logo2

ugm-logo

Korban Bencana Alam Bebas PBB

PURWOREJO  – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo memberikan kebijakan dengan memberikan keringanan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) kepada para korban bencana alam. Bahkan kebijakan itu bisa sampai pembebasan jika kondisi ekonomi korban memang tidak memungkinkan.

“Korban bencana alam banjir dan tanah longsor seperti yang dialami warga di Kecamatan Kemiri dan Pituruh bisa diberikan keringanan dalam membayar PBB, asal ada pengajuan dari pihak desa atau korban,” kata Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kekayaan Aset Daerah (DP2KAD) melalui Kepala Bidang Pajak Hadi Sadsilo, Sabtu (4/4).

Pemberian keringanan itu sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap warganya yang tengah dilanda musibah. Kebijakan itu tidak hanya diberikan kepada korban pada musim bencana ini, namun juga diberikan kepada korban bencana tahun sebelumnya.

Dicontohkan, korban kebakaran Pasar Induk Baledono pada pertengahan tahun 2013,  juga dibebaskan dari kewajiban membayar PBB. “Pengajuannya pembebasan PBB itu dilakukan oleh Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pariwisata (Diskoperindagpar)," jelasnya.

Kebijakan keringanan pembayaran PBB ini juga diberikan kepada warga yang memiliki lahan di pinggiran sungai. “Kondisi tanah pinggiran sungai ini kadang muncul, dan suatu saat bisa hilang ditelan aliran sungai,” kata Hadi Sadsilo.

sumber: KR

Mensos: Jumlah Tagana Tak Sebanding Potensi Bencana

Jakarta - Peran Taruna Siaga Bencana (Tagana) sebagai fasilitator yang membantu program Kementerian Sosial, khususnya Kampung Siaga Bencana (KSB) menjadi sebuah keniscayaan.

“Sejak revitalisasi 2014, Tagana aktif sebanyak 27.654 personil, sebuah angka besar tapi belum memadai dibandingkan potensi kerawanan bencana, ” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pada HUT Tagana ke-11 di Tagana Training Center Sentul Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/3).

Prestasi telah ditorehkan para personil Tagana yang telah bekerja tanpa pamrih, seperti penanggulangan bencana longsor di Banjarnegara, banjir Jawa Timur, banjir Kalimantan, banjir Indramayu, serta berbagai bencana lainnya di Indonesia.

“Saya bangga dengan prestasi dari personel Tagana. Bahkan, saat penyelamatan secara heroik seorang kakek di salah satu jembatan yang tekena banjir di Kota Bogor, ” ujarnya.

Para personel Tagana untuk terus mengembangkan motto, “We Are the First to Help and Care “ menjadi lebih nyata dan terasa oleh masyarakat.

Pencapaian yang sudah ada saat ini, tidaklah dimaknai sebagai titik antiklimaks sehingga menjadi euphoria berlebihan yang akhirnya statis dan cenderung turun.

Ke depan, Tagana agar lebih visioner dan memiliki kemampuan yang handal dan profesional dalam berkiprah untuk penanggulangan bencana, khususnya di bidang perlindungan sosial.

“Saya minta HUT Tagana ini, tidak semata seremonial tetapi menjadi ajang konsolidasi, tukar informasi, refleksi diri, serta membangun jiwa korsa dalam peningkatan silahturahmi antara tagana," tutur Khofifah.

sumber: GATRAnews

More Articles ...