Reportase 19th World Congress on Disaster and Emergency Medicine
21-24 April, Cape Town, South Africa
World Congress Disaster Emergency Medicine (WCDEM) ke-19, telah selesai dilaksanakan di Cape Town, Afrika Selatan pada 21-24 April 2015. Sebelumnya pergelaran WCDEM ke-18 dilaksanakan di Manchester. Tim Pokja Bencana PKMK FK UGM mendapat kesempatan dalam WCDEM Ke-19 ini, kegiatan ini merupakan kongres disaster yang cukup membanggakan. Dua abstrak yang kami kirimkan keduanya diterima sebagai “oral presentation”.
Pembaca website bencana, silakan menyimak reportase kegiatan WCDEM 2015 berikut ini:
Kisah Tim Pokja Bencana dalam WCDEM Ke-19
Setelah mendapatkan dana dari berbagai tempat, maka kami menyiapkan segala sesuatunya untuk keberangkatan kami. Awal pertama yang kami bayangkan adalah situasi yang membahayakan baik keamanan dan penyakit yang ada di Afrika saat ini. Ternyata?
Setelah perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta dan 8 jam dari Jakarta ke Dubai, lalu transit selama 7 jam di Dubai, kami melanjutkan perjalanan sekitar 10 jam menuju Cape Town. Lelah tapi menyenangkan karena membayangkan akan bertemu dengan banyak kolega bencana kesehatan dari berbagai negara. Baik yang sebelumnya mereka pernah berkunjung ke Divisi Manajemen Bencana, PKMK FK UGM ataupun kolega yang selama ini dijalin melalui email.
Setelah turun dari pesawat dan menukarkan uang ke mata uang Rand, kami naik taksi menuju apartemen. Apa yang kami takutkan langsung berubah setelah mobil melaju menuju apartemen, karena yang kami lihat adalah pemandangan yang luar biasa bagusnya.
Kami melupakan kelelahan kami dan segera setelah membereskan urusan hotel serta meletakkan barang di kamar, kami langsung menuju Victoria & Alfred Waterfront (sebelumnya kami sudah melacak tempat-tempat yang akan kami kunjungi di Capetown melalui internet).
V&A Waterfront diambil dari nama Pangeran Alfred, anak kedua ratu Victoria yang membangun pelabuhan ini di tahun 1860. Tempat ini sekarang selalu dan wajib dikunjungi karena keindahan situasinya bahkan kita dapat menyewa boat untuk memancing ikan serta menikmati aneka ragam makanan seafood dan pernak pernik khas Afrika.
Tidak lupa juga kami belanja kebutuhan kami seperti beras, telur dan sayuran untuk kebutuhan kami sehari-hari.
Pada hari kedua kegiatan kongres belum dimulai tetapi sore ada undangan pertemuan kegiatan dari WHO CC yang akan saya ikuti (Bella). Karena itu pagi kami sudah menyewa mobil untuk pergi ke Table Mountain yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban alam didunia.
Table Mountain adalah gunung yang puncaknya rata mirip sebuah meja sehingga disebut ‘gunung meja’. Untuk mencapai ke puncaknya, kami harus naik kereta gantung (Cable Car). Di kereta gantung isinya banyak tetapi kita tidak perlu khawatir tidak bisa melihat seluruh keindahan di luar karena kereta tersebut memutar secara perlahan hingga 360 derajat, sehingga kita bisa melihat semua keindahan yang ada di luar kereta sepanjang perjalanan mencapai puncak. Kami tidak berhenti menahan nafas dan bersyukur berulang-ulang melihat indahnya ciptaan Tuhan. Sesampai di puncak yang areanya begitu luas, kita bisa melihat dari atas seluruh kota Cape Town yang begitu menakjubkan sehingga udara yang sangat dingin sudah tidak kami hiraukan lagi.
Setelah puas menikmati pemandangan dan foto-foto kami melanjutkan perjalanan menuju Simon’s Town untuk melihat penguin. Melihat penguin saya langsung ingat film Happy Feet, lucu dan menyenangkan melihat mereka berjalan dan bergoyang.
Kami tidak lama disana karena harus mengejar acara di Cape Town, sehingga kami langsung menuju Cape Point untuk melihat pertemuan hangatnya laut India dan dinginnya laut Antartika. Untuk melihat situasi ini kami kembali naik kereta ke puncak tetapi tidak setinggi Table Mountain serta jenis keretanya menggunakan rel yang menanjak naik. Sesampai di atas, kami masih naik tangga untuk mencapai mercusuar yang usianya sudah cukup tua dan kembali kami dibuat terkagum melihat keindahan pemandangannya.
Di Cape Point kami bertemu dengan tim dari Kemenkes dan Konjen Cape Town.
Setelah puas foto-foto kami langsung menuju Tanjung Harapan tepatnya di ujung pulau afrika selatan ini (Cape of Good Hope). Nama Cape of Good Hope (Tanjung Harapan) diberi oleh John II raja Portugal yang terinspirasi dan diambil dari perjalanan seorang pengawas gudang yang diberi tugas menjadi kepala pelayaran untuk mencari rute perdagangan India bernama Bartholomeus Diaz yang akhirnya menemukan Tanjung Harapan pada Mei 1488. Saat supir yang membawa kami menerangkan situasi ini, saya jadi ingat pelajaran sejarah pada waktu di SMP.
Akhirnya kami kembali menuju Cape Town dengan arah yang berbeda pada waktu datang sambil tidak lupa berhenti untuk berfoto di tempat-tempat indah lainnya sepanjang perjalanan kembali ke apartemen, seperti Chapman Peak berjalan menyusuri lautan dan di bawah bebatuan tepat diatas kepala kita. Tidak lupa singgah melihat sunset di Camps bay.