VIVA – Indonesia seperti panen gempa bumi. Sejumlah wilayah di Indonesia diguncang gempa. Sebut saja Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, Sumatera, Bali, Maluku, Sulawesi, juga Jawa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sejak dua bulan terakhir, periode Juli hingga Agustus 2018, lebih dari seribu gempa menggoyang Indonesia. Lokasi terbanyak berada di pulau-pulau Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di NTB ada dua gempa besar terjadi secara beruntun hanya dalam sepekan. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan di Lombok memang ada dua kontrol utama terjadinya gempa. Menurut dia, sekitar tahun 1800-an di Lombok dan sekitarnya, terutama di patahan naik Flores pernah terjadi gempa beberapa kali dan menimbulkan tsunami.
Kondisi alam di sana dikontrol oleh patahan naik atau sesar naik Flores, itu yang ada di sebelah utara. Yang kedua, dikontrol oleh tumbukan penunjaman lempeng Samudra Hindia yang menunjam atau menusuk masuk ke arah Lempeng Benua Euro Asia lewat di bawah lombok.
Bisa dijelaskan?
Jadi ada lempengan Benua Australia, dan juga ada lempengen Asia, di sebelah Timur ada Lempeng Samudera Pasifik. Ternyata, data-data kita mencatat bahwa lempeng-lempeng ini bergerak, tidak diam, dan ada kecepatannya 71 mm pertahun ke arah Euro Asia. Ini pergerakan lempengan Benua Australia.
Nah, yang lempengan Samudera Pasifik juga relatif bergerak ke arah barat daya dari Timur Laut dengan kecepatan 110 mm pertahun, lebih tinggi dibanding pergerakan lempengan Benua Australia. Sehingga terjadi seperti tabrakan atau menunjam, artinya dia menabrak terus menusuk ke bawah. Dan Lombok itu masuk di dalam daerah penunjaman itu. Pulau Lombok itu terbentuk karena adanya penunjaman lempengan yang membuat pulau Lombok muncul ke permukaan.
Apakah ini juga terjadi di wilayah lain?
Pulau Sumatera, Jawa, Bali juga berada di sepanjang tunjaman. Pulau-pulau itu terbentuk gara-gara lempengan menunjam atau masuk ke dalam lempeng Euro Asia. Jadi lempengan yang bertabrakan itu seperti tertekuk sehingga muncullah pulau-pulau itu ke permukaan.
Apa hubungannya dengan gempa?
Ketika terjadi penabrakan lempengan yang membuat penunjaman itu maka terjadilah getaran-getaran. Selain getaran yang timbul karena posisi lempengan itu tertekuk menjadi pulau, maka pasti lempengan itu ada yang retak-retak. Dan yang retak-retak itu istilah teknisnya di dalam ilmu tektonik lempeng atau ilmu geologi itu disebut patah atau Patahan. Dan ketika patah melepaskan energi. Nah, energi yang terlepas itu dirasakan sebagai guncangan gempa bumi. Jadi proses kejadiannya seperti itu kira-kira gambarannya.
Dalam kasus Lombok?
Kalau kita bicara Lombok, ada dua sumber gempa. Pertama adalah pergeseran lempengan dari Samudera Hindia yang menyebabkan benturan itu tadi. Kedua, gempa disebabkan dari patahan lempengan yang menunjam ke Benua Euro Asia.
Mengapa gempa di Lombok terjadi berulang-ulang?
Selama bumi masih terus bergerak atau berputar, gerakan energi yang dihasilkan dari tekanan lempengan itu akan hidup terus. Jadi setelah gempa akan terjadi pengumpulan energi berikutnya, terkumpul lagi yang suatu saat akan lepas lagi. Jadi ada semacam siklus.
Jadi kenapa gempanya bisa berulang-ulang karena ada aktivitas tektonik lempeng yang aktif kembali. Yang dulu pernah patah, menghasilkan getaran-getaran. Karena dari getaran itu menghasilkan energi, maka energi itu kini keluar dan menyebabkan gempa.
Artinya energinya masih ada?
Iya. Jadi ada energi sisa setelah energi itu keluar sebagai gempa, dia akan tetap masih menyisakan sisa energi. Dan biasanya sisa energi atau gempa itu akan keluar beberapa kali tapi energinya semakin melemah.
Polanya selalu seperti itu?
Sebagian besar data gempa dunia menunjukkan, model gempa itu setelah gempa akan ada sisa yang disebut dengan gempa susulan dan tidak ada gempa lagi dalam waktu yang pendek. Itu berdasarkan data rekaman sejarah gempa yang kita miliki.
Lazimnya setelah gempa utama, gempa susulan kekuatannya menurun. Kenapa di Lombok itu tidak terjadi?
Di dunia ini tidak banyak terjadi gempa four shock dan main shock seperti di Lombok kemarin. Bahkan belum ada setahu saya ahli gempa mengakui itu. Karena memang sangat jarang sekali gempa itu terjadi. Karena datanya belum ada yang mendukung kejadian itu ada four shock dan main shock yang hampir bersamaan seperti di Lombok.
Dalam sejarah gempa di dunia memang pernah ada beberapa catatan suatu gempa itu tidak langsung terjadi, tapi ada gempa pendahuluan, tapi itu sangat jarang terjadi.
Artinya tidak akan ada gempa susulan dengan kekuatan magnitudo yang besar lagi di Lombok?
Iya. Karena secara teori energinya sudah keluar dengan kekuatan 7 SR. Kalau dulu kan pernah keluar 7.4 SR, berarti gempa yang kemarin 7 SR itu kita sebut sebagai main shock karena itu sudah optimal energinya. Jadi kalau pun ada gempa susulan yang kekuatannya sangat kecil. Jadi kalau melihat data BMKG sangat kecil kemungkinan untuk terjadi gempa yang lebih kuat.
Jika gempa bumi pada 29 Juli bukan gempa utama, mengapa tidak ada antisipasi?
Kita tidak bisa mengetahui secara pasti kapan gempa itu akan datang. Cuma biasanya itu jaraknya tidak secepat ini. Sangat jarang sekali gempa besar kemudian diikuti dengan gempa besar dalam waktu satu minggu persis seperti di Lombok kemarin. Ini kan alam yang bekerja, jadi kita memang tidak bisa menebak-nebak sebelumnya. Karena memang sangat jarang terjadi seperti itu.
Tapi BMKG sudah memprediksi akan terjadi gempa besar setelah tanggal 29 Juli?
Iya. Tapi kita tidak bisa memastikan kapan gempa besarnya itu akan terjadi. Dan kalau kita sampaikan secara terbuka ke publik kan juga tidak etis. Karena kita tidak bisa memastikan kapan gempa itu terjadi, justru nanti kita akan membuat masyarakat resah.
Lombok bukan yang pertama. Sebelumnya sejumlah daerah juga dihantam gempa besar. Apa ini menunjukkan Indonesia memang rawan gempa?
Iya. Jadi sepanjang lempeng itu penuh titik-titik pusat gempa. Artinya, memang dalam catatan BMKG, dalam satu tahun rata-rata kita mengalami 6000 kali gempa dengan magnitudo yang bervariasi. Jadi banyak yang tidak dirasakan. Yang dirasakan itu dalam satu tahun rata-rata sebanyak 366 kali. Gempa yang merusak itu sekitar 2 sampai 4 kali, dan yang menimbulkan tsunami itu rata-rata dua tahun sekali.
Kenapa bisa begitu?
Karena bumi masih terus hidup. Lempengannya masih terus bergerak. Jadi ini seperti denyutnya, tanda-tanda kehidupan planet bumi, dengan adanya gempa, aktivitas gunung berapi.
Apa benar gempa bumi berkorelasi dengan meningkatnya aktivitas gunung berapi?
Iya. Jadi dari tumbukan bebatuan akibat pergesekan lempengan itu mengakibatkan adanya pelelehan atau magma, dan pelelehan ini akan naik mencari zona bebas. Dan munculnya gunung api ini menjadi satu paket. Tapi gempa yang juga menaikkan magma ke atas belum tentu ada kaitannya dengan gunung berapi di sekitarnya tergantung apakah patahan ini memotong jalur magma.
Jadi magma ini bergerak dari bawah ke atas. Di situ ada dapur magma, ada juga kandungan gas-gas yang memiliki temperatur tinggi. Kalau itu terpotong akan mempengaruhi aktivitas gunung berapi. Tapi kalau tidak terpotong ya tidak apa-apa.
Artinya?
Kalau sebelumnya ada gempa tektonik kemudian diikuti gempa vulkanik, itu bisa diduga ada hubungannya dengan aktivasi gunung berapi, seperti kasus di Jogja waktu itu.
Indonesia berada di jalur lempeng tektonik, jalur gempa sabuk alpide dan berada di tengah cincin Api Pasifik. Tanggapan Anda?
Kita berada di jalur tektonik di atas lempengan bumi. Di sana ada patahan, ada tumpukan. Akibat adanya tumpukan ini akan muncul magma dari perut bumi yang naik ke atas. Itu yang menyebabkan terbentuknya gunung berapi. Nah, gunung api itu konfigurasinya mengikuti jalur tumbukan yang disebut sabuk cincin api. Jadi tresor utamanya adalah tumpukan lempeng.
Dampaknya bagi Indonesia?
Gunung api itu kalau terjadi erupsi dan apabila di situ ada manusia yang terdampak hingga menimbulkan kerugian jiwa ataupun harta maka dikatakan bencana.
Jadi apakah bisa disebut Indonesia rawan bencana?
Dari kondisi alamnya memang rentan. Rentan terjadi erupsi gunung berapi dan rentan terjadi gempa. Tapi tidak harus menjadi bencana apabila tidak ada manusia yang meninggal. Sehingga sekarang tantangan kita di Indonesia ini adalah meskipun kita ini rentan mengalami guncangan gempa bumi, dan erupsi gunung api, bisakah kita membuat tidak ada orang mati karena gempa dan erupsi itu.
Kalau itu bisa, berarti kita rentan bencana tetapi tidak rawan. Hanya rentan dan bisa dimitigasi dengan berbagai upaya sehingga kalau gempa tidak ada rumah yang roboh, atau kalau roboh tidak menimbulkan kematian atau luka-luka. Nah, itulah pentingnya mitigasi, bagaimana cara agar bahaya yang potensi terjadi seperti gempa dan erupsi gunung berapi itu bisa dijaga tidak mematikan dan tidak merugikan.
Menurut Anda apa yang harus dilakukan masyarakat?
Masyarakat harus terus dilatih, dibangun budayanya agar mampu menolong atau melindungi diri sendiri apabila terjadi gempa. Bagaimana membuat masyarakat kita sadar dan terampil seperti di Jepang ketika terjadi gempa.
Memang kalau di Jepang bagaimana?
Masyarakat Jepang itu sudah tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa. Misalnya ketika berada di dalam rumah harus berlindung di bawah meja, atau di tempat-tempat yang kokoh, misalnya mepet di posisi-posisi tertentu apabila nanti ada atap jatuh ada bagian sisa yang bisa menyelamatkan kita dari reruntuhan.
Jadi dari sisi masyarakatnya harus kita budayakan kita edukasi bagaimana cara menyiapkan diri sebelum kejadian gempa. Apa saja yang harus dipersiapkan, misalnya harus ada meja untuk dipakai berlindung, lemari yang bisa untuk berlindung, perabotan-perabotan dibuat agar tidak mudah jatuh dan yang lain. Selain itu masyarakatnya juga harus diberi edukasi kalau ingin membangun rumah bangunlah rumah yang tahan gempa.
Bagaimana dengan pemerintah?
Kalau pemerintahnya itu misalnya ketika membangun infrastruktur, infrastruktur yang dibangun itu desainnya harus disesuaikan bagaimana agar bangunan itu tahan gempa. Masyarakat kan tidak bisa menjamin bendungan yang dibangun pemerintah tahan gempa, yang bisa melakukan atau menjamin itu kan pemerintah.
Selain itu?
Kemudian, bagaimana agar Lapangan Terbang aman. Lalu juga gedung-gedung umum, seperti gedung perkantoran, gedung pemerintahan. Pemerintah harus menjamin agar bangunan-bangunan itu bisa kokoh atau tahan gempa.
Bagaimana Anda melihat kemampuan mitigasi masyarakat dan pemerintah?
Kita masih harus meningkatkan. Karena terbukti ketika terjadi bencana korban jiwa terus bertambah. Itu berarti kemampuan mitigasi kita belum memadai.
Apa yang harus dilakukan pemerintah guna meminimalisir korban?
Menyiapkan sistem mitigasi bencana dengan baik. Selama ini pemerintah kan sudah melakukan pemetaan daerah yang rawan, daerah yang rentan ini kan sudah dilakukan pemerintah, sudah dijalankan. Yang belum adalah bagaimana penempatan wilayah tata ruang bangunan-bangunan yang penting itu harus mempertimbangkan zona-zona yang rawan tadi. Ini yang tidak selalu bisa.
Terkait bencana, apakah Indonesia bisa dibandigkan dengan Jepang?
Kalau dari segi bencana atau dari segi kerawanan bencana bisa dikatakan sama, apple to apple. Tapi dari segi teknologinya Jepang lebih maju. (ren)
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada ini menegaskan, Indonesia memang rentan mengalami gempa bumi. Pasalnya, negara ini berada di atas sejumlah patahan. Untuk itu, kemampuan mitigasi bencana menjadi keniscayaan. Ini dilakukan karena gempa tidak bisa diprediksi dan kapan saja bisa terjadi.
Kepada VIVA, Guru Besar kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1964 ini berbicara panjang lebar mengenai potensi dan ancaman gempa bumi dan bagaimana mitigasinya. Demikian petikan wawancaranya.