
Dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/11) siang, Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, korban meninggal dunia 103 jiwa di Kabupaten Cianjur.
Adapun korban luka-luka 377 orang di Kabupaten Cianjur, satu orang di Kabupaten Bandung.
Lainnya, satu orang mengalami luka-luka berat dan sembilan orang terluka ringan di Kabupaten Sukabumi. Adapun dua orang luka ringan di Kabupaten Bogor.
Disebutkan, warga mengungsi bertambah menjadi 7.060 jiwa yang tersebar di beberapa titik.
Sementara dilaporkan ada 3.075 rumah rusak ringan, 33 rumah rusak sedang, serta 59 rumah rusak berat.
Mengapa gempa terus terjadi di Indonesia?
Gempa Afghanistan, Aceh, Sulteng, Lombok dan gempa-gempa mematikan di dunia dalam satu abad terakhir
Prioritas selamatkan korban dari timbunan
Sebanyak 2.345 rumah rusak berat dan sekitar 13.400 warga mengungsi akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat.
Untuk penanganan pascagempa hari ini, Selasa (22/11), Menteri Muhadjir mengatakan akan memprioritaskan penyelamatan korban yang kemungkinan masih tertimbun reruntuhan bangunan karena banyak bangunan yang hancur akibat gempa.
"Basarnas sudah menyanggupi hari ini timbunan-timbunan yang diduga kuat ada korban, terutama korban hidup, itu akan diselesaikan hari ini. Dengan demikian maka untuk korban yang masih hidup mudah-mudahan masih bisa diselamatkan secepat mungkin," kata Muhadjir.
Selain upaya penyelamatan korban dengan menggali timbunan, pemerintah juga berupaya membuka akses jalan yang tertutup longsor. Muhadjir mengatakan ada dua jalan yang yang terisolasi, yaitu satu jalan nasional dan jalan kabupaten.
Pembukaan akses jalan itu ditargetkan selesai hari ini, sehingga kendaraan bisa kembali melintas.
"Kapolda sudah janji, untuk jalan nasional itu tiga setengah jam, sehingga tiga setengah jam ke depan jalan itu sudah bisa dilewati. Begitu juga jalur untuk kabupaten, kita usahakan ditangani secara simultan," ujar Muhadjir.
Dengan target itu, kemungkinan akses jalan yang tertutup akan bisa dilalui kembali pada siang hari, setelah pukul 12.00 siang.
"Ada satu jembatan yang putus, itu akan segera saya minta, saya informasikan kepada menteri PUPR utuk segera dibangun jembatan darurat," tambah Muhadjir.
Sementara akses jalan darat masih tertutup timbunan longsor, BNPB sudah menyiapkan satu unit helikopter untuk mendistribusikan bantuan. Dari informasi yang diterima BNPB, ada dua desa yang masih terisolasi.
"Masyarakat yang mungkin masih berada di tempat-tempat terisolir, itu bisa kita dorong untuk kebutuhan logistiknya," kata Kepala BNPB Suharyanto.
Dia juga mengimbau masyakarat agar tetap tenang dalam menghadapi musibah ini dan tidak perlu mengkhawatirkan kerugian materi karena pemerintah akan membantu.
"Bagi masyarakat yang rumahnya rusak berat, itu akan diganti oleh pemerintah. Jadi selesai tanggap darurat, masuk tahap rehabilitasi-rekonstruksi, baru membangun rumah-rumah masyarakat yang rusak berat," uajr Suharyanto.
Sementara itu untuk fasilitas umum lainnya, seperti sekolah dan masjid, itu juga akan dibangun kembali oleh kementerian terkait.
'Masya Allah, ini apa?' - kisah warga yang terdampak gempa
Salah satu warga yang terdampak gempa di Kelurahan Bojongherang mengaku masih kaget sekaligus was-was akan potensi gempa susulan.
Eneng Rosidah, 58, sedang menelepon keluarganya ketika gempa berkekuatan 5,6 itu mengguncang.
“Lagi ngobrol gitu, 'masya Allah ini apa?' Kaget ada yang jatuh dari dinding. Di belakang perabotan pada jatuh, astaghfirullah. Terus [berlindung] di bawah meja, takut ada yang jatuh dari atas. Mau lari keluar, takut keburu jatuh di pikiran saya. Gemetaran sampai dua jam, soalnya saya sudah tua, sudah lemah,” jelas Eneng.
Di Bojongherang, Eneng mengatakan tidak ada korban jiwa. Namun sejumlah rumah warga rusak ringan hingga rusak berat akibat guncangan gempa. Rumah Eneng adalah salah satu yang rusak ringan.
Tidak lama setelah gempa, listrik pun mati hingga malam hari. Setelahnya aliran air juga ikut mati.
Warga kini harus melewati malam pertama pasca-gempa dengan kondisi gelap gulita.
Gempa Cianjur
Selain itu, Eneng mengatakan banyak warga memilih untuk tidur di luar rumah karena was-was akan gempa susulan.
“Orang-orang pada di depan rumah, di halaman rumah, sudah pada ngungsi di depan, takut ada susulan, makanya.. yah orang-orang ketakutan,” kata Eneng kepada BBC News Indonesia.
Hingga Senin (21/11) malam sekitar pukul 19.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 62 kali gempa susulan, meski instensitas gempa susulan semakin kecil.
BBC News Indonesia juga telah menghubungi salah satu warga di Desa Cugenang, salah satu desa yang paling terdampak parah oleh gempa. Namun dia mengatakan belum bisa berbicara karena "situasinya masih sangat darurat".
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah mengatakan angka korban diperkirakan bertambah.
Pada Senin siang, jumlah yang meninggal 56 orang.
“Karena masih banyak warga terperangkap di tempat-tempat kejadian, kita asumsikan yang meninggal dan luka-luka pun akan bertambah seiring waktu,” kata Ridwan dalam kunjungannya ke Cianjur, dikutip dari Kompas TV.
Ridwan menggambarkan situasi di lapangan “masih chaos” dan warga di tempat kejadian “masih dilanda ketakutan” sehingga penanganan darurat banyak dilakukan di luar ruangan.
“Dijahit kepalanya, dijahit kakinya dilakukan di lapangan. Tindakan menormalisasi, ada yang stres, menangis, ada yang kepalanya baru dijahit dan sebagainya,” jelas Ridwan.
Dikutip dari Detik.com, pantauan di lokasi menunjukkan bahwa korban gempa terus berdatangan ke RSUD Cianjur. Instalasi Gawat Darurat (IGD) disebut kewalahan menampung pasien.
Para pasien digambarkan terpaksa menjalani perawatan di halaman rumah sakit.
“Rata-rata korban mengalami luka di bagian kepala hingga tangan. Tidak sedikit korban merupakan anak-anak,” tulis laporan itu dikutip dari Detik.com pada Senin (21/11).
Aliran listrik dan akses telekomunikasi di sejumlah lokasi terdampak juga sempat padam, meski di lokasi penanganan medis sudah mulai menyala.
Sejumlah ruas jalan, salah satunya jalur akses antara Kota Cianjur dengan Puncak pun tertutup longsor dan pohon tumbang.
Ridwan Kamil pun mengatakan telah meminta TNI-Polri memberikan data terkait dampak gempa di banyak daerah di Cianjur “yang terpencil”.
Juru bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra Atmawidjaja mengatakan sedang memobilisasi personel dan alat berat ke lokasi untuk membersihkan akses jalan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan korban meninggal banyak dilaporkan di tiga kecamatan, yakni Cilaku, Cianjur, dan Cugenang.
Sejumlah bangunan juga rusak, mulai dari rumah, pondok pesantren, gedung pemerintahan, sekolah, hingga RSUD Cianjur.
BNPB menyatakan akan segera mengaktifkan posko penanganan bencana dan membawa logistik untuk para pengungsi.
“Kalau kita lihat kerusakannya cukup masif, berdasarkan pengalaman gempa sebelumnya, dapat kami perkirakan masyarakat yang harus mengungsi cukup banyak sehingga kami akan siapkan logistik seperlunya, tenda-tenda, dan untuk aktifkan posko kami akan dorong anggaran dana siap pakai,” jelas Suharyanto.
Gempa bumi bermagnitudo 5,6 terjadi pada Senin (21/11) pukul 13.21 WIB.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan pusat gempa berlokasi di Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat pada kedalaman 11 kilometer.
Menurut BMKG, gempa yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar Cimandiri.
Karakter gempa dangkal ini lah yang menurut BMKG membuat dampaknya begitu merusak.
Getaran gempa terasa di wilayah Cianjur, Garut, Sukabumi, Bandung, hingga Jakarta.
Hingga pukul 15.00 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 15 kali gempa susulan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengingatkan bahaya ikutan berupa longsor akibat guncangan gempa di tengah musim hujan.
"Kami mohon waspadai juga apabila sedang hujan, mohon tidak berada di dekat lereng atau menghindari dari bantaran sungai yang dikhawatirkan berpotensi mengalami banjir bandang," kata Dwikorita.