logo2

ugm-logo

Webinar Konsepsi Manajemen Bencana Kesehatan Dan Implementasi Dalam Kurikulum Pendidikan Bagi Calon Tenaga Kesehatan

Reportase

Webinar Konsepsi Manajemen Bencana Kesehatan Dan Implementasi Dalam Kurikulum Pendidikan Bagi Calon Tenaga Kesehatan

Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM

26 Oktober 2024


PKMK-Yogyakarta. Indonesia dikenal sebagai laboratorium bencana sehingga memiliki posisi yang penting untuk memperdalam dan mempersiapkan diri menghadapi segala ancaman yang ada. Pemahaman mengenai manajemen penanganan bencana sektor kesehatan masih menghadapi banyak tantangan, tidak hanya berasal dari internal sektor kesehatan dalam memandang penanganan bencana, tetapi juga dari luar sektor kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan dan bencana kesehatan. Pada kesempatan ini, Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM bekerja sama dengan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta melaksanakan Webinar “Konsepsi Manajemen Bencana Kesehatan dan Implementasi dalam Kurikulum Pendidikan bagi Calon Tenaga Kesehatan” pada Sabtu, 26 Oktober 2024 yang dilaksanakan secara daring. Pelatihan ini diikuti oleh 55 orang peserta yang berasa dari akademisi, baik dosen maupun tenaga kependidikan di Poltekkes wilayah lain dan institusi pendidikan lainnya.

hdp poltekkes iswanto

Kegiatan dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes., selaku konsultan Divisi Manajemen Bencana Kesehatan yang menyampaikan terima kasih kepada peserta yang menghadiri kegiatan hari ini. Kemudian Bella juga menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap konsep dan isu yang esensial dan penting dalam memahami Disaster Health Management (DHM) dalam konsep dan implementasinya di dalam kurikulum pendidikan bagi calon tenaga kesehatan.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Dr. Iswanto, S.Pd., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada PKMK FK-KMK UGM karena sudah bekerja sama dengan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dalam penyelenggaraan kegiatan webinar kali ini. Kemudian Iswanto juga menyampaikan pentingnya institusi dan calon tenaga kesehatan dalam hal ini mahasiswa untuk mengetahui bagaimana konsep dari Disaster Health Management (DHM). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dalam hal ini sudah beberapa kali menyelenggarakan simulasi tim tenaga cadangan kesehatan pada saat terjadi bencana.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi materi yang dipandu oleh dr. Alif Indiralarasati selaku moderator.

hdp poltekkes bellaMateri pertama disampaikan oleh Bella dengan judul “Konsep Disaster Logic Model dan All Hazard Approach”. Indonesia merupakan wilayah yang memiliki risiko bencana tinggi, baik bencana alam, non-alam, maupun bencana sosial sehingga diperlukan manajemen bencana yang baik untuk mengurangi risiko yang dapat terjadi. Disaster Logic Model (DLM) memetakan hubungan antara input, proses, output, dan outcome untuk mengkomunikasikan tujuan dan sasaran implementasi dan evaluasi program dengan alur perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Selanjutnya dalam penerapan manajemen bencana terdiri dari fase pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana. Pada masa pra-bencana dilakukan mitigasi dan preparedness yang bertujuan untuk mempersiapkan semua kebutuhan dan mengurangi risiko serta meningkatkan kapasitas. Pada saat bencana dilakukan serangkaian kegiatan yang dilakukan segera untuk mengatasi dampak negatif dari bencana tersebut yang bertujuan untuk mencegah kesakitan dan kecacatan. Pada masa pasca-bencana dilakukan proses pemulihan darurat untuk memfungsikan kembali infrastruktur dan fasilitas layanan konseling yang bertujuan mengembalikan area yang terkena dampak ke kondisi sebelumnya.

hdp poltekkes hendroMateri kedua disampaikan oleh dr. Hendro Wartatmo, SpB-KBD dengan judul “Pengorganisasian

dalam Incident Command System (ICS)”. Incident Command System adalah struktur pengorganisasian ketika terjadi bencana. Susunan sistem komando ini terdiri atas komandan, operasional, perencanaan, logistik, serta administrasi dan keuangan. Tujuan dari ICS ini adalah membagi habis tugas tiap personil yang ada, kejelasan alur komando ketika terjadi bencana, serta memungkinkan adanya pengembangan organisasi bila diperlukan. Selain itu sistem komando ini bukan organisasi baru yang dibentuk melainkan pengembangan dari organisasi yang sudah ada seusai tugas pokok dan fungsi dari masing-masing bidang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ICS merupakan sebuah sistem dalam keadaan darurat yang memenuhi persyaratan tertentu dimana tidak sama dengan situasi normal.

hdp poltekkes gdeMateri ketiga disampaikan oleh apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid. dengan judul “Manajemen SDM Kesehatan & Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam Bencana kesehatan”. Ketika terjadi bencana sering terjadi permasalahan SDM kesehatan dimana mahasiswa atau tenaga kesehatan yang belum pernah mendapatkan pendidikan atau pelatihan manajemen bencana akan merasa kebingungan saat menghadapi situasi saat bencana. Terdapat teori dan pendekatan yang dapat digunakan dalam penyusunan kebijakan penanggulangan bencana kesehatan, contohnya disaster risk reduction, disaster management cycle, serta regulasi penanggulangan krisis kesehatan. Indonesia memiliki mekanisme Tenaga Cadangan Kesehatan (TCK) yang bertugas menjadi bantuan tenaga Emergency Medical Team (EMT). Terdapat standar pembinaan Tenaga Cadangan Kesehatan - Emergency Medical Team (TCK-EMT) yang dikeluarkan oleh pusat krisis sebagai standar yang harus dimiliki setiap tenaga cadangan kesehatan sesuai level yang ditetapkan dimana terbagi menjadi kompetensi inti, penunjang, dan khusus.

hdp poltekkes yuliastiMateri keempat dan kelima disampaikan oleh Yuliasti Eka Purnamaningrum, S.ST., MPH. dan Ns. Maryana, S.SiT., S.Psi., S.Kep., M.Kep. dengan judul “Roadmap Mata Kuliah PKKB di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta” dan “Pengembangan Praktik Simulasi Bencana dengan Pendekatan IPE”. Pada kedua materi ini disampaikan bahwa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta telah melakukan penyusunan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) mengenai penerapan PKKB sebanyak 2 SKS berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Mata Kuliah Penanggulangan Krisis Kesehatan pada Bencana di Lingkungan Poltekkes Kemenkes. Dalam pelaksanaan PPKB, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta menggunakan pendekatan IPE antara berbagai profesi yang ada di lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Sudah dilakukan implementasi PKKB dengan pendekatan IPE dalam 2 tahun terakhir berupa simulasi yang dilakukan baik secara luring maupun daring.

hdp poltekkes maryanaSelama sesi penyampaian materi, peserta memberikan tanggapan dan pertanyaan atas materi yang telah disampaikan. Peserta tampak antusias dan aktif ketika sesi diskusi berlangsung. Minat partisipan yang tinggi dalam memahami teori manajemen bencana kesehatan dan penerapannya di dalam kurikulum menjadi alasan utama dihadirkannya webinar ini. Ke depan, PKMK UGM berharap implementasi kurikulum bencana bisa lebih implementatif dan diterapkan lebih luas lagi di berbagai institusi pendidikan di Indonesia, tidak hanya di Poltekkes.

Reporter: dr. Muhammad Alif Seswandhana (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, PKMK UGM)

Reportase Pelatihan Manajemen Emergency Medical Team (EMT) Batch 2

Reportase

Pelatihan Manajemen Emergency Medical Team (EMT) Batch 2

Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM


9 Oktober 2024

emt b2 1 

PKMK-Yogyakarta. Emergency Medical TEAM (EMT) merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses penanggulangan bencana. Pada kesempatan kali ini, Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM melaksanakan Pelatihan Manajemen Emergency Medical Team (EMT) Batch 2 pada Selasa-Rabu, 9-10 Oktober 2024 yang dilaksanakan secara hybrid. Pelatihan ini diikuti oleh 13 rumah sakit yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu RS Bethesda, RS Akademik UGM, RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta, RS Panti Rapih, RSUD Nyi Ageng Serang, RS Panti Nugroho, RSUD Prambanan, RS Pratama, RS Saras Adyatma, RS Santa Elisabeth, RS Saptosari, RS Rizki Amalia, dan RS PKU Muhammadiyah Wonosari.

 emt b2 2Kegiatan pada hari pertama dibuka oleh dr. Alif Indiralarasati selaku moderator. Sebelum sesi materi dimulai, kegiatan diawali dengan pengantar yang disampaikan oleh Happy R. Pangaribuan, SKM, M.P.H., selaku Kepala Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK yang menyampaikan ucapan terima kasih seluruh peserta perwakilan dari rumah sakit yang hadir dalam kesempatan kali ini. PKMK FK-KMK UGM merupakan pusat studi yang bergerak dalam melakukan peningkatan kapasitas berupa pelatihan, pendampingan, serta advokasi kepada pemangku kebijakan, akademisi, tenaga kesehatan, dan masyarakat umum. Divisi Manajemen Bencana Kesehatan merupakan salah satu divisi yang ada di PKMK FK-KMK UGM dengan fokus sebagai tim ahli manajemen penanggulangan bencana kesehatan. Happy menutup pengantar kegiatan dengan menyampaikan bahwa beliau berharap dari kegiatan ini menjadi media dalam menyusun, melakukan manajemen, dan mengoperasionalisasikan tim EMT dari masing-masing rumah sakit sehingga dapat bekerja secara optimal ketika terjadi bencana.

emt b2 2Kegiatan dilanjutkan dengan sesi materi. Materi pertama disampaikan oleh Happy R. Pangaribuan, SKM, M.P.H. dengan judul “Gambaran Pos Klaster Kesehatan/HEOC”. Klaster kesehatan adalah kelompok pelaku penanggulangan krisis kesehatan yang memiliki kompetensi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan sedangkan Health Emergency Operation Center (HEOC) adalah operasionalisasi dari klaster kesehatan ketika masa tanggap darurat bencana. Fungsi HEOC memberikan pelayanan dan perlindungan kesehatan pada masyarakat terdampak melalui kegiatan tanggap darurat krisis kesehatan. EMT merupakan bagian dari HEOC dan bertugas memberikan pelayanan kesehatan untuk memperkuat sistem dan pelayanan kesehatan di daerah terdampak dan membantu percepatan pemulihan sistem kesehatan yang ada. Ibu Happy juga menyampaikan tim EMT terdiri dari berbagai tenaga profesional di bidang kesehatan. Tim EMT yang hadir di lokasi bencana harus mengikuti alur dan juga melaksanakan peran sesuai dengan tipe EMT dari tim tersebut.

emt b2 2Materi kedua disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes. dengan judul “Pengorganisasian Internal EMT dan Relawan Kesehatan”. Relawan kesehatan memiliki peran baik ketika masa pra bencana berupa pelatihan dan persiapan logistik, ketika masa tanggap darurat berupa pelayanan dan need assessment, pasca bencana, masa pemantauan dan evaluasi. EMT dibedakan berdasarkan tipe yang dimiliki, antara lain tipe 1 bergerak (mobile), tipe 1 menetap (fixed), tipe 2, tipe 3, dan specialized cell. Dalam operasionalisasi tim EMT, diperlukan sebuah struktur sehingga dapat melakukan koordinasi dan komunikasi yang baik. Sistem pengorganisasian yang diterapkan dapat mengacu pada Incident Command System (ICS) dan disesuaikan dengan kebutuhan personil EMT dan tipe EMT yang akan diterapkan. Sistem pengorganisasian ini menjadi penting untuk disiapkan agar dapat menjamin kemandirian tim, keberhasilan selama masa penugasan, dan keamanan selama berada di lapangan.

emtMateri ketiga disampaikan oleh Madelina Ariani, SKM, MPH dengan judul “Formulir EMT dan Penggunaannya”. Pada materi ini disampaikan bahwa sebelum tim EMT berangkat, diperlukan persiapan salah satunya persiapan administrasi berupa formulir-formulir seperti; form kedatangan, form laporan harian, dan form laporan kepulangan. Formulir-formulir tersebut memiliki tujuan untuk menjadi standar pelayanan kesehatan untuk korban dan masyarakat terdampak, menjamin keamanan dan keselamatan tim dalam menjalankan tugas, serta memberikan informasi yang tepat untuk analisis strategi operasi harian selama masa tanggap darurat. Selanjutnya Ibu Madelina menyampaikan apa saja bagian dan bagaimana cara mengisi formulir-formulir tersebut.

 

Materi keempat disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes. dengan judul “Persiapan Keberangkatan, Perencanaan Logistik dan Keselamatan”. Dalam penerjunan tim EMT diperlukan persiapan yang matang sehingga kinerja, keselamatan, dan keamanan tim selama melaksanakan tugas bisa tetap optimal. Persiapan perlu dilakukan dimulai dari kesiapan administrasi, perencanaan, tugas dari tiap personil, dan formulir. Selain itu, diperlukan adanya kejelasan dari situasi terkini di lokasi bencana, akomodasi di lokasi, transportasi, rencana kerja, dan pendanaan sehingga tim dapat mempersiapkan diri dengan baik. Kemudian Bella juga menyampaikan bahwa persiapan logistik harus dibedakan antara kebutuhan individu, kebutuhan tim, dan kebutuhan operasional. Selama masa pra krisis juga diperlukan adanya persiapan, seperti peningkatan kompetensi berupa pelatihan baik klinis maupun non-klinis, fasilitas keberangkatan, dan mempersiapkan mental anggota tim agar tetap termotivasi.

 

emt b2 2Materi kelima dan keenam disampaikan oleh apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid. dengan judul “Rapid Health Assessment (RHA) EMT” dan “Peta Respon”. Pada materi ini disampaikan mengenai latar belakang dan tujuan dibuatnya Rapid Health Assessment (RHA). RHA penting untuk dilakukan agar dapat menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian bencana. Kemudian Gde juga menyampaikan peta respon yang merupakan gambaran tingkat risiko bencana suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan kajian isiko Bbencana suatu daerah. Pada materi ini dijelaskan secara detail komponen apa saja dan bagaimana cara membuat peta respon.

 

 

More Articles ...