logo2

ugm-logo

Ribuan Hektar Lahan Padi di Gunungkidul Puso Akibat Kekeringan

Ribuan Hektar Lahan Padi di Gunungkidul Puso Akibat Kekeringan

Gunungkidul - Musim kemarau yang melanda Kabupaten Gunungkidul, DIY, membuat ribuan hektar lahan padi yang gagal panen. Hal itu karena musim kemarau tahun ini datang lebih awal.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan, bahwa luasan lahan padi yang mengalami gagal panen atau biasa disebut masyarakat Gunungkidul dengan istilah puso memang semakin luas.

Bahkan, luasan lahan yang terkena meningkat hingga 4 kali lipat, mengingat sampai bulan kemarin tercatat hanya 400 hektar lahan padi yang terkena puso.

"Sampai bulan Juni ini tercatat ada 1918 hektar lahan padi yang gagal panen di Gunungkidul. Jumlah itu akumulasi dari 9 Kecamatan di Gunungkidul," ujarnya saat dihubungi detikcom, Minggu (30/6/2019).

Lanjut Bambang, 1918 lahan padi yang gagal panen itu terdiri dari 154 hektar lahan di Kecamatan Patuk, 2 hektar di Kecamatan Wonosari, 860 hektar di Kecamatan Gedangsari dan 50 hektar di Kecamatan Playen. Selanjutnya 6 hektar terdapat di Kecamatan Girisubo, 10 hektar di Kecamatan Ponjong, 505 hektar di Kecamatan Semin, 47 hektar di Kecamatan Karangmojo dan 285 hektar di Kecamatan Ngawen.

"Dan dibanding dengan data (lahan padi gagal panen dari April) sampai bulan Mei, luasan lahan yang terkena puso sampai bulan Juni ini memang lebih luas ya," ucapnya.

Sedangkan hingga bulan Mei, jumlah lahan padi yang gagal panen di Kabupaten Gunungkidul mencapai 400 hektar. Adapun rinciannya adalah 75 hektar lahan di Kecamatan Semin, 194 hektar di Kecamatan Patuk, 10 hektar di Kecamatan Karangmojo, 35 hektar di Kecamatan Ngawen, 6 hektar di Kecamatan Girisubo.

Disusul 2 hektar di Kecamatan Wonosari, 13 hektar di Kecamatan Playen, 32 hektar di Kecamatan Ponjong, 8 hektar di Kecamatan Nglipar dan terakhir 25 hektar di Kecamatan Gedangsari.

Menurut Bambang, penyebab ribuan hektar lahan padi di Kabupaten Gunungkidul gagal panen karena faktor cuaca yang sulit untuk diprediksi. Padahal, faktor cuaca menjadi acuan para petani untuk menentukan musim tanam padi.

"Penyebabnya gagal panen karena musim kemarau datang lebih awal, kan mestinya sampai (bulan) April masih ada hujan. Tapi masuk pertengahan April sampai sekarang malah tidak ada hujan," ucap Bambang.

Karena berkaitan dengan faktor cuaca, DPP Gunungkidul telah menyekolahkan 18 penyuluh pertanian dan 8 petugas UPT Pertanian ke BMKG. Harapannya, setelah memperluas pengetahuan akan cuaca, 26 petugas lapangan itu bisa segera melakukan sosialisasi ke para petani.

"Kami sudah kirim 26 petugas lapangan untuk sekolah iklim dan mereka sudah selesai (sekolah iklim di BMKG). Selanjutnya mereka akan mensosialisasikan ilmu yang didapat kepada para petani agar ke depannya para petani bisa menentukan iklim yang pas untuk bercocok tanam," katanya.
(mbr/mbr)

Bantu Bencana, ACT dan 5 NGO Lain Dapat Penghargaan dari Pemkab Sigi

Bantu Bencana, ACT dan 5 NGO Lain Dapat Penghargaan dari Pemkab Sigi

Jakarta - Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendapat penghargaan dari pemerintah Sigi atas bantuan kemanusiaan dalam penanggulangan korban gempa bumi dan likuifaksi yang telah terjadi pada September 2018 silam. Penyerahan penghargaan tersebut diberikan langsung oleh pemerintah Kabupaten Sigi pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Sigi yang ke-11 di Desa Pakuli Utara, Kecamatan Gumbasa, Sigi.

Tidak hanya ACT, terdapat lima Non Governmental Organization (NGO) Internasional lainnya yang juga meraih penghargaan dari pemerintah daerah Sigi yaitu UNDP, UNICEF, JICA, Islam Relief, dan KUN Internasional.

Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapata mengatakan peringatan HUT digelar agar pemerintah senantiasa dekat dengan masyarakat. "Penghargaan yang diberikan kepada ACT bersama NGO lainnya sebagai bentuk terima kasih pemerintah daerah Sigi atas bantuan yang telah dilaksanakan dalam penanganan korban bencana alam baik saat bencana hingga pasca bencana," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Minggu (30/6/2019).

Pada peringatan hari jadi tersebut, ia juga menyampaikan hasil perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA), yang menyebutkan bahwa kerugian infrastruktur yang dialami Kabupaten Sigi akibat bencana alam tersebut kurang lebih Rp 11,1 triliun.

Sebagai lembaga kemanusiaan, hingga kini ACT terus mendampingi warga yang terdampak bencana pada 28 September 2018 silam. Selain menyalurkan paket pangan, ACT juga telah membangun hunian sementara, masjid permanen, sekolah hingga pemulihan ekonomi masyarakat.

Adapun, di Kabupaten Sigi ACT telah membangun lima Kompleks Hunian Nyaman Terpadu atau Integrated Community Shelter(ICS) yang tersebar di Desa Sibalaya, Soulowe, Langaleso dan Lolu serta Desa Sidera.

Kepala Cabang ACT Sulawesi Nurmarjani Loulembah juga menambahkan ungkapan rasa terima kasihnya kepada para dermawan ACT. Baginya, kehadiran para Dermawan membantu tercapainya program-program kemanusiaan secara maksimal. Sehingga, penghargaan ini dapat diperoleh bersama dengan NGO Internasional lainnya.

"Terima kasih saya ucapkan kepada para Dermawan ACT yang sampai saat ini masih terus bersama kami. Apa yang telah diberikan melalui lembaga ini membantu kami dalam memaksimalkan program-program kerja yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat," terangnya.

Selain itu, ACT juga berharap semakin banyak kerja sama yang terus dapat dibangun tidak hanya kepada pemerintah tapi partner lainnya baik dalam negeri dan global.

Dengan tema "Dengan Semangat HUT ke-11 Kita Wujudkan Kabupaten Sigi yang Maju dan Mandiri Berbasis Ekonomi Kerakyatan melalui Penegakan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik", Bupati mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama membangun Kabupaten Sigi agar kembali pulih, semakin maju, mandiri, dan dapat bersaing dengan daerah lainnya untuk kemajuan ekonomi Indonesia.
(prf/ega)

More Articles ...