Liputan6.com, Jakarta - Belum surut trauma dan duka masyarakat Lombok akibat gempa, namun lindu dahsyat kembali mengguncang Bumi Seribu Masjid. Pada Minggu malam, gempa dengan magnitudo 6,9 mengagetkan warga Lombok.
Pusat gempa berada di 30 kilometer timur laut Lombok Timur, kedalaman 10 kilometer dengan magnitudo 7,0 (yang mutakhirnya menjadi M 6,9).
Getaran lindu yang kuat, terjadi pukul 21.56 WIB, Minggu 19 Agustus 2018.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap, gempa tersebut bukanlah lindu susulan. Melainkan gempa bumi baru.
Penyebab gempa, menurut Kepala BMKG Dwikorita akibat adanya aktivitas sesar di dalam bumi dan efeknya dapat menimbulkan kerusakan.
"Hasil analisis BMKG, sumber gempa dipicu oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik atau patahan naik," ujar Dwikorita.
Saat gempa dahsyat kembali terjadi, sebagian besar masyarakat Lombok tengah berada di posko-posko pengungsian. Meski demikian, jatuhnya korban tetap tak terhindarkan.
Berikut sejumlah fakta saat Lombok kembali diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 6,9 hingga timbul ratusan lindu susulan:
1. 10 Orang Meninggal Dunia
Meski ribuan warga kini tinggal di luar rumah dan pengungsian pascagempa magnitudo 6,4, Minggu, 29 Juli 2018, korban tewas kembali berjatuhan.
Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, akibat kekuatan gempa magnitudo 6,9, pada Minggu malam itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia.
Dari 10 korban meninggal, empat berasal dari Kabupaten Lombok Timur, lima orang dari Sumbawa Besar, satu orang dari Sumbawa Barat.
"Korban meninggal sebagian karena tertimpa bangunan roboh dan sebagian karena serangan jantung kaget menerima guncangan gempa yang keras," ujar Sutopo.
2. 101 Gempa Susulan
Usai diguncang lindu magnitudo 6,9, Lombok kembali diterjang gempa susulan. Hingga Senin, 20 Agustus 2018, pukul 11.00 Wita, BMKG mencatat telah terjadi 101 gempa susulan.
Dari 101 kali gempa, sembilan di antaranya dirasakan cukup kuat. Hasil analisis BMKG, kekuatan lindu tidak berpotensi tsunami.
Gempa susulan terus terjadi hingga pukul 08.00 WIB, Selasa (21/8/2018).
Imbauan agar warga tetap tenang dan waspada terus diserukan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi usai gempa terjadi.
Terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah Sembalun dan Sambelia, TGB meminta warga menjauhi area perbukitan untuk mengantisipasi terjadinya longsor.
TGB juga mengimbau masyarakat menjauhi bangunan yang tidak memenuhi standar keamanan.
3. Efek Gempa Magnitudo 6,9
Tidak hanya korban jiwa yang kembali ditemukan, aktivitas sesar di dalam bumi juga menimbulkan kerusakan parah pada ratusan rumah warga dan sejumlah fasilitas ibadah.
Dari data yang dihimpun Posko BNPB hingga Senin (20/8/2018) pukul 10.45 WIB, ada sekitar 151 rumah warga yang rusak. Dari jumlah tersebut 7 rumah rusak berat, 5 rusak sedang, dan 139 rusak ringan.
Data tersebut merupakan data sementara dan kemungkinan jumlahnya masih bisa bertambah. Saat gempa dahsyat terjadi Minggu malam, 19 Agustus, listrik padam. Hal ini menyebabkan komunikasi serta pendataan terhambat.
Selain rumah warga, Humas BNPB menyatakan ada sekitar enam tempat ibadah yang rusak dan 24 orang mengalami luka-luka.
Dia pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, waspada, dan jangan terpancing isu-isu yang menyesatkan.
"Saat ini masih marak hoax di Lombok dan Sumbawa. Di saat masyarakat Lombok dirundung duka dan derita akibat gempa beruntun, tenyata banyak pihak yang menebarkan informasi yang tidak benar dan menyesatkan," ucap Sutopo.
4. Rinjani Longsor
Meski tidak sepopuler jalur pendakian Senaru dan Senalun, Torean oleh masyarakat lokal kerap digunakan “jalan singkat” untuk langsung sampai ke Danau Segara Anak. Foto: Andi Jatmiko/ Liputan6.com.
Sebelum gempa baru dengan magnitudo 6,9 goyang Lombok, dua kali gempa susulan terjadi. Pertama pada pukul 12.06 Wita dengan kekuatan magnitudo 5,4 dan episenter gempa pada 8,29 Lintang Selatan dan 116.62 Bujur Timur. Atau tepatnya pada lereng utara timur laut Gunung Rinjani dengan kedalaman 10 km.
Getaran lindu yang cukup kuat saat itu sempat direkam oleh Riadi Sulhi, warga Lombok yang tinggal di kaki Gunung Rinjani.
Sejumlah warga yang tengah beraktivitas panik dan langsung berlarian menyelamatkan diri begitu lereng Rinjani longsor.
Longsoran batu dan tanah dari Gunung Rinjani juga terlihat dekat persawahan milik warga. Aktivitas bercocok tanam sontak terhenti, para petani pun berhamburan menyelamatkan diri.
Bahkan tak sedikit warga yang meninggalkan motornya di pinggir sawah. Sambil berlari mereka menyebut asma Allah agar diberi keselamatan.