TOR - Materi - Video
PENGANTAR
Aktivitas vulkanik gunung Anak Karakatau dalam sebulan ini dengan puncaknya erupsi serta guguran tanah di dalam laut pada Sabtu (22/12/2018) telah menyebabkan terjadinya tsunami di Banten dan Lampung. Data korban jiwa terus meningkat. Penanganan telah dilakukan oleh kapasitas lokal dibantu tim relawan baik medis maupun non medis yang berdatangan dari banyak daerah di Indonesia. Termasuk dari FK-KMK UGM yang komitmen terlibat dalam penanggulangan bencana di Indonesia.
Diprediksi lebih jauh bahwa aktivitas gunung Anak Krakatau akan terus meningkat, yang memungkinkan gempa dan tsunami lagi bagi daratan sekitarnya. Hal ini membutuhkan kesiapsiagaan dari daerah yang mungkin terdampak lebih luas dari yang sudah terjadi (22 Desember lalu). Namun, tidak semua daerah di Indonesia memiliki kesadaran dan kesiapsiagaan yang baik dalam menghadapi ancaman seperti ini. Tidak hanya itu, pelaku penanggulangan bencana juga perlu mengetahui tentang hazard di Selat Sunda, bagaimana penyelamatan diri, dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, FK - KMK UGM merasa perlu untuk melakukan diskusi tentang Hazard Tsunami dan bencana lainnya di Selat Sunda. Harapannya, anggota Pokja Bencana dan civitas akademika di lingkungan FK - KMK mengetahui tentang ancaman ini dan dapat melakukan diskusi lebih jauh terkait kemungkinan dampak dan perencanaan penanggulangan bencana ke depannya di bidang kesehatan.
TUJUAN
- Peningkatan pengetahuan Pokja Bencana dan civitas akademika sebagai pelaku penanggulangan bencana bidang kesehatan di Indonesia tentang potensi hazard Tsunami dan bencana lainnya di Selat Sunda.
- Sebagai dasar tim Pokja Bencana dan civitas akademika untuk menyusun rencana pendampingan bagi daerah - daerah yang diprediksi akan terdampak.
PESERTA
- Tim Pokja Bencana FK - KMK UGM
- Dosen dan peneliti bidang kebencanaan
- AHS UGM
- Mahasiswa TBMM
- Jejaring
- Pemerhati bencana di Yogyakarta dan luar daerah
JADWAL
Waktu |
Materi |
Pembicara |
09.30 – 10.00 |
Registrasi |
|
10.00 – 10.15 |
Pembukaan |
Wakil Dekan Bidang Kerjasama Alumni dan Pengabdian kepada Masyarakat.
dr. Mei Neni Sitaresmi,Sp.A(K).,Ph.D
|
10.15 – 11.00 |
Penyampaian Materi
Hazard Tsunami dan Erupsi anak Gunung Krakatau di Selat Sunda
|
Pembicara.
Dr. Agung Harijoko,ST,M.Eng
Materi Video
Moderator :
Prof. Laksono Trisnantoro
|
11.00 – 11.45 |
Usulan Kegiatan Mitigasi di Lampung |
Tim Pokja Bencana FK-KMK UGM
Materi Video
|
12.00 |
Penutup |
|
PENDAFTARAN DAN INFORMASI
Pendaftaran dapat dilakuan di website www.bencana-kesehatan.net atau
Informasi lebih lanjut dan untuk mendaftar melalui :
Dewi Catur Wulandari, S.Sos
Mobile: +62 818 263653
Email: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.">This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Reportase
Webinar ini diselenggarakan pada Senin (31/12/2018), sebagai penutup akhir tahun webinar ini dirasa penting untuk mengingkatkan kesadaran tsunami bagi masyarakat Indonesia. Peserta webinar berasal dari sejumlah pemerhati bencana di Indonesia. Pembukaan disampaikan oleh dr Meineni Sitaresmi, Sp.A(K), PhD sebagai perwakilan dari FK – KMK UGM. Tsunami yang dianggap selalu diawali gempa terpatahkan dengan terjadinya erupsi gunung Anak Krakatau (yang beraktivitas berbeda) pada Sabtu (22/12/2018) dan memicu gelombang tinggi. Tujuan utama kegiatan ini untuk menggali potensi aktivitas gunung Anak Krakatau supaya dapat dilakukan perencanaan, untuk pengiriman tenaga kesehatan dan bantuan lain ke lokasi dimana korban terdampak.
Prof. Laksono Trisnantoro bertindak sebagai moderator dalam kesempatan ini. Dr. Agung Harijoko, ST, M. Eng, Teknik Geologi UGM sebagai pembicara dalam kegiatan ini. Gunung Anak Krakatau sebelumnya tidak diperkirakan akan memicu tsunami. Gunung Anak Krakatau dikelilingi 3 pulau (Panjang, Rakata dan Sertung) yang merupakan sisa gunung Krakatau purba, gunung Anak Krakatau muncul pada 1927, yang berdiri di atas material lepas sisa 1883, yaitu serpihan batu. Aliran lava sangat aktif ke berbagai arah sejak 1788, aliran lava ini tenang seperti di Hawaii. Tingkat bahaya lava ini lebih rendah karena hanya mengalir di tubuh gunung api.
Dari pihak pemerintah melalui PVMBG, sudah menempatkan pos pengamatan di Banteng dan Kalianda Lampung. Anak Krakatau ini terpantau sejak lama terutama kegempaannya karena hal tersebut menginikasikan adanya aktivitas magma. Peta wilayah kerentanan tsunami, namun tidak ada peringatan dini untuk waktu terjadinya. Pasalnya waktu terjadinya tsunami akibat erupsi gunung di tengah laut sulit diprediksi.
Tipe erupsi yang terjadi di Anak Krakatau sebelumnya adalah Strombolian yang berupa erupsi ke atas seperti kembang api dan tidak berbahaya karena menandakan dapur magma kering. Namun setelah mencermati foto satelit pasca erupsi 22 Desember, Anak Krakatau mengalami erupsi Surtseyan. Hal ini terjadi karena kepundan gunung bergeser tidak lagi di pusat selain itu terdapat rekahan di sisi tubuh gunung yang menyebabkan air laut masuk. Jika proporsi air dan magma 30 %, maka memicu erupsi besar seperti yang yang terjadi pada 22 Desember lalu. Jika longsornya di bawah laut, tsunami tidak akan besar. Namun erupsi Anak Krakatau yang terakhir dipicu karena longsornya tubuh gunung anak Krakatau. Maka gelombang laut yang sampai ke daratan cukup tinggi. Simulasi gelombang laut menunjukkan masih ada celah (Anak Krakatau dikelilingi 3 gunung lain yaitu Rakata, Sertung dan Panjang), gelombang air berbeda jika ada lahar, dan gelombangnya ke segala arah. Sebelum letusan 22 Desember, sudah terjadi tremor yang over jumlahnya. Jika di PVMBG, dimonitor juga magnitudenya, dan tremor sudah melebihi deteksi alat, longsor yang terjadi setelah itu tidak tercatat.
Diskusi yang berlangsung pada sesi ini berlangsung menarik, para peserta menanyakan pihak mana yang memberikan peringatan terkait tsunami? Agung menyatakan pihak yang memantau dan memberi peringatan untuk tsunami yaitu BPPTK melalui alat khusus yang merekam gelombang laut, yaitu Buoy. PVMBG lebih ke respon pasca terjadinya bencana dan memantau kegempaan yang terjadi di Indonesia.
Peserta lain menanyakan bagaimana mitigasi bencana untuk erupsi gunung api aktif di Indonesia? Agung memaparkan satu-satunya jalan untuk mitigasinya ialah memantau kegempaan gunung tersebut. Tsunami di Banten dan Lampung ini seharusnya dapat menjadi tambahan fokus perhatian untuk seluruh pihak. Gunung api laut yang aktif bukan hanya Anak Krakatau melainkan di Indonesia Timur terdapat gunung Gamalama. Beberapa waktu lalu, terdapat statement dari kepala daerah yang menyatakan jangan sampai ilmuwan menakut-nakuti warga. Maka, Agung sangat berharap agar ilmuwan dapat memberi peringatan dini pada warga tanpa menakut-nakuti. Meski faktanya pemerintah sudah lama memantau gunung Anak Krakatau ini.
Terkait komando yang seharusnya dijalankan dalam bencana, Agung menilai BNPB yang sebaiknya memimpin.
Sesi 2. Dukungan Pokja Bencana FK-KMK UGM dalam Pendampingan Pasca Tsunami di Lampung
Tercatat, pada 29 Desember jumlah relawan yang ada di Lampung Selatan ialah 332 orang dan terbagi dalam 52 Tim Kesehatan. Melalui webinar dengan tim Pokja Bencana yang sedang bertugas di Lampung serta dr Nana (Bidang Layanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan). Pembentukan RDP dan HDP untuk berfokus pada puskesmas dan RS terpilih. Maka, diperlukan komitmen yang kuat agar respon ini menjadi terstruktur.
Relawan medis yang masuk ke Lampung Selatan yaitu wilayah Rajabasa, Kalianda dan sekitarnya harus melapor pada Dinas Kesehatan Kabupaten. Selain itu, sudah pernah dilakukan simulasi tsunami di pelabuhan Bakauheni sebelum tsunami 22 Desember lalu. Ke depan, Pokja Bencana akan mendampingi dalam penyusunan HDP dan puskesmas disaster plan dengan mengambil 1 RS dan 1 puskesmas sebagai unit yang didampingi. (W)