Dalam beberapa tahun terakhir, mitigasi bencana telah menjadi agenda utama pemerintah daerah, termasuk di Sulawesi Barat yang rawan gempa dan bencana alam lainnya. BPBD Sulbar menggenjot kegiatan edukasi dan sosialisasi mitigasi bencana sebagai cara meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Namun, apakah langkah ini benar-benar efektif atau justru berpotensi menjadi beban anggaran tanpa hasil yang optimal?
Upaya Edukasi dan Sosialisasi: Penting Tapi Belum Cukup
Tidak bisa dipungkiri, edukasi dan sosialisasi adalah pondasi utama untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana. Dengan informasi yang memadai, masyarakat diharapkan bisa merespon dengan cepat dan tepat ketika bencana terjadi, sehingga menekan angka korban dan kerugian.
Namun, tantangannya adalah bagaimana materi edukasi tersebut sampai dengan efektif ke seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil dengan akses terbatas. Jika kegiatan ini hanya dilakukan dalam bentuk seminar dan sosialisasi rutin di kota-kota besar, maka upaya tersebut hanya menjangkau sebagian kecil masyarakat yang sudah relatif melek informasi.
Efektivitas Implementasi: Apakah Ada Tindak Lanjut Nyata?
Kritik utama terhadap program edukasi dan sosialisasi BPBD Sulbar selama ini adalah minimnya monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini kerap berakhir pada bentuk seremonial tanpa ada tindak lanjut berupa simulasi lapangan berkala, pembentukan relawan yang terlatih, maupun penguatan sistem peringatan dini di tingkat desa.
Pelatihan yang dilakukan tanpa keberlanjutan dan penguatan kapasitas warga hanya akan menjadi wacana semu yang sulit berdampak signifikan. Misalnya, setelah sosialisasi, apakah masyarakat benar-benar paham cara evakuasi dan sudah ada jalur evakuasi yang jelas dan aman? Apakah petugas dan relawan di lapangan benar-benar siap?
Risiko Pemborosan Anggaran Jika Tanpa Evaluasi
Anggaran yang digelontorkan untuk pelatihan dan sosialisasi tentu bukan sedikit. Jika tidak diimbangi dengan perencanaan matang, pelaksanaan yang profesional, dan evaluasi berkelanjutan, maka dana tersebut bisa terbuang sia-sia.
Kita harus bertanya, apakah dana yang tersedia sudah dialokasikan secara proporsional dan tepat sasaran? Atau malah lebih banyak habis untuk konsumsi acara dan honor narasumber tanpa peningkatan kapasitas nyata masyarakat?
Integrasi dan Sinergi Antar Pemangku Kepentingan
Upaya mitigasi bencana idealnya tidak berdiri sendiri. Perlu ada sinergi antara BPBD, pemerintah desa, aparat keamanan, hingga komunitas masyarakat. Tanpa koordinasi yang solid, edukasi dan sosialisasi akan kehilangan kekuatan dan cakupannya menjadi sangat terbatas.
Juga penting, media lokal dan pendidikan formal harus dilibatkan secara aktif agar pesan mitigasi bencana dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Kesimpulan: Harus Lebih dari Sekadar Sosialisasi
Upaya BPBD Sulbar dalam mengedukasi dan menyosialisasikan mitigasi bencana adalah langkah yang tepat dan sangat dibutuhkan. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada implementasi yang konsisten, evaluasi yang ketat, dan integrasi dengan berbagai elemen masyarakat.
Tanpa itu, potensi besar dari program ini akan hilang, dan yang terjadi hanyalah pemborosan dana publik yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih berdampak nyata dalam mengurangi risiko bencana.