Salam tangguh bencana bagi seluruh penggiat bencana yang menjadi pembaca setia website bencana kesehatan ini. Berbicara tentang bencana kita akan ingat dengan perlindungan lebih untuk populasi rentan. Siapa mereka? Tentunya, anak, perempuan, dan lansia.
Marak saat ini kita dengar pelatihan-pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas populasi rentan terhadap bencana, ada peningkatan peran serta lansia dalam kesiapsiagaan bencana salah satunya.
Bagaimana dengan anak-anak yang mana psikologisnya lebih rentan untuk terluka pada saat menghadapi bencana, maka sering kita dapati pendidikan pada saat bencana. Lantas kebutuhan pendidikan seperti apa yang harusnya di dapatkan anak pada setiap pase bencana? siapa yang dapat kita libatkan dalam memberikan pendidikan kepada anak? Serta bagaimana kebijakan yang dikembangkan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas barangkali dapat terjawab oleh buku yang menjadi pilihan kita untuk disajikan bagi pembaca website bencana kesehatan minggu ini. Buku yang digagas oleh INEE (Inter-Agency Network for Education in Emergencies) dan The Sphere Project ini telah dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia. Simak selengkapnya buku ini,
Pembaca sekalian dapat juga menyimak hasil peneltian berikut mengenai cara yang digunakan untuk mengukur kerentanan daerah terhadap cyclones dan banjir. Indikator yang penulis gunakan dalam artikel ini adalah tingkat ancaman bahaya, sensitivitas, dan kemampuan beradaptasi. Tiga indikator ini dibagi lagi ke dalam sub insikator, misalnya indikator sensitivitas salah satunya adalah keadaan kesehatan daerah. Simak selengkapnya artikel ini .