logo2

ugm-logo

Blog

Riset Terbaru: Corona di Indonesia Diprediksi Berakhir 6 Juni

Jakarta, CNBC Indonesia - Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD) memprediksi penyebaran virus corona COVID-19 di Indonesia akan berakhir 6 Juni 2020, di mana 97% kasus sudah selesai.

Untuk membuat prediksi ini, SUTD menggunakan data hingga 25 April 2020. Penelitian ini menggunakan model SIR (susceptible-recover-recovered) yang diregresikan dengan data berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi dan memperkirakan kapan pandemi tersebut akan berakhir di masing-masing negara.

Dalam situs SUTD yang dikutip Senin (27/4/2020), data ini ini untuk tujuan pendidikan dan penelitian dan mungkin mengandung kesalahan. Data akan dimasukkan secara harian.

"Prediksi pada dasarnya tidak pasti. Pembaca harus mengambil prediksi apa pun dengan hati-hati. Terlalu optimisme berdasarkan perkiraan tanggal akhir berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, dan seharusnya dihindari," tulis SUTD dalam situsnya.


Dalam laporan tersebut diungkapkan 97% kasus akan berakhir pada 6 Juni 2020 dan 99% kasus akan berakhir di 23 Juni 2020.

Sebelumnya, sejumlah ilmuwan dan peneliti memprediksi puncak virus corona di Indonesia akan terjadi pada bulan Juni dan Juli 2020 dengan jumlah korban yang terinfeksi mencapai 106 ribu kasus.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan  tim pakar gugus tugas mengumpulkan informasi dan prediksi mengenai puncak virus corona di Indonesia dari ilmuwan dan institusi terpercaya.

Dari data tersebut, secara kumulatif puncak penyebaran virus corona di Indonesia pada awal Mei dan awal Juni 2020 dengan total pasien positif corona mencapai 95 ribu.

"Selama Juni dan Juli, kasus terkonfirmasi secara kumulatif akan mencapai 106 ribu kasus," ujar Wiku.

Wiku menambahkan ini semua masih bentuk prediksi dan seperti prediksi pada umumnya tidak memiliki angka yang pasti atau belum tentu benar.

"Kami memiliki cara kolektif mengacu pada peraturan yang ada dan memastikan prediksi adalah prediksi dan kasus sebenarnya lebih rendah dari prediksi," pungkasnya.

WHO: Tak Ada Bukti Pasien Sembuh Covid-19 Kebal dari Virus Corona

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan bahwa orang yang sudah sembuh dari Covid-19 belum tentu kebal dari virus SARS-CoV-2 dan tidak mendapatkannya di kemudian hari.

"Belum ada bukti bahwa orang yang pernah terinfeksi Covid-19 tidak akan terinfeksi untuk kedua kalinya," kata WHO dalam laporan ilmiah yang dipublikasikan Jumat.

Seperti dilansir CNN, Sabtu (25/4/2020), pernyataan ini guna memperingatkan pemerintah suatu negara yang sedang mempertimbangkan mengeluarkan "sertifikat kebal virus corona" untuk dibagikan pada orang yang sudah sembuh dari Covid-19 dan dianggap mereka aman untuk melanjutkan kehidupan normal.

"Pada titik pandemi ini, tidak ada cukup bukti tentang efektivitas kekebalan yang dimediasi antibodi untuk menjamin keakuratan 'sertifikat kebal virus corona'," tegas WHO.

Maria Van Kerkhove dari WHO sebelumnya mengatakan tidak mengetahui apakah orang yang telah terpapar virus menjadi benar-benar kebal.

Laporan WHO yang baru terbit dan dilandasi pernyataan ilmiah menggarisbawahi tidak ada bukti bahwa orang yang sembuh dari Covid-19 memiliki kekebalan akan virus tersebut.

WHO memperingatkan, tes antibodi yang sudah dilakukan tidak cukup menunjukkan bahwa orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 menjadi kebal terhadap virus SARS-CoV-2.

Mary Hayden, juru bicara IDSA dan Kepala Divisi Penyakit Menular di Rush University Medical Center, mengatakan, pihaknya tidak mengetahui apakah pasien yang memiliki antibodi masih berisiko terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya.

"Hingga saat ini, saya pikir kita harus berasumsi bahwa mereka (pasien sembuh Covid-19) bisa terinfeksi ulang," ungkapnya.

Hayden juga mengatakan, hingga saat ini belum ada yang mengetahui antibodi dari Covid-19 yang muncul setelah sembuh memberikan perlindungan seperti apa.

Apakah perlindungan menyeluruh atau hanya parsial, dan berapa lama antibodi itu bertahan masih belum diketahui pasti.

"Untuk itu, masyarakat yang sudah sembuh dari Covid-19 dimohon tidak terburu-buru melakukan aktivitas normal. Tetap jaga jarak dan sebisa mungkin di rumah," ungkap Hayden.

Hal ini perlu dilakukan agar orang yang sudah sembuh itu tidak menempatkan diri mereka ke risiko yang tidak perlu.

Karena seperti yang dijelaskan, hingga saat ini belum ada cukup bukti yang menyebut pasien sembuh Covid-19 kebal dari virus SARS-CoV-2.

Pakar Penanganan COVID-19 Sebut Corona Bisa Selesai Sebulan, Ini Caranya

Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan Corona, Prof Wiku Bakti Adisasmito

Jakarta - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan wabah virus Corona di Indonesia bisa diakhiri dalam sebulan tanpa lockdown. Syaratnya, semua masyarakat harus kompak menggalakkan cuci tangan dan memakai masker. Benar-benar kompak, tanpa terkecuali.

"Pasti sebulan lagi juga sudah selesai kalau Indonesia melakukan langkah ini secara kolektif, maka selesai outbreak ini," kata Wiku Bakti Bawono Adisasmito, kepada detikcom, Rabu (8/4/2020).

Langkah kolektif yang dia maksud ialah cuci tangan menggunakan sabun dan mengenakan masker. Dua langkah itu harus dilakukan dengan maksimal oleh banyak orang.

Sebelumnya, para pakar kesehatan masyarakat hingga matematikus telah membuat model prediksi puncak virus Corona dengan jumlah penularan yang mengerikan. Bila tanpa intervensi yang tegas dari pemerintah, jutaan orang bisa terinfeksi COVID-19, sebutan untuk penyakit akibat virus SARS-CoV-2.

"Puncak kasus COVID-19 tidak akan terjadi apabila masyarakat secara kolektif menyadari pentingnya cuci tangan dan memakai masker. Mari kita semua cuci tangan, mari kita semua pakai masker," kata profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) ini.

Penularan COVID-19 adalah melalui cairan hidung dan mulut (droplet) orang yang terinfeksi, melompat lewat bersin dan batuk, masuk ke hidung, mulut, atau mata orang yang sehat. Droplet mengandung virus Corona bisa pula berada di permukaan benda dan disentuh oleh orang yang sehat, kemudian orang yang sehat tersebut tertular COVID-19 karena tangannya yang terkena droplet itu dia gunakan untuk menyentuh mulut, hidung, atau matanya.

"Dua puluh persen penularan virus Corona adalah melalui droplet (lendir hidung dan mulut), 80 persen penularan virus Corona melalui tangan manusia. Jadi kalau dua hal itu dibereskan (dengan masker dan cuci tangan memakai sabun), maka akan ada nol (0) penularan," kata Wiku.

Kini, masyarakat harus mulai mengadakan masker secara swadaya alias bikin sendiri dan dibagi-bagi sendiri. Pemakaian masker secara pribadi tidak cukup apabila orang-orang di sekitar masih belum mengenakan masker.

"Kalau mayoritas masyarakat Indonesia mempraktikkan cuci tangan secara sering dan mengenakan masker, maka apakah kasusnya akan naik? Ya tidak bisa naik, karena tidak akan ada jalan masuk penularan. Yang kena makin lama makin sedikit karena masyarakat berubah perlilakunya secara konsisten," kata Wiku.

Masyarakat juga perlu menjaga kondisi psikologi dan kebugaran tubuh di masa penjagaan jarak fisik ini (physical distancing). Menurutnya, olahraga di luar ruangan tetap baik dilakukan asalkan menjaga tangan dalam kondisi sudah dicuci dengan sabun sebelum menyentuh mulut, hidung, dan mata. Masker juga perlu tetap dikenakan. Perilaku masyarakat perlu diubah demi menyelamatkan Indonesia dari puncak Corona. Wabah berkepanjangan akan berakibat buruk bagi ekonomi masyarakat.

"Sampai kapan wabah ini? Sampai kita secara kolektif mampu melakukan perubahan perilaku itu. Kalau kita tidak mampu maka silakan tarik garis sampai kapanpun kita akan hidup dengan Corona dengan jumlah yang banyak, dan korbannya akan banyak, ekonomi kita akan susah. Kalau Anda tidak ingin kehilangan pekerjaan, ubahlah perilaku Anda," tuturnya.

Peta Corona Jateng, Semarang Kasus Corona Terbanyak

Peta Corona Jateng, Semarang Kasus Corona Terbanyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) terus memperbarui website penyebaran virus corona COVID-19 agar warganya bisa memantau. Nama websitenya adalah corona.jatengprov.go.id.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, Kamis (26/3/2020), data dalam situs ini yang diupdate tanggal 25 Maret 2020 pukul 16.00 WIB. Disebutkan ada 2.858 Orang Dalam Pemantauan (ODP), 270 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan ada 38 orang terkonfirmasi positif corona.


Selain itu, dari 38 kasus positif corona di Jateng, terdapat jumlah orang yang meninggal sebanyak 4 orang dan 34 lainnya sedang dirawat di tempat sebagai berikut ;

  • 4 di RS Dr. Moewardi Solo
  • 7 di RS Dr. Kariadi Semarang
  • 1 di RS Tidar Magelang
  • 3 di RS Telogorejo Semarang
  • 5 di Rumah Sakit Wongso Negoro Semarang
  • 1 di RSUD Kraton Pekalongan
  • 1 di RS Margono Purwokerto
  • 3 di RSUD Banyumas
  • 1 di RSUD Kardinah Tegal
  • 2 di RSU dr. Soedjono Magelang
  • 1 di RSUD Cilacap
  • 1 di RSUD Setjonegoro Wonosobo
  • 1 di RSUD dr. Soediran MS Wonogiri
  • 3 di RSUD dr. R. G. Taroenadibrata Purbalingga
  • 3 di RS Dr. Moewardi Solo
  • 1 di RS Dr. Kariadi Semarang

Dalam website tersebut dijabarkan pula peta sebaran kasus corona di daerah Jateng dengan masing-masing diberikan keterangan warna. Contohnya zona atau warna merah yang berarti daerah tersebt terdapat kasus positif corona.

Oleh karena itu berikut daerah Jateng yang paling banyak terdapat kasus positif corona atau ditandai  sebagai zona merah, per 25 Maret ;

  • Kota Tegal : ODP (19), PDP (14), Positif Corona (1)
  • Purbalingga : ODP (77), PDP (9), Positif Corona (3)
  • Banyumans : ODP (154), PDP (16), Positif Corona (4)
  • Cilacap : ODP (49), PDP (8), Positif Corona (1)
  • Kota Pekalongan : ODP (31), PDP (1), Positif Corona (1)
  • Wonosobo : ODP (218), PDP (2), Positif Corona (1)
  • Kota Magelang : ODP (47), PDP (17), Positif Corona (3)
  • Kota Semarang : ODP (700), PDP (78), Positif Corona (16)
  • Kota Surakarta : ODP (69), PDP (22), Positif Corona (7)
  • Wonogiri : ODP (27), PDP (7), Positif Corona (1)

Catatan saja, orang Dalam Pemantauan (ODP) merupakan pasien yang dipulangkan untuk dipantau kesehatannya selama 14 hari oleh Puskesmas di wilayah domisili.

Sementara Pasien Dalam Pengawasan (PDP) adalah pasien dirujuk ke RS Rujukan Covid-19 untuk mendapatkan perawatan dan pemeriksaan swab tenggorokan dan memastikan positif atau negatif Covid-19.

9 Cara untuk Mencegah Penyebaran Virus Corona COVID-19

Jakarta - Pasien COVID-19 akibat terjangkit virus Corona di Indonesia terus bertambah. Kondisi ini membuat seluruh masyarakat di Tanah Air wajib waspada.

Setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap orang lain, dengan tidak ikut menyebarkan virus Corona. 

Pemerintah Indonesia saat ini sudah melakukan upaya untuk memutus mata rantai penularan virus Corona. Imbauan itu menjaga jarak fisik (physical distancing), kerja dari rumah, belajar di rumah, hingga beribadah di rumah terus digaungkan sehingga.

Hal itu terkait sifat virus Corona yang menular antarmanusia. Penularan bisa terjadi melalui percikan.

Itulah mengapa diharapkan warga menjaga jarak fisik dengan sesamanya untuk meminimalisasi risiko terkena percikan (droplet), atau menyentuh benda yang sebelumnya terkena droplet.

Dilansir dari CDC, virus Corona dapat tetap hidup di permukaan benda mati selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Jadi, sangat penting cara mengetahui bagaimana cara mencegah penyebaran virus Corona.

Bola.com telah merangkum dari berbagai sumber, petunjuk praktis yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Corona:

1. Sering-Sering Mencuci Tangan

Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan. Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus Corona.

Pentingnya menjaga kebersihan tangan membuat Anda memiliki risiko rendah terjangkit berbagai penyakit.

2. Hindari Menyentuh Area Wajah

Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah, seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari.

Sangat penting menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan orang lain.

3. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan

Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah penyebaran virus Corona. Untuk saat ini menghindari kontak adalah cara terbaik.

Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran virus Corona.

4. Jangan Berbagi Barang Pribadi

Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari. Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan, handphone, dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi kesehatan dan mencegah terinfeksi virus Corona.

5. Etika ketika Bersin dan Batuk

Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara. Ketika Anda bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur.

Lebih baik gunakan tisu ketika menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci tangan Anda hingga bersih menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus yang tertinggal di tangan.

6. Bersihkan Perabotan di Rumah

Tak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan tempat Anda tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk membersih perabotan yang ada di rumah.

Bersihkan permukaan perabotan rumah yang rentan tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur, laptop, handphone, apa pun, secara teratur. Anda bisa membuat cairan disinfektan buatan sendiri di rumah menggunakan cairan pemutih dan air.

Bersihkan perabotan rumah Anda cukup dua kali sehari.

7. Jaga Jarak Sosial

Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang efektif adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye jaga jarak fisik atau physical distancing.

Dengan menerapkan physical distancing ketika beraktivitas di luar ruangan atau tempat umum, Anda sudah melakukan satu langkah mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak Anda dengan orang lain sekitar satu meter.

Jaga jarak fisik tak hanya berlaku di tempat umum, di rumah pun juga bisa Anda terapkan.

8. Hindari Berkumpul dalam Jumlah Banyak

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak melakukan aktivitas keramaian selama pandemi virus Corona. Tak hanya tempat umum, seperti tempat makan, gedung olah raga, tetapi tempat ibadah saat ini harus mengalami dampak tersebut.

Tindakan tersebut adalah upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, hingga udara.

Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di rumah agar pandemi virus Corona cepat berlalu.

9. Mencuci Bahan Makanan

Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga penting dilakukan. Rendam bahan makanan, seperti buah-buah dan sayur-sayuran menggunakan larutan hidrogen peroksida atau cuka putih yang aman untuk makanan.

Simpan di kulkas atau lemari es agar bahan makanan tetap segar ketika ingin dikonsumsi.

Selain untuk membersihkan, larutan yang digunakan sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri yang mampu mengatasi bakteri yang ada di bahan makanan.