logo2

ugm-logo

Ini yang Dilakukan BPBD Sumba Tengah untuk Mencegah Bencana

POS-KUPANG.COM, WAIBAKUL - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumba Tengah, Umbu K Rajamuda, S.Pt, mengatakan, untuk mencegah terjadinya bencana alam di wilayah itu, pihaknya berencana membuat peta bencana wilayah Sumba Tengah.

Saat ini sedang berkoordonasi dengan instansi terkait termasuk dengan pihak universitas untuk melakukan pemetaan wilayah bencana Sumba Tengah.

Umbu Rajamuda menyampaikan hal itu di kantornya, Kamis (15/3/208). Menurutnya, secara umum, wilayah Sumba Tengah berpotensi bencana alam baik longsor, banjir, angin puting beliung dan kebakaran.

Ia menyebutkan, pada tahun 2018 ini telah terjadi banjir di Soru, Ngadu Bolu dan Lenang Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay. Akibatnya sejunlah tanaman jagung tertimbun banjir.

Terhadap kejadian itu, pihaknya telah menurunkan bantuan kepada korban tersebut. Karena itu ke depan pihaknya akan membangun normalisasi Kali Soru dan Lenang.

Ia berharap dengan memiliki peta rawan bencana memudahkan pencegahan dan mitigasi kepada warga Sumba Tengah. (*)

http://kupang.tribunnews.com

masyarakat harus diberikan mitigasi bencana

Wapres: masyarakat harus diberikan mitigasi bencana

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Rabu, mengatakan mitigasi atau persiapan bencana harus sedini mungkin disosialisakan kepada masyarakat supaya ketika bencana datang, warga dapat tanggap menyelamatkan diri.

Wapres Kalla mencontohkan bencana alam tsunami yang menimpa wilayah Aceh pada 2004 lalu dapat dijadikan pembelajaran bagi masyarakat untuk menghadapi bencana alam.

"Ini pembelajaran bagi kita semua bahwa masyarakat harus dibudayakan agar diberikan mitigasi bagaimana memahami apabila bencana tersebut datang lagi, ya mudah-mudahan bencana itu tidak lagi di Sumatera atau di Indonesia," kata Wapres saat membuka Lokakarya dan Seminar Nasional "Membangun Masyarakat Tangguh Bencana secara Inklusif dan Berkelanjutan" di Jakarta, Rabu.

Wapres menceritakan kembali pengalaman bencana gempa bumi dan tsunami di Samudera Hindia yang menelan 250 ribu jiwa, termasuk 170 ribu di antaranya menimpa warga Aceh dan sekitarnya.

Jumlah korban jiwa di Banda Aceh lebih besar daripada di Pulau Simeulue, yang lokasinya lebih dekat dengan pusat gempa. Hal itu terjadi, menurut Wapres Kalla, karena masyarakat di Pulau Simeulue sudah memiliki sikap tanggap bencana, sehingga ketika gempa melanda mereka langsung menuju ke lokasi perbukitan.

"Di Pulau Simeulue itu hanya 11 orang yang meninggal, padahal lebih dekat dengan bencana gempa. Itu karena di Simeulue ada budaya bahwa begitu gempa, ada bencana alam, masyarakatnya langsung ke ketinggian. Sedangkan sebaliknya di Banda Aceh, karena tidak mempunyai budaya tersebut, masyarakatnya malah lari ke laut," jelas Jusuf Kalla.

Oleh karena itu, Wapres berharap pemerintah daerah bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), Badan SAR Nasional, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk terus menyosialisasikan kepada masyarakat terkait mitigasi bencana.

More Articles ...