logo2

ugm-logo

BPBD Sumsel Lakukan Pembasahan Lahan Gambut Cegah Bencana Asap

Merdeka.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan pada awal puncak musim kemarau Agustus 2021 ini gencar melakukan pembasahan lahan gambut untuk mencegah terjadinya bencana kabut asap.

"Akhir-akhir ini puluhan hektare lahan gambut mulai terbakar, jika tidak dilakukan pembasahan bisa semakin luas terbakar dan berpotensi menimbulkan bencana kabut asap," kata Kabid Penanganan Darurat BPBD Sumsel Ansori di Palembang dilansir Antara, Senin (9/8).

Dia menjelaskan, untuk melakukan pembasahan, pihaknya menurunkan petugas didukung satgas gabungan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Petugas BPBD Sumsel bersama satgas karhutla melakukan patroli darat dan udara untuk memantau daerah yang dipetakan rawan kebakaran hutan dan lahan.

Dalam patroli itu, kata Ansori, daerah yang terpantau kering atau terdeteksi sebagai titik panas dilakukan pembasahan dengan memanfaatkan sumber air terdekat, sedangkan yang terbakar dilakukan pemadaman.

Melalui upaya tersebut, menurut dia, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir bisa dikendalikan tidak menjadi kebakaran besar.

Berdasarkan data, hingga kini sekitar 90 hektare lahan gambut di sejumlah daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang terbakar.

Lahan gambut yang terbakar itu sebagian besar berada di Kabupaten Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Pali dan Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Untuk mencegah terjadinya karhutla yang lebih luas, selain menurunkan petugas intensif melakukan pembasahan, pihaknya mengharapkan partisipasi masyarakat menjaga lahan gambut, kawasan perkebunan dan hutan di sekitar desanya.

"Melalui upaya tersebut diharapkan wilayah Sumsel yang memiliki kawasan hutan, lahan gambut dan perkebunan yang cukup luas bisa terhindar dari kebakaran besar dan bencana kabut asap dampak musim kemarau tahun ini," ujar Ansori. [ray]

Potensi Bencana-Bencana yang Diramalkan BMKG Bakal Terjadi di Indonesia

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Selain aktif meluncurkan ramalan cuaca, lembaga ini sering mengeluarkan kajian diskusi prediksi bencana untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat Indonesia.

Belakangan ini BMKG merilis sejumlah kajian ramalan untuk meningkatkan kewaspadaan, mulai dari aktivitas kegempaan, tsunami atau gelombang tinggi, hingga cuaca ekstrem atau bencana hidrometeorologis. Berikut potensi bencana-bencana yang diramalkan BMKG:

1. Gempa M 8,7

Dilansir dari laman resmi BMKG, zona lempeng selatan Jawa memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum M 8,7. Hal ini berdasarkan hasil kajian dan pemodelan para ahli pada diskusi berjudul “Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur”.

Namun dalam siaran pers BMKG diluruskan bahwa Indonesia adalah wilayah yang aktif dan rawan gempa bumi, maka dapat terjadi kapan saja dengan berbagai kekuatan. Selain itu hingga kini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat.

Menanggapi hal ini, semua pihak perlu melakukan upaya mitigasi struktural dan kultural dengan membangun bangunan aman gempa. Pemerintah, pihak swasta, dan BPBD pun telah menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi yang layak dan memadai, serta memastikan sistem peringatan dini di daerah rawan beroperasi atau terpelihara dengan layak dan terjaga selama 24 jam tiap hari untuk meneruskan Peringatan Dini dari BMKG.

2. Tsunami 29 Meter di Jawa Timur

Selain potensi gempa M 8,7, hasil kajian tim ahli BMKG juga menyebutkan potensi tsunami 29 meter Jawa Timur. Secara rinci, potensi terburuk bencana ini yaitu setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur.

Sedangkan untuk waktu tercepat, tercatat di angka 20-24 menit pada Kabupaten Blitar. Namun menurut siaran pers yang ditayangkan dalam laman resmi BMKG, telah diluruskan bahwa isu ini merupakan potensi bukan prediksi yang pasti.

Pemerintah daerah bersama pemerintah pusat juga akan melakukan penataan tata ruang pantai rawan agar aman dari bahaya tsunami, dengan menjaga kelestarian ekosistem pantai sebagai zona sempadan untuk pertahanan terhadap gelombang tsunami dan abrasi. Semua pihak juga diimbau untuk berupaya mitigasi dengan membangun bangunan aman tsunami.

3. Gelombang Tinggi 6 Meter di Perairan Aceh

Pada Selasa (3/8/2021) lalu, BMKG meluncurkan peringatan potensi gelombang tinggi 6 meter di sekitar perairan Aceh. Gelombang tinggi ini diprediksi mungkin terjadi pada 3-5 Agustus 2021. BMKG merinci gelombang tinggi di wilayah perairan utara Sabang (4 hingga 6 meter), perairan Sabang-Banda Aceh (0,50 hingga 2,50 meter), selat Malaka bagian utara (2,50 hingga 4 meter), dan perairan Lhokseumawe (0,50 hingga 1,25 meter.

Ada pula di perairan barat Aceh (2,50 hingga 4 meter), perairan Meulaboh-Kepulauan Sinabang (1,25 hingga 2,50 meter) dan wilayah Samudera Hindia barat Aceh mulai 4 hingga 6 meter. Dengan demikian, masyarakat di sekitar perairan Aceh dan aktivitas penyeberangan di Banda Aceh-Sabang diminta untuk waspada.

4. Gelombang Tinggi 4 Meter di Sejumlah Perairan

BMKG kembali memberikan peringatan dini adanya gelombang tinggi di berbagai wilayah perairan di Indonesia, sejak 22-24 Juli 2021. Hal ini disebabkan oleh kondisi pola angin di wilayah bagian utara dominan bergerak dari Selatan menuju Barat Daya dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.

Sementara pola angin wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Timur - Tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot. Dikutip dari situs resmi BMKG, kondisi tersebut mengakibatkan peningkatan gelombang setinggi 1,25 - 2,50 meter, hingga yang tertinggi mencapai 4 meter. Gelombang tinggi itu diperkirakan akan terjadi di beberapa perairan seperti Selat Malaka bagian utara, perairan timur P. Simeulue - Kepulauan Mentawai, Laut Natuna utara.

5. Cuaca Ekstrem Bibit Siklon Tropis

Perkembangan Sistem Depresi Tropis 04W atau bibit siklon tropis telah dimonitor oleh BMKG, yang terdeteksi tumbuh pada tanggal 30 Mei 2021. Hal itu terdeteksi di sekitar sekitar Samudera Pasifik Barat daya sebelah Timur-Tenggara Filipina (5.9° LU 133.1°BT).

Kecepatan angin maksimum terdeteksi mencapai 30 knot (56 km/jam), dan tekanan udara minimumnya mencapai 1004 hPa. Kemudian juga teridentifikasi aktivitas awan konvektif yang signifikan dan persisten dalam 6 jam terakhir di sekitar Sistem 04W. Aktivitas itu menurut pantauan citra satelit cuaca Himawari-8.

sumber: https://nasional.okezone.com/read/2021/08/09/337/2452820/potensi-bencana-bencana-yang-diramalkan-bmkg-bakal-terjadi-di-indonesia

More Articles ...