logo2

ugm-logo

Blog

Prediksi Bill Gates & WHO Kapan Corona Berakhir di Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga dunia terus mempertanyakan kapan pandemi Covid-19 berakhir dan hidup normal. Bill Gates dan World Health Organization (WHO) mencoba memprediksinya.

Pendiri Microsoft Bill Gates virus Covid-19 berakhir dan hidup normal pada 2021. Ada dua hal yang mendasari prediksi ini. Yakni, vaksin corona sudah ditemukan dan corona yang tak mampu bertahan di bumi selamanya.

"Jika persetujuan vaksin akan datang di awal 2021 ... maka pada musim panas mendatang AS akan mulai normal kembali. Dan, pada akhir tahun, aktivitas kita bisa dibilang normal," ujarnya dikutip dari Fox News, Selasa (22/9/2020).

Ia pun menambahkan akhir terbaik kasus mungkin ada di 2022. Tapi ia tetap optimis di 2021 angkanya akan terus menurun signifikan.

Bagi WHO hidup normal akan terjadi pada 2022. Chief Scientist WHO Soumya Swaminathan mengatakan kendala yang dihadapi saat ini ketersediaan vaksin. Asosiasi vaksin yang mengumpulkan vaksin dan menyalurkannya ke negara-negara secara adil, Covax WHO, hanya bisa menyediakan ratusan juta hingga pertengahan tahun depan.

"Orang membayangkannya di bulan Januari Anda memiliki vaksin untuk seluruh dunia dan semuanya akan mulai kembali normal. Bukan begitu cara kerjanya," katanya dikutip dari South China Morning Post.

Ia pun menilai, pertengahan 2021 adalah waktu yang realistis bagi vaksin siap pakai. Soalnya, awal 2021 adalah masa dunia melihat apakah uji coba yang dilakukan produsen vaksin sukses atau tidak.

"Semua uji coba yang sedang berlangsung, memiliki tindak lanjut selama setidaknya 12 bulan, jika tidak lebih lama," katanya.

Produksi VaksinFoto: Produksi Vaksin dalam kondisi normal (Ist)

"Itu adalah waktu yang biasa Anda lihat untuk memastikan Anda tidak mengalami efek samping jangka panjang setelah beberapa minggu pertama."

CEO Serum Institute of India Adar Poornawalla mengatakan Covid-19 bisa mengancam manusia hingga 2024. Masalahnya ketersediaan vaksin bagi seluruh warga dunia.

Adar Poornawalla mengatakan perusahaan farmasi belum meningkatkan kapasitas produksi untuk memvaksinasi penduduk dunia secara cepat. Ia menghitung jika vaksin Covid-19 butuh 2 dosis per orang dibutuhkan 15 miliar vaksin.

"Ini akan memakan waktu empat hingga lima tahun sampai semua orang di planet ini mendapat vaksin," ujarnya kepada Financial Times.

Serum Institute of India merupakan salah satu pembuat vaksin terbesar di dunia, perusahaan memproduksi 1,5 miliar dosis vaksin per tahun untuk digunakan di lebih dari 170 negara guna melindungi penduduk dari penyakit menular seperti polio, campak, dan influenza.

9 Pedagang Positif Covid-19 dan 2 Meninggal, 2 Pasar di Pati Ditutup Total

Liputan6.com, Pati - Pasar Kayen dan Pasar Bulumanis, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, ditutup total sementara. Sebab, di dua pasar tersebut diketahui terdapat sembilan orang pedagang terkonfirmasi positif Covid-19 dan dua orang meninggal dunia.

Bupati Pati, Haryanto mengatakan, kedua pasar ditutup selama tiga hari, yakni tanggal 19-21 September 2020. Selama itu, dilakukan sterilisasi dan disemprot disinfektan untuk mengantisipasi agar persebaran virus Corona di lingkungan pasar tidak semakin meluas.

"Pasar kami tutup sementara karena terdapat dua orang yang meninggal dunia. Mereka pedagang kecambah yang menempati los pasar," ujar Haryanto saat ditemui sejumlah awak media, Minggu (20/9/2020).

Haryanto menyebut, dua orang pedagang yang meninggal berusia diatas 60 tahun. Berasal dari Pasar Kayen yang hasil swabnya belum keluar. Adanya hal itu, pihaknya juga melakukan penelusuran kontak erat ke keluarga dan kerabat dari kedua pedagang tersebut.

"Kami telah melakukan rapid test ke pedagang yang lainnya. Sebanyak 85 orang di rapid test, 20 di antaranya reaktif," katanya

Lebih lanjut, Haryanto menyampaikan, dari 20 yang reaktif itu akan di tes swab hari Senin.

"Karena hotel Kencana penuh, mereka kami minta untuk isolasi mandiri dulu sambil menunggu perkembangan," katanya.

20 Pedagang Reaktif

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pati yang diwakili Kepala Bidang Pasar, BJ Ishrony menyampaikan, Pasar Bulumanis juga ditutup sebagai tindak lanjut adanya dua pedagang pasar Kayen yang meninggal dunia.

Ishrony membeberkan, 120 pedagang pasar Bulumanis telah mengikuti rapid test massal di UPTD Margoyoso I. Hasilnya, 20 pedagang reaktif rapid test dan setelah di test swab terdapat sembilan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Langkah cepat Pemkab itu menindaklanjuti adanya informasi seorang pedagang yang sakit. Diduga karena terpapar Covid-19," kata Ishrony.

Diketahui, pada Selasa (1/9/2020) hingga Rabu (2/9/2020) lalu pasar Bulumanis juga telah ditutup karena adanya pedagang yang reaktif usai mengikuti rapid test massal.

Klaster Penyebaran Covid-19 Meluas di Pesantren Kendal

KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Setelah ada klaster pusat perkantoran, pelayanan publik, pasar tradisional dan pertokoan kini klaster-klaster baru penularan covid-19 di Kendal meluas. Kini muncul klaster di pondok pesantren, rumah makan dan yang terkecil di lingkungan rumah tangga.

“Ini yang menjadikan angka positif covid 19 terus meningkat, ada klaster-klaster baru penularan covid. Mulai dari rumah makan, warung hingga pondok pesantren. Bahkan dilingkungan rumah tangga juga kini menjadi klaster baru,” jelas Sekda Kendal Moh Toha saat memberikan keterangan Senin (21/09/2020).

Sekda menjelaskan ada dua pondok pesantren di Kendal yang sudah menjadi klaster penyebaran, yakni pondok pesantren di wilayah Patean dan Kendal. 

“Bahkan di salah satu pesantren jumlah yang terpapar positif covid mencapai 14 orang. Kita akan meminta keterangan dari pengasuh pondok pesantren, apakan akan tetap melaksanakan pendidikan tatap muka atau menghentikan dan mengembalikan santri ke rumah masing-masing,” imbuhnya.

Penyebaran covid-19 di Kabupaten Kendal dalam beberapa hari terakhir mengalami peningkatan. Bila dalam satu hari rata-rata 10 warga yang terpapar, tetapi sekarang meningkat menjadi 20 orang dalam satu hari yang dinyatakan positif.  

Toha menambahkan, perkembangan penyebaran korona di Kabupaten Kendal terus meningkat. Hingga kemarin jumlah yang terpapar korona 768 orang dan meninggal 47 orang. 

"Kondisi itu sangat mengkhawatirkan. Jika dibuat persentase angkanya antara lima hingga enam persen," tambahnya. 

Pemkab Kendal, lanjutnya, telah melaksanakan penegakan bagi warga yang abai menerapkan protokol kesehatan, seperti tidak menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah. Mereka yang melanggar diberi sanksi sosial seperti membersihkan sampah, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan sebagainya.

"Kami juga memberlakukan denda administrasi sebesar Rp20 ribu. Hal itu sesuai dengan Perbup Nomor 67 Tahun 2020," terang Toha. 

Menurutnya, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, kesadaran warga dalam penerapan protokol kesehatan perlu ditingkatkan. Tempat-tempat yang bisa menimbulkan klaster baru penyebaran korona, seperti pasar yang beraktifitas tanpa menggunakan masker akan diperingatkan. 

"Kami berencana menaikkan denda minimal Rp50 ribu dan batas tertinggi sesuai Peraturan Bupati Nomor 67 Tahun 2020. Kami akan memberlakukan penegasan jam malam. Sudah disepakati jam malam maksimal pukul 21.30," tegasnya.

Tim gugus sendiri nantinya akan berubah menjadi satuan tugas berdasarkan surat edaran Mendagri, satuan tugas ini akan dibuat hingga tingkat desa. Untuk menekan angka positif covid pemerintah juga berencana melaksanakan penegasan jam malam, yang akan diatur surat edaran bupati. Jam malam nanti diberlakukan dengan maksimal warga keluar dan berkerumun di tempat umum hingga pukul 21.30 WIB

“Kita juga akan memberikan informasi kepada masyarakat terkait  jumlah kasus terpapar covid agar masyarakat tahu. Nantinya akan dipasang papan informasi disejumlah titik agar masyarakat tidak menyepelekan protokol kesehatan,” pungkasnya.

Pemerintah Berencana Ubah Definisi Angka Kematian Akibat Covid-19

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berupaya mengubah definisi angka kematian akibat Covid-19 menjadi hanya akibat virus Corona dan mencoret akibat penyakit penyerta. Soal penyempitan makna tersebut diungkap dalam penjelasan Kementerian Kesehatan pada laman Kemenkes.go.id pada Kamis 17 September 2020.

"Penurunan angka kematian harus kita definisikan dengan benar, meninggal karena Covid-19 atau karena adanya penyakit penyerta sesuai dengan panduan dari WHO," kata Staf Ahli Kementerian Kesehatan bidang Ekonomi Kesehatan Muhammad Subuh seperti dikutip dari Koran Tempo yang terbit hari ini, Senin 21 September 2020.

Ia mengatakan hal tersebut setelah bertemu dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa di Gedung Grahadi pada Kamis 17 September 2020. Saat itu, Subur menjelaskan kedatangannya ke Surabaya untuk membantu daerah menekan laju kasus Covid-19. Saat ini ada 9 provinsi jadi fokus pemerintah untuk menekan kasus Covid-19. Ketika Tempo meminta konfirmasi ke Subuh soal penjelasan tersebut, ia belum menjawabnya.

Sebenarnya, wacana penyempitan penafsiran kematian Covid-19 ini mengemuka dalam rapat koordinasi penanganan pandemi Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dengan kepala daerah di 9 provinsi. Di rapat itu, Khofifah meminta Kementerian kesehatan memperjelas hitung-hitungan angka kematian.

"Saya ingin memberikan acuan baku mengenai format penghitungan angka kematian. Apakah dihitung dengan Covid atau kematian dengan Covid," katanya.

Khofifah mengelak ketika dimintai klarifikasi soal redefinisi tersebut. "Boleh tahu suratnya? Boleh tahu kopi suratnya," katanya, Ahad 20 September.

Tulisan lengkapnya bisa dibaca di Koran Tempo hari ini.

WHO Tetapkan Protokol Uji Coba Obat Herbal Covid-19

Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Kesehatan Dunia mengesahkan protokol untuk menguji obat-obatan herbal Afrika sebagai pengobatan potensial untuk virus corona dan epidemi lainnya.

Hal ini menyusul adanya tawaran presiden Madagaskar untuk mempromosikan minuman berbasis artemisia, tanaman dengan khasiat yang terbukti dalam pengobatan malaria.

Artemisia disebut juga mugwort atau artemisinin. Mengutip Hello Sehat, komponen utama dari Artemisia annua adalah senyawa yang disebut artemisinin.

Artemisinin tersusun dari ikatan karbon, hidrogen, dan oksigen yang mampu berinteraksi dengan berbagai fungsi tubuh dan reaksi kimia di dalamnya. Atemisia ini disebut ampuh mengobati malaria , infeksi parasit, penyakit gusi, radang sendi, sampai risiko kanker.

Pada hari Sabtu, para ahli WHO dan dua organisasi lain "mengesahkan protokol untuk uji klinis pengobatan herbal fase III untuk Covid-19 serta piagam dan kerangka acuan untuk pembentukan data dan badan pemantauan keamanan untuk klinis pengobatan herbal. pengadilan, "kata sebuah pernyataan dikutip dari AFP.

"Uji klinis Tahap III sangat penting dalam menilai sepenuhnya keamanan dan kemanjuran produk medis baru," katanya.

"Jika suatu produk obat tradisional ditemukan aman, berkhasiat dan terjamin kualitasnya, WHO akan merekomendasikan (itu) untuk manufaktur lokal skala besar yang dapat dilacak dengan cepat," Prosper Tumusiime, direktur regional WHO.

Dia tidak merujuk secara spesifik pada minuman Madagaskar Covid-Organics, juga disebut CVO, yang Presiden Andry Rajoelina anggap sebagai obat untuk virus tersebut.

Telah didistribusikan secara luas di Madagaskar dan dijual ke beberapa negara lain, terutama di Afrika.

Pada bulan Mei, Direktur WHO Afrika Matshidiso Moeti mengatakan kepada media bahwa pemerintah Afrika telah berkomitmen pada tahun 2000 untuk menggunakan "terapi tradisional" melalui uji klinis yang sama seperti pengobatan lainnya.

"Saya dapat memahami kebutuhan, dorongan untuk menemukan sesuatu yang dapat membantu," kata Moeti.

"Tapi kami sangat ingin mendorong proses ilmiah di mana pemerintah sendiri membuat komitmen."

Sampai saat ini sudah banyak jenis obat-obatan herbal yang diklaim ampuh untuk menyembuhkan Covid-19. Hanya saja masih butuh penelitian dan pengujian lebih lanjut terkait hal ini. 

Disclaimer: penelitian ini masih membutuhkan kajian lebih lanjut dan mendalam sebelum bisa ditetapkan sebagai obat untuk mengatasi infeksi corona. WHO dan kemenkes hingga saat ini belum merekomendasikan obat tertentu untuk penyembuhan Covid-19.