logo2

ugm-logo

Ada 21 Titik Rawan Bencana di Sumenep

Ada 21 Titik Rawan Bencana di Sumenep

SUMENEP - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep merilis, bahwa memasuki musim angin dan hujan saat ini, wilayah Kabupaten Sumenep terdeteksi ada 21 titik rawan bencana.

21 titik rawan bencana alam tersebut tersebar di beberapa kecamatan, yakni diantaranya dibkecamatan Kalianget, Pasongsongan dan Kecamatan Guluk-Guluk

Bentuk rawan bencana yang terdeteksi oleh BPPD Kabupaten Sumenep diantaranya untuk wilayah Kecamatan Kalianget berupa ancaman bahaya bencana angin puting beliung.

Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Pasongsongan dan Kecamatan Guluk-Guluk, ancaman bencana alam berupa tanah longsor.

"Daerah tersebut memang hampir setiap tahun terjadi bencana angin puting beliung dan bencana tanah longsor. Sehingga tahun ini pun kasus serupa mengancam wilayah tersebut," papar Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Bencana, Syaiful Arifin, Senin (22/11/2018).

Dikatakan, khusus untuk wilayah Kecamatan Kalianget yang seringkali terjadi di sedikitnya tiga desa, yakni Desa Pinggir Papas, Desa Karang Anyar dan Desa Kalianget Barat. Daerah ini merupakan dataran rendah yang berdekatan langsung dengan pantai perairan Kalianget, sehingga laju angin laut dan angin barat banyak bertumpu dan bertemu di desa ini.

"Sedangkan di Kecamatan Pasongsongan biasa terjadi di Desa Campaka, Montorna dan Desa Prancak. sedang di Kecamatan Guluk- Guluk, biasanya longsor terjadi biasanya kerapkali terjadi di Desa Batu Ampar, Di Desa Bragung, Desa Penanggungan, Desa Payudan Daleman. Karena di daerah tersebut dataran tinggi, tetapi tanahnya lembek dan tidak berbatu," jelas Syaiful kepada TribunJatim.com.

Selain dari bahaya mencana tersebut diatas, ada beberapa bencana insiden yang kerapkali terjadi di Sumenep. Seperti banjir bandang yang bisanya melanda wilayah Kecamatan Kota Sumenep, Kecamatan Seronggi, dan Kecamatan Lenteng.

"Untuk banjir di Kota Sumenep, biasanya terjadi di sepanjang Kali Marengan. Di wilayah Kecamatan Seronggi biasanya banjir bandang terjadi di Desa Nambakor, akibat luapan sungai Nambakor, dan di Kecamatan Lenteng biasanya banjir terjadi di Desa Meddelan dan Desa Sendir," lanjutnya kepada TribunJatim.com.

Karena itu, pihak BPPD sudah menyiagapan beberapa upaya penanggulangan dan proses upaya penyelamatan dan evakuasi warga jika bencana tersebut terjadi.

Sekaligus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar bisa bersiap terhadap datangnya bencana dan bagaimana upaya-upaya penyelamatan bila hal tersebut benar-benar terjadi.

'Berbagai simulasi bagaimana penanggulangan bencana, kemana harus menyelamatkan diri serta bertahan terhadap bencana yang melanda daerahnya. Ini antisipasi saja, tetapi semoga bencana tersebut tidak terjadi," pungkasnya.

Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) rawan bencana biasanya terjadi pada awal Desember, Februari dan Maret mendatang. Karena pada saat itu angin dan curah hujan relatif tinggi sehingga kemungkinan bencana baik puting beliung ataupun longsor bisa terjadi dan melanda masyarakat Sumenep.(riv/TribunJatim.com)


sumber: TRIBUNJATIM.COM

 

Rawan Bencana, Pemprov Sumut Siapkan Alat Berat di Madina

Rawan Bencana, Pemprov Sumut Siapkan Alat Berat di Madina

Medan - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Utara (BPBD Sumut) menyiapkan sejumlah alat berat di beberapa kawasan yang rawan bencana di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut).

"Alat berat ini disiagakan karena curah hujan masih tinggi di daerah tersebut. Bahkan, hampir setiap malam turun hujan di sana. Selain itu, longsor skala kecil juga masih terjadi," ujar Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis, Selasa (20/11).

Riadil mengatakan, bencana yang melanda Kabupaten Madina baru-baru ini, merusak dan menghanyutkan 75 rumah di Kecamatan Ulupungkut, 42 rumah hanyut dan 59 rumah rusak di Kecamatan Lingga Bayu, dan 24 rumah hanyut di Batang Natal.

"Seluruh rumah yang mengalami kerusakan parah dan hanyut dibawa arus sungai saat terjadinya banjir besar. Rumah - rumah yang ditempati masyarakat itu berada di pinggiran sungai dan ada di tebing yang curam. Makanya, itu daerah rawan," katanya.

Oleh karena itu, pemerintah yang didukung masyarakat korban bencana, melakukan relokasi. Bahkan, pembangunan jalan penghubung antardesa maupun jalan lintas sumatera (Jalinsum), yang rusak akibat bencana, sedang dibangun kembali.

"Daerah pemukiman masyarakat yang direlokasi pemerintah itu di Kecamatan Ulu Pungkut, Kecamatan Lingga Bayu dan Batang Natal. Proses relokasi pemukiman penduduk ini sedang berjalan. Kita juga terus memantau perkembangan di sana," sebutnya.

Menurutnya, pemerintah provinsi bersama kepala daerah di sana, mengupayakan masyarakat supaya tidak lagi bermukim di daerah yang rawan bencana. Upaya baik pemerintah supaya tidak ada lagi korban jiwa jika terjadi banjir disertai tanah longsor.

sumber:beritasatu

 

More Articles ...