logo2

ugm-logo

6 Bencana Alam Terparah di Indonesia pada 2018, Gempa Lombok hingga Tsunami Palu

6 Bencana Alam Terparah di Indonesia pada 2018, Gempa Lombok hingga Tsunami Palu

"Masyarakat yang berada di zona merah sudah mengungsi sejak lama dan sebagian sudah direlokasi. Aktivitas vulkanik tetap tinggi dan berpotensi terjadi letusan susulan," kata Sutopo, Jumat (6/4/2018).

Gunung Sinabung kembali meletus dengan tinggi kolom abu lebih dari 5.000 meter, Jumat (6/4/2018). (Kompas.com/(Handout Lap Sinabung))
Gunung Sinabung kembali meletus dengan tinggi kolom abu lebih dari 5.000 meter, Jumat (6/4/2018). (Kompas.com/(Handout Lap Sinabung)) ()

TRIBUNMANADO.CO.ID - Indonesia ditimpa beberapa musibah bencana alam sepanjang tahun 2018.

Letak geografis Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) dan dikelilingi oleh lautan membuat negeri ini berpotensi dihantam banyak bencana alam.

 
Terhitung sejak awal tahun 2018, terjadi sejumlah bencana alam dengan dampak besar yang melanda beberapa wilayah di Indonesia.

Berikut rangkum sederet bencana alam yang melanda Indonesia selama tahun 2018 :

1. Gempa di Lebak Banten – Januari

Dikutip dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), gempa bumi dengan kekuatan 6.1 SR terjadi di barat daya Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (23/1/2018).

Gempa bumi tersebut menyebabkan kerusakan yang cukup besar.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jumat (26/1/2018), menyatakan sebanyak 2.760 rumah rusak akibat gempa tersebut.

Sebanyak  2.760 unit rumah rusak itu rinciannya 291 rumah rusak berat (RB), 575 rusak sedang (RS), dan 1.894 rusak ringan (RR).

Selain itu juga terdapat kerusakan bangunan lainnya meliputi 7 unit fasilitas peribadatan, 2 unit fasilitas kesehatan, 17 unit fasilitas pendidikan, 6 unit kantor atau gedung pemerintahan, dan 63 unit fasilitas umum.

Baca: Waspada 7 Penyakit Ini Menyerangmu Jika Sering Gerah dan Berkeringat di Malam Hari

BNPB menaksir kerugian mencapai ratusan miliar rupiah.

Selain menimbulkan kerusakan materi, gempa ini juga menyebabkan 1 orang tewas.

Korban bernama Nana Karyana (40), meninggal karena serangan jantung, yang mana saat gempa korban sedang memperbaiki atap genteng rumah.

"Korban kaget dan jatuh kemudian pingsan dan akhirnya meninggal dunia," ujar  Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho Jumat (26/1/2018).

Dua anak kecil sedang bermain di reruntuhan bangunan sebuah rumah yang hancur setelah guncangan gempa berkekuatan 6,1 Magnitudo yang berpusat di Lebak, Banten, terasa sampai ke Kampung Citalahab, Desa Malasari, Kecamatan Naggung, Kabupaten Bogor, Rabu (24/1/2018). Sebanyak 90 kepala keluarga diungsikan dan 204 bangunan rusak akibat guncangan gempa melanda kampung tersebut. ((KOMPAS.com / RAMHDAN TRIYADI BEMPAH))
Dua anak kecil sedang bermain di reruntuhan bangunan sebuah rumah yang hancur setelah guncangan gempa berkekuatan 6,1 Magnitudo yang berpusat di Lebak, Banten, terasa sampai ke Kampung Citalahab, Desa Malasari, Kecamatan Naggung, Kabupaten Bogor, Rabu (24/1/2018). Sebanyak 90 kepala keluarga diungsikan dan 204 bangunan rusak akibat guncangan gempa melanda kampung tersebut. ((KOMPAS.com / RAMHDAN TRIYADI BEMPAH)) ()

2. Longsor di Brebes - Februari

Dikutip dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), sebanyak lima orang meninggal dalam bencana longsor yang menimpa petani di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Data tersebut disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho berdasarkan laporan dari Bupati Brebes yang berada di lokasi longsor, Kamis (22/2/2018) sekitar pukul 14.30 WIB.

Bencana alam ini juga mengakibatkan 15 orang hilang dan 14 orang terluka.

Diketahui, lokasi longsor di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, termasuk kategori zona rawan sedang hingga tinggi longsor.

Pusat longsor dari perbukitan di hutan produksi Perhutani BKPB Salem Petak 26 PlRPH Babakan, longsor kemudian menimbun sawah di bagian bawah.

Kurang lebih, luas longsor mencapai 16,8 hektar, dengan panjang longsoran dari mahkota longsor sampai titik terakhir sekitar 1 kilometer.

"Lebar longsor di atas yang mahkota longsor 120 meter, sementara lebar bagian bawah 240 meter dengan ketebalan 5-20 meter perkiraan 1,5 juta meter kubik," kata Sutopo.

Longsor melanda kawasan hutan produksi milik perhutani BKPH Salem petak 26 RPH Babakan di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis (22/2/2018) (Kompas.com/(dok.BNPB))
Longsor melanda kawasan hutan produksi milik perhutani BKPH Salem petak 26 RPH Babakan di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis (22/2/2018) (Kompas.com/(dok.BNPB)) ()

3. Gunung Sinabung - April

Dikutip dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), setelah beberapa waktu mengalami penurunan aktifitas vulkanik, Jumat (6/4/2018) petang, gunung Sinabung kembali meletus dengan tinggi kolom abu lebih dari 5.000 meter.

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) dan Pos Pengamatan Gunungapi Sinabung melaporkan, terjadi luncuran awan panas sejauh 3.500 meter ke arah ke tenggara dan selatan.

"Terekam di seismik gempa erupsi terjadi mulai pukul 16:07 sampai 18:00 WIB, dan masih berlanjut," kata Kepala Pemantau Gunung Api (PGA) Sinabung, Armen Putra, Jumat (6/4/2018).

“Kesimpulannya, tingkat aktivitas Gunung Sinabung masih di level IV atau Awas."

Armen kembali mengingatkan agar masyarakat dan pengunjung tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, letusan melontarkan abu vulkanik dan material piroklastik dengan tekanan kuat berwarna abu-abu gelap disertai awan panas. 

Hingga kini tidak ada korban jiwa karena di daerah zona berbahaya sudah kosong dari aktivitas masyarakat.

"Masyarakat yang berada di zona merah sudah mengungsi sejak lama dan sebagian sudah direlokasi. Aktivitas vulkanik tetap tinggi dan berpotensi terjadi letusan susulan," kata Sutopo, Jumat (6/4/2018).

4. Gempa Lombok – Agustus

Dikutip dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), gempa berkekuatan 7.0 SR mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (5/8/2018).

Gempa tersebut terjadi sekitar pukul  18:46:35 WIB.

Titik gempa berada di 8.37 Lintang Selatan - 116.48 Bujur Timur tepatnya 18 kilometer barat laut Lombok Timur, NTB dengan kedalaman 15 kilometer.

Melalui laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiska (BMKG) dijelaskan jika gempa tersebut diprediksi memicu tsunami.

Korban meninggal dunia akibat rangkaian gempa yang mengguncang Lombok pada Agustus 2018, tercatat mencapai 564 orang.

Selain itu, BNPB mencatat terdapat 42.239 rumah dan 458 unit sekolah yang mengalami kerusakan.

Keterangan dari Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, disebutkan jika korban meninggal dunia paling banyak berasal dari Kabupaten Lombok Utara, yaitu 467 orang.

"Jumlah korban jiwa meninggal dunia sebanyak 564 orang dengan rincian, yaitu Kabupaten Lombok Utara sebanyak 467 orang, Kabupaten Lombok Barat sebanyak 44 orang, dan Kabupaten Lombok Timur sebanyak 31 orang," ujar Sutopo, melalui siaran pers, Senin (1/9/2018).

Selain itu, sebanyak  2 korban berada di Kabupaten Lombok Tengah, 9 korban berada di Kota Mataram, 6 orang di Kabupaten Sumbawa, dan 5 korban di Kabupaten Sumbawa Barat

Sutopo juga menyebutkan ada 1.584 korban luka-luka yang tersebar di beberapa tempat.

Daerah dengan korban luka-luka terbanyak berada di Lombok Utara dengan jumlah 829 orang.

Sementara, Lombok Barat sebanyak 399 orang dan Lombok Timur sebanyak 122 orang.

Kemudian, korban luka-luka di Sumbawa Barat berjumlah 115 orang.

Gempa 7 SR guncang Lombok, Minggu (5/8/2018). (BNPB)
Gempa 7 SR guncang Lombok, Minggu (5/8/2018). (BNPB) ()

5. Gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala – September

Dilansir dari Tribunnews.com (grup TribunJatim.com) , gempa bumi dan juga tsunami terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).

Gempa pertama kali mengguncang Donggala pukul 14.00 WIB.

Gempa tersebut berkekuatan 6 SR dengan kedalaman 10 km dari permukan laut.

Setelah gempa pertama tersebut, terjadi kembali gempa pukul 17.02 WIB dengan kekuatan yang lebih besar, yaitu 7,4 SR dengan kedalaman yang sama, 10 km di jalur sesar Palu Koro.

Lima menit pascagempa, rangkaian bencana yang terjadi, ternyata belum berakhir.

Sekitar pukul 17.22 WIB tsunami terjadi dengan ketinggian mencapai 6 meter.

Sejak gempa dan tsunami terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, sejumlah gempa susulan terus terjadi di kawasan tersebut hingga Jumat malam.

Tercatat, setidaknya ada 13 gempa dengan kekuatan di atas 5 SR sejak pukul 14.00 WIB hingga 21.26 WIB.

Korban meeninggal akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Sulawesi Tengah tercatat mencapai 2.073 orang.

"Korban meninggal terdiri dari Kota Palu 1.663 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang dan Pasangkayu, Sulbar," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (11/10/2018).

Insiden Gempa & Tsunami Palu Donggala (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu) 

6. Banjir dan Longsor di Sumatera - Oktober

Dikutip TribunWow (grup TribunJatim.com) dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), banjir dan juga tanah longsor terjadi di Sumatera, tepatnya di wilayah Sumatera Utara dan Sumatera Barat pada Kamis dan Jumat (11-12/10/2018).

Akibat banjir dan tanah longsor tersebut, sebanyak 22 orang meninggal dunia dan 15 orang dinyatakan hilang.

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Barat, korban tewas, hilang dan luka tersebar di 4 wilayah, yaitu di Kabupaten Mandailing Natal, Kota Sibolga, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Pasaman Barat.

Banjir dan longsor tersebut diketahui melanda 9 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara yakni Kecamatan Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang, Panyambungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kota Nopan dan Batang Natal pada Jumat (12/10/2018) pagi dan sore hari.

Sebanyak 11 murid madrasah di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, meninggal dunia tertimpa bangunan yang hancur diterjang banjir bandang pada Jumat (12/10/2018) sore saat jam pelajaran sedang berlangsung.

Banjir bandang dan longsor di Mandailing Natal juga menyebabkan 17 unit rumah roboh, 5 unit rumah hanyut, ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian 1 hingga 2 meter di Kecamatan Natal dan Muara Batang Gadis.

Kemudian bencana serupa juga terjadi di Kota Sibolga, Sumatera Utara pada Kamis (11/10/2018).

Hujan menyebabkan longsor di beberapa daerah di Kota Sibolga pukul 16.30 WIB. Longsor tersebut menyebabkan 4 orang meninggal dunia, 1 orang luka berat, dan 3 orang luka ringan.

Kerugian material meliputi 25 rumah rusak berat, 4 unit rumah rusak sedang dan sekitar 100 rumah terendam banjir dengan tinggi 60-80 centimeter.

Artikel ini telah tayang di dengan judul 6 Bencana Alam Terparah di Indonesia pada 2018, Gempa Lombok hingga Tsunami Palu, http://manado.tribunnews.com/2018/12/11/6-bencana-alam-terparah-di-indonesia-pada-2018-gempa-lombok-hingga-tsunami-palu?page=4.

Editor: Aldi_Ponge

Tak Ada Hujan, Banjir Bandang Hantam Desa di Gorontalo

Tak Ada Hujan, Banjir Bandang Hantam Desa di Gorontalo

Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah warga mengaku panik saat banjir bandang setinggi dua meter menerjang Desa Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Salah seorang korban banjir, Roman Antu mengatakan ia sedang tidur saat banjir menerjang rumahnya.

"Saat saya bangun dan membuka pintu, air langsung masuk ke dalam rumah," ujarnya, Minggu (9/12) seperti dikutip dari Antara.

Ia mengungkapkan air bah datang secara tiba-tiba padahal di daerah itu tidak diguyur hujan.

"Biasanya kita waspada jika hujan, tapi ini tidak ada hujan dan airnya deras sekali, airnya mencapai dua meter," ucap Roman.

Ia menjelaskan saat air masuk ke dalam rumah, ia langsung lari menuju jalan raya dan meninggalkan semua barang.

"Di rumah saya ini juga saya jadikan tempat usaha salon kecantikan, jadi barang-barang elektronik yang digunakan rusak, kerugian saya mencapai Rp30 juta," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Dungaliyo, Dedi Yasin menjelaskan pada kejadian banjir tersebut, satu rumah rusak dan 32 rumah terendam banjir. Ada 58 jiwa yang terdampak atas banjir bandang itu.

"Banjir ini airnya kiriman dari daerah pegunungan perbatasan Momala," kata Dedi.

Akibat banjir bandang tersebut, puluhan warga pun terpaksa bermalam di pengungsian karena tempat tinggal yang sementara tidak bisa ditempati.


Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gorontalo Erwan Tome menyatakan setidaknya seorang warga masih dinyatakan hilang karena diduga hanyut terseret air bah yang melanda Desa Dungaliyo kemarin.

"Informasi awal yang kami terima ada saksi yang melihat korban hanyut," ujarnya.

More Articles ...