Hari 1
Pemberangkatan tim 75 dilakukan dari BPBD DIY pada Rabu, 24 Juli 2019 jam 10.00 WIB bersama menuju Desa Sadeng. Peserta Ekspedisi dari FK - KMK UGM adalah :
- Sutono, SKp., M.Sc., M.Kep
- Bayu Fandhi Achmad, S.Kep., Ns., M.Kep
- Hersinta Retno Martani, S.Kep., Ns
- Yasni La Harsani, S.Kep., Ns
Sesampainya di Pantai Sadeng, dilakukan pembekalan oleh panitia pusat (BNPB). Pembekalan tersebut terdiri dari pemberian inspirasi oleh pihak BNPB yang diwakili Lilik Kurniawan, ST., MSi, selaku Direktur program Ekspedisi Destana. Lilik mengingatkan tim mengenai tujuan awal pelaksanaan Destana, yaitu memberikan suntikan semangat dan motivasi untuk terjun hadir di masyarakat khususnya masyarakat pantai yang punya potensi ancaman Tsunami. Diharapkan dengan adanya Ekspedisi Destana, masyarakat dapat merasa bahwa pihak pemerintah dan relawan hadir untuk membersamai masyarakat. Selanjutnya, pemaparan diberikan oleh Papang selaku PIC dari program Ekspedisi Destana chapter Jogja. Papang memberikan pengalaman positif dari pelaksanaan Destana Provinsi Jawa Timur. Akhirnya pembukaan Ekspedisi Destana dilakukan oleh Ketua Pelaksanaan BPBD DIY.
|
|
Gambar 2 : Serah terima Pataka dari BPBD Jateng ke BPBD DIY
|
Gambar 3 : Pembukaan Ekspedisi Destana Tsunami
|
Briefing mengenai rundown acara diberikan oleh Iis selaku perwakilan BNPB. Acara Destana chapter DIY terdiri dari beberapa acara pokok yaitu sosialisasi mengenai kebencanaan ke aparatur desa, penilaian ketangguhan desa, sosialisasi kebencanaan ke tempat - tempat vital seperti pasar, sekolah dan tempat ibadah, dan malamnya akan ditutup dengan pentas seni rakyat terkait dengan kebencanaan.
Adapun tugas akademisi dalam ekspedisi ini adalah berpartisipasi dalam penilaian ketangguhan desa. Di DIY khususnya di wilayah pantai, tercatat ada 39 desa yang harus dilakukan assessment yang tersebar 18 desa di Gunungkidul, 8 desa di Bantul, dan 13 desa di Kulonprogo. Tim akademisi bertugas untuk menjadi fasilitator dalam pengisian indikator ketangguhan. Briefing awal mengenai modul penilaian ketangguhan diberikan oleh Eko T Paripurna dan tim Fasilitator Nasional (Fasnas) Destana di bawah coordinator yaitu BNPB. Selanjutnya tim akademisi menyamakan persepsi terhadap pengisian indikator penilaian dan pemahaman terhadap modul.
|
|
Gambar 4. Briefing FasNas tentang teknis penilaian ketangguhan desa (PKD) |
Gambar 5. Pembagian area penilaian ketangguhan desa (PKD) |
Sasaran dari penilaian indikator desa adalah berbagai lapisan desa yang terdiri dari aparatur desa, tokoh masyarakat, wakil perempuan, masyarakat umum dengan mempertimbangkan keterwakilan seperti disabilitas, gender, dan lain - lain. Tim akademisi selaku fasilitator diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk melakukan self appraisal terhadap ketangguhan desanya dalam menghadapi tsunami. Komponen penilaian ketangguhan sendiri terdiri dari beberapa aspek meliputi:
- Kualitas dan akses layanan dasar
- Dasar system penanggulangan bencana
- Pengelolaan resiko bencana
- Kesiapsiagaan darurat
- Kesiapsiagaan pemulihan
Fasilitator bertugas untuk memahamkan perwakilan masyarakat mengenai poin - poin pertanyaan yang ada pada setiap komponen. Selain itu, fasilitator memandu masyarakat dalam mengisi kuesioner yang ada dan menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Di akhir sesi, fasilitator memandu masyarakat dalam merumuskan rencana aksi yang akan dilakukan untuk meningkatkan ketangguhan desa. Briefing akhir dilakukan saat malam hari dengan agenda fiksasi acara hari selanjutnya. Hari pertama berfokus untuk memastikan kesiapan setiap elemen dalam pelaksanaan Ekspedisi Destana pada hari - hari selanjutnya.
Acara hari kedua rencananya dilakukan sosialisasi ke aparatur Desa Songbanyu mengenai kerentanan desa dalam menghadapi tsunami. Selanjutnya tim akademisi akan memandu jalannya penilaian ketangguhan desa. Acara ini mengundang perwakilan desa terkait. Tim akademisi juga mendorong masyarakat untuk dapat memeriahkan acara pentas seni dan film kebencanaan pada malam harinya. Adapun agenda sore pada hari kedua adalah pelaksanaan olahraga bersama dengan warga dalam rangka menyemarakkan Ekspedisi Destana. Hari kedua akan ditutup dengan pentas seni dan pemutaran film kebencanaan, serta evaluasi dalam mempersiapkan hari selanjutnya.
Demikian laporan kegiatan ekspedisi Destana Tsunami hari pertama, terimakasih.
Penanggung Jawab Tim
Sutono, S.Kp., M.Sc., M.Kep
Hari 2
Hari kedua ekspedisi bertujuan untuk menjalankan rencana yang telah disusun pada hari sebelumnya. Hari dimulai dengan briefing awal tim Penilaian Ketangguhan Desa (PKD). Briefing dipandu oleh koordinator Tim PKD yaitu W Henywati. Koordinator tim PKD memastikan bahwa tiap anggota telah memahami tugasnya masing - masing. Selain itu, di dalam briefing juga disampaikan tips dan trik yang dapat dilakukan fasilitator agar penilaian ketangguhan desa bisa berjalan dengan lancar.
Acara dimulai pada pukul 09.30 WIB di aula pertemuan di TPI Sadeng. Peserta dari acara sosialisasi kebencanaan adalah perwakilan dari aparatur desa di sekitar Pantai Sadeng, Desa Songbanyu, Gunungkidul. Desa - desa yang mengikuti kegiatan antara lain Desa Balong, Desa Gunturharjo, Desa Purwodadi, Desa Pucung, Desa Paranggupito, Desa Jepitu, Desa Tileng, Desa Songbanyu, dan Desa Gudangharjo. Acara dibuka dengan sambutan dan ucapan selamat datang oleh Kasubdin Peran Masyarakat BNPB yaitu Pangarso Suryo Utomo.
Setelah pembukaan, dilakukan pemaparan mengenai kebencanaan, khususnya tsunami oleh beberapa pihak. Pemaparan awal diberikan oleh Dr. I Nyoman Sukanta, S.Si, M.T selaku perwakilan BMKG. Dr. Nyoman memberikan pemaparan mengenai Potensi Gempa dan Tsunami di DIY. Peserta nampak antusias dalam memperhatikan penjelasan. Sesi Dr. Nyoman dilanjutkan oleh pemaparan Konsepsi Desa Tangguh Bencana oleh perwakilan BNPB yaitu Iis. Sesi pemaparan ditutup oleh awareness SNI Kebencanaan yang diberikan oleh pihak Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Gambar 1. Sesi pemaparan materi
Acara selanjutnya adalah penilaian ketangguhan desa. Penilaian ketangguhan desa dilakukan dengan FGD oleh tiap perwakilan desa yang difasilitasi oleh tiap tim akademisi. Adapun alat yang digunakan untuk penilaian adalah Modul Indikator Ketangguhan Desa. Tiap forum desa diberikan dua modul indikator dengan rincian, satu modul untuk desa dan satu modul lagi yang akan digunakan untuk analisis pihak BNPB. Fasilitator mendorong perwakilan desa untuk melakukan self appraisal terhadap kesiapan desa dalam menghadapi bencana. Setelah memahami level ketangguhannya, fasilitator akan memberikan kesempatan bagi pihak desa untuk menyusun rencana aksi selanjutnya. Di akhir sesi, pihak desa akan diminta untuk menanda tangani lembar komitmen sebagai bukti bahwa keberlangsungan program peningkatan ketangguhan bencana pada sebuah desa akan dilaksanakan. Pihak BNPB memberikan cinderamata bagi tiap desa setelah tiap prosesnya selesai.
Gambar 2a (kiri): Sesi diskusi pengisian indikator ketangguhan desa. Gambar 2b (kanan):
Sesi pembagian cinderamata dari BNPB untuk Desa Paranggupito
Evaluasi jalannya PKD dilakukan pada sore hari pukul 16.00 WIB di Aula TPI Sadeng. Indra selaku Fasilitator Nasional PKD menggunakan metode metaplan untuk mendorong brainstorming terhadap jalannya penilaian sebelumnya. Evaluasi disusun berdasarkan beberapa topik seperti evaluasi dari sudut pandang peserta, susunan acara dan dari fasilitator sendiri. Tak lupa, di akhir sambutan Indra memberikan kesempatan bagi fasilitator untuk memberikan solusi dan rencana ke depan untuk jalannya kegiatan PKD di desa lainnya.
Terdapat beberapa rencana tindak lanjut yang disarankan oleh fasilitator kepada tim inti BNPB dalam mengorganisasi acara. Saran tersebut meliputi peningkatan efektifitas acara sosialisasi dengan adanya moderator. Moderator diharapkan dapat memastikan acara berjalan sesuai waktu yang telah ditentukan. Pengisian indikator pun diharapkan dapat efektif dengan cara persamaan persepsi dari tiap fasilitator.
Gambar 3. Tim Penilaian Ketangguhan Desa
Hari kedua ekspedisi Destana ditutup dengan adanya pentas seni oleh warga sekitar. Pentas seni yang ditampilkan oleh warga di sekitar Pantai Sadeng adalah Seni Jathilan. Sebelumnya, BNPB memberikan edukasi mengenai potensi tsunami yang dapat terjadi di sepanjang Pantai selatan Jawa. Warga nampak antusias dalam menikmati jalannya pentas seni. Pihak BNPB juga memberikan doorprize untuk memeriahkan acara.
Gambar 4. Pentas Seni Jathilan
Hari 3
Hari ketiga Ekspedisi Destana Tsunami Regional DIY dibuka dengan persiapan perpindahan dari Pantai Sadeng ke titik kedua di Kabupaten Gunungkidul yaitu pantai Baron. Perpindahan tersebut dilakukan dengan iring - iringan kendaraan peserta yang dipimpin oleh kendaraan taktis BNPB. Selain bertujuan untuk melakukan perpindahan, iring - iringan kendaraan tersebut bertujuan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa pemerintah dan relawan hadir di tengah masyarakat untuk bersama-sama melakukan peningkatan kesiapsiagaan bencana.
Pantai Baron merupakan salah satu pantai wisata yang terkenal dan dikunjungi banyak wisatawan. Diharapkan dengan diadakannya Ekspedisi Destana di pantai Baron, dapat memperbesar edukasi dan sosialisasi kebencanaan. Adapun rundown acara Ekspedisi Destana terdiri dari Sosialisasi dan Edukasi kepada berbagai lini, penilaian ketangguhan desa, dan pentas seni kebencanaan pada malam harinya.
Gambar 1. Suasana Pantai Baron
Sesampainya di pantai Baron pada pukul 08.30 WUIB, panitia langsung memimpin briefing. Briefing dilakukan untuk memastikan tiap tim telah memahami tiap tugasnya. Tim FK - KMK UGM pada hari ini bertugas untuk melakukan Sosialisasi Kebencanaan padawarga sekitar dan wisatawan di pantai Baron dan penilaian ketangguhan desa. Terdapat 13 desa yang dinilai di sekitar pantai Baron. Tim FK - KMK UGM berpencar untuk melakukan sosialisasi ke berbagai pihak di sekitar Pantai Baron. Edukasi yang diberikan adalah mengenai tanda - tanda terjadinya tsunami, apa saja yang harus dilakukan ketika tsunami dan bagaimana cara warga dapat melakukan evakuasi. Sosialisasi dilakukan pada nelayan, wisatawan dan warga sekitar. Pengetahuan masyarakat masih bervariasi mengenai penanganan kebencanaan. Diharapkan dengan adanya sosialisasi dan edukasi mengenai evakuasi apabila terjadi tsunami, masyarakat menjadi lebih waspada dan siap dalam menghadapi bencana. Selain sosialisasi dan edukasi secara langsung, dilakukan pula pemasangan plang tanda rawan bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga dan wisatawan di sekitar pantai Baron.
Setelah melakukan sosialisasi dan edukasi, Tim FK - KMK UGM bersiap untuk melakukan Penilai Ketangguhan Desa. Tiap desa didampingi satu fasilitator untuk memastikan warga dapat mengisi indikator dengan sesuai kenyataan yang ada. Penilaian berjalan efektif dan lancar. Hasil penilaian akan dianalisis untuk menentukan indeks ketangguhan bencana tiap desa. Selain itu, penilaian ditutup dengan perumusan rencana aksi dan rekomendasi yang dapat dilakukan oleh desa untuk meningkatkan level ketangguhannya.
Gambar 2. Sesi Penilaian Ketangguhan Desa
Evaluasi Penilaian Ketangguhan Desa dilakukan di dalam tenda BNPB yang telah disiapkan. Penilaian Ketangguhan Desa berjalan lebih lancar dibandingkan hari sebelumnya. Aparatur desa yang datang terkesan lebih siap dalam memahami tiap pertanyaan yang diberikan. Beberapa desa bahkan sudah membawa data - data yang dapat digunakan untuk melengkapi verifikasi dari indikator ketangguhan desa yang diberikan. Pihak aparatur desa yang datang pun lebih representatif sehingga lebih memahami pertanyaan yang diberikan. Diharapkan hari selanjutnya juga akan berjalan lancar seperti hari ini.
Gambar 3. Evaluasi Penilaian Ketangguhan Desa
Acara selanjutnya adalah Pentas Seni Kebencanaan untuk rakyat. Diadakannya karaoke bersama dengan organ tunggal bertujuan untuk menarik masyarakat agar bersedia untuk merapat ke pendopo tempat acara berlangsung. Masyarakat nampak antusias dalam mengikuti pentas seni pada sorenya. Sedangkan pada malam hari, dilaksanakan Pentas Jathilan dari warga sekitar untuk menyemarakkan acara Ekspedisi Destana di Pantai Baron pada hari ketiga.