logo2

ugm-logo

Penyebab Banjir Besar di Madiun

jpnn.com, MADIUN - Banyak faktor yang memicu banjir hebat Kabupaten Madiun. Selain dipengaruhi fenomena alam, kondisi Kali Jerohan juga ternyata sangat memprihatinkan.

Meluapnya aliran sungai Selasa malam (5/3) ditengarai tersumbat rerumpunan pohon bambu, sampah rumah tangga, dan pendangkalan sedimentasi.

Problem itu didapati kala pemkab menyusuri sungai sepanjang 43 kilometer bersama tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). ‘’Banjir parah tidak boleh terulang,’’ tegas Bupati Madiun Ahmad Dawami.

Ekspedisi menyusuri Kali Jerohan menggunakan perahu karet dimulai Sabtu (9/3). Start hulu Desa Klumutan, Saradan, hingga hilir di Bengawan Madiun. Sepanjang perjalanan, rombongan mendapati pohon bambu tumbuh rimbun di kanan-kiri sungai.

Sejumlah patahan yang telah mengering juga nyelonong ke tengah. Selain bambu, tidak jarang dijumpai tumbuhan lain di tanah akibat sedimentasi. Seperti pohon pisang dan mangga. Sampah rumah tangga pun banyak yang tersangkut di pepohonan.

Tak sekadar mendokumentasikan, rombongan yang menyertakan dinas pekerjaan umum dan penataan ruang (DPUPR) itu menyempatkan berhenti di beberapa titik. Mereka berkomunikasi dengan warga dan perangkat desa setempat. Meminta memberlakukan kegiatan kerja bakti membersihkan sungai.

‘’Penyusuran ini upaya preventif dan bahan untuk memberi masukan ke pusat,’’ bebernya kepada Radar Mejayan (Jawa Pos Group).

Kaji Mbing –sapaan Ahmad Dawami– menuturkan kewajiban mengembalikan fungsi sungai tidak semata-mata tugasnya pemerintah. Masyarakat pun beperan dengan tidak membuang sampah ke sungai. Ke depannya, persoalan kebersihan sungai tidak perlu sampai di tingkat organisasi perangkat daerah (OPD). Mengingat gelontoran duit miliaran bersumber alokasi dana desa (ADD).

‘’Jangan sepelekan buang sampah. Kalau memang diperlukan, bagi yang tidak menaati bisa disanksi,’’ tegasnya.

Ketidaksiapan infrastruktur sungai itu diperparah faktor cuaca. Lebatnya hujan di wilayah Gemarang membuat debit air di Kali Nampu tinggi. Kali Jerohan sebagai hilirnya tidak sanggup menampung hingga meluap ke permukiman dan persawahan.

Mulai desa-desa di Kecamatan Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Balerejo, Madiun, dan Sawahan. Sebagian mengalir ke hilir di Kali Piring yang berdampak pada banjir di Kecamatan Wungu dan Wonoasri. Kecamatan Kebonsari, Dagangan, dan Gemarang terkena imbasnya.

Banjir susah surut selama dua hari Rabu (6/3) dan Kamis (7/3) di beberapa desa di Kecamatan Balerejo. Air harus antre keluar ke muaranya di Bengawan Madiun. Penyebabnya, Ponorogo sebagai daerah hulu juga banjir.

Apalagi debit air Bengawan Solo bertambah. Ditambah dengan jebolnya tanggul sungai di Desa Glonggong, Balerejo. ‘’Curah hujan memang ada kenaikan,’’ tegas bupati.

Berdasar data Stasiun Meteorologi Lanud Iswahjudi Magetan ada peningkatan intensitas hujan, pekan lalu. Hujan intensitas sedang hingga lebat mengguyur wilayah Magetan, Madiun, Ponorogo, dan Ngawi, Senin (4/3). Yakni, 3,2 mm/h hingga lebih dari 35 mm/hh.

Keesokannya, intensitas hujan lebih dari 35 mm/h terjadi di Madiun utara dan Ngawi. Giliran Madiun selatan dan Magetan Rabu (6/3) merasakan hujan intensitas tinggi yang belakangan disebut sebagai fenomena Madden Julian Oscillation oleh BNPB. Kemudian, Magetan, Madiun, Ponorogo, dan Ngawi, sama-sama diguyur hujan dengan intensitas serupa Kamis (7/3).

Kasubid Perlindungan Pemberdayaan Pengungsi BNPB Wing Prasetyo Ardi menambahkan, hasil dokumentasi penyusuran bakal dikoordinasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

Sungai yang dipenuhi pohon bambu dan sedimentasi itu menjadi biang aliran air tidak lancar. Hingga akhirnya meluap ke permukiman di sekitarnya. ‘’Bagaimanapun masyarakat harus terlibat. Melakukan pembersihan sungai saat ini juga,’’ paparnya.

Wing belum bisa memastikan kebijakan konkret penanggulangan banjir menahun tersebut. Menurutnya, perlu ada sistem one planning one river one management. Satu sungai, satu perencanaan, satu kesatuan pengelolaan. Melibatkan daerah-daerah sekitar Madiun Raya. Sebab, muara dari anak sungainya di Bengawan Madiun dan Bengawasan Solo. Pengerukan sungai, misalnya. Pelaksanaan tidak bisa hanya di Kabupaten Madiun. Daerah seperti Ponorogo dan Magetan perlu melakukan hal serupa. ‘’Karena di sana adalah hulunya,’’ ujarnya.

Sistem itu, lanjut Wing, sedang diterapkan di Jakarta. Salah satunya penanggulangan banjir akibat luapan Sungai Citarum. Yakni, pembersihan hingga pengerukan dimulai dari Ciliwung. Persoalannya, revitalisasi sungai butuh biaya besar.

Apalagi melibatkan banyak daerah dengan persoalan hampir serupa. ‘’Kalau memang bisa dilakukan. Tentu skalanya proyek multi years,’’ ucapnya. (cor/fin)

BPBD Magetan Sebut Banjir Tahun ini Terparah

image_title

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magetan (BPBD Magetan), memperkirakan kerugian akibat dampak bencana banjir yang melanda empat desa di Kecamatan Kartoharjo hampir mencapai angka Rp 1 miliar

Hal ini, berdasarkan data sementara yang meliputi persawahan, peralatan pertanian, ternak, dan infrastruktur jalan desa.

"Untuk saat ini total sementara catatan kami sekitar Rp 985.500.000 jadi hampir mendekati 1 miliar, mungkin nanti masih ada tambahan data lain. Itu semuanya mulai lahan pertanian, peralatan pertanian, ternak, infrastruktur jalan kita hitung sekian," ujar Fery Yoga Saputra, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan, kepada TIMES Indonesia, Senin (11/3/2019).

Fery mengungkapkan, jumlah kerugian tersebut diperoleh dari laporan perangkat desa yang wilayahnya terdampak bencana banjir. Yakni, terdapat di Desa Ngelang, Jajar, Kartoharjo, dan Sukowidi.

"Sementara ini kurang lebih sekitar 150 hektar lahan terendam, itu meliputi 70 hektar di Ngelang, 50 hektar di Jajar, kemudian di Kartoharjo maupun Sukowidi kurang lebih 40 hektar," terangnya.

Sedangkan, infrastruktur jalan desa tercatat kurang lebih ada sekitar 3500 meter yang mengalami kerusakan. Akibat, tergerus dan terendam banjir luapan daerah aliran sungai (DAS) Madiun selama beberapa hari.

"Ini fase darurat pemulihan kita sudah membuat surat dan melayangkan kepada pak Bupati, yaitu surat pernyataan yang nantinya ditindak lanjuti oleh OPD yang terkait seperti Dinas PU, Dinas Pertanian, Dinsos," urainya.

Sementara itu, pihaknya mengaku telah melakukan berbagai upaya saat terjadinya bencana banjir di Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan. Salah satunya, yang  pertamakali dilakukan adalah langkah tanggap darurat.

"Ini termasuk banjir yang terparah karena lebih dari dua hari, hal itu jika dibandingkan dengan kejadian lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2013," imbuh Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan, Jawa Timur. (*)

More Articles ...