Pada tanggal 9–10 September 2025, Kota Denpasar, Bali, mengalami banjir besar akibat hujan deras yang terus menerus mengguyur wilayah tersebut. Intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan sungai Tukad Badung meluap dan merendam banyak kawasan di kota ini. Banjir ini berdampak sangat luas dengan tercatat 120 titik banjir di seluruh Bali, dan 81 di antaranya berada di Kota Denpasar.
Dampak banjir sangat signifikan, menyebabkan kerusakan berat pada infrastruktur penting seperti jalan utama, fasilitas umum, dan mengganggu akses menuju Bandara Internasional Ngurah Rai. Akibat banjir, lebih dari 500 warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman seperti sekolah dan masjid yang dijadikan sebagai posko pengungsian. Sayangnya, bencana ini juga menimbulkan korban jiwa, dengan 17 orang meninggal dunia dan 5 orang masih dalam proses pencarian hingga tanggal 12 September 2025.
Menanggapi bencana ini, Pemerintah Kota Denpasar segera menetapkan status tanggap darurat bencana banjir untuk mempercepat proses penanganan. Ribuan personel gabungan, termasuk anggota TNI dan relawan, dikerahkan untuk membersihkan lumpur dan puing-puing yang menyumbat jalan dan fasilitas umum. Selain itu, mereka juga membantu evakuasi dan memberikan bantuan logistik bagi warga terdampak.
Pemerintah daerah bekerja sama dengan pemerintah pusat dalam berbagai upaya pemulihan, seperti memperbaiki infrastruktur yang rusak dan menyediakan kebutuhan dasar untuk korban banjir. Meskipun curah hujan sudah mulai berkurang dan air mulai surut, upaya pemulihan masih berlangsung secara intensif untuk memastikan kondisi kembali normal secepat mungkin.
Situasi ini menjadi perhatian serius karena Denpasar merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi di Bali serta pintu masuk utama bagi wisatawan melalui bandara. Penanganan cepat dan koordinasi lintas lembaga menjadi kunci utama agar dampak yang lebih luas dapat dicegah di masa depan.
sumber dari:
TIMES Indonesia). BNPB). Reuters).