logo2

ugm-logo

Laporan TIM UGM PEDULI AGATS

Laporan

TIM UGM PEDULI AGATS

 


Krisis kesehatan yang terjadi di Kabupaten Asmat menjadi pembahasan serius oleh civitas akademika Universitas Gadjah Mada, termasuk yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) yang memiliki Pokja Bencana segera melakukan koordinasi untuk tindak lanjut kasus Asmat ini. Koordinasi yang dilakukan juga bekerjasama dengan universitas dan Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan.

1 tim ugm for agat 1

Dokumentasi Tim: Tim UGM

Sebelum keberangkatan tim UGM ke Agats, pada 22 Januari 2018, dipimpin oleh Wakil Dekan Bidang Kerjasama dan Pengabdian Masyarakat dr. Mei Neni Sitaresmi, SpA(K)., PhD dilakukan rapat koordinasi tentang situasi di Asmat dan paparan oleh Ketua Pusat Krisis Kesehatan. Hasilnya adalah diperlukan bantuan untuk jangka panjang atau pada tahap recovery.

Pada 22 januari 2018,Pengabdian Masyarakat UGM mengirimkan surat ke FKKMK UGM agar menugaskan perwakilan untuk ikut dalam TIM DERU UGM ke Agats. dr. Hendro Wartatmo, Sp.BD dan Sutono, S.Kp, M.Sc ditugaskan ke Agats sebagai perwakilan FKKMK UGM yang juga merupakan anggota Pokja Bencana FKKMK UGM.

Namun tim UGM mengalami kendala ketika pembentukan tim seperti adanya keputusan yang mendadak sehingga waktu persiapan singkat, misi ketika ke Amsat belum jelas. Tetapi dibantu dengan adanya sumber daya yang cukup, networking yang luas dan manajemen yang bagus sehingga membantu adanya pembentukan tim ini. Laporan dari tim inilah yang menjadi dasar rekomendasi rencana kegiatan selanjutnya.

 

 

2 tim ugm for agat 2

Dokumentasi tim: Koordinasi dengan Bupati

 

Selama 1 minggu (23-28 Januari 2018) berikut temuan dan hasil asesmen tim tentang kondisi Asmat:

  1. Masalah gizi merupakan problem kronis, respon akut untuk Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan difteri sudah cukup. Tim UGM melakukan assessment untuk bantuan program jangka menengah.
  2. Permasalahan keuangan tidak terlalu menjadi persoalan tetapi masalah fasilitas dan peralatan (yang baru beberapa bulan ada) yang tidak digunakan sebagaimana mestinya.
  3. Birokrasi yang-inefisien, . program banyak tetapi luaran program tidak jelas.
  4. Masalah perilaku dan budaya yang mempengaruhi proses layanan dan sistem kesehatan yang berjalan sehingga intervensi selanjutnya perlu mempertimbangkan hal ini.
  5. Medan yang ekstrim atau berat
  6. Masih adanya masalah politik.

 3 tim ugm for agat 3

Dokumentasi Tim: Situasi di Puskesmas Akats

 

4 tim ugm for agat 4

Dokumentasi tim: Pasien di ruang rawat inap puskesmas Akats

 

Selain permasalahan di atas, ketika tim di Puskesmas Akats ditemukan juga permasalahan sebagai berikut:

  • Kecamatan Akats (50 Km dari Agats): 18 desa, terdapat beberapa puskesmas (4 bangunan rusak, petugas masih ada) dan desa terjauh 3 jam dengan menggunakan SB-45 PK
  • Jumlah penduduk yang di-c over : 6613 jiwa (Asmat : 96.000)
  • SDM : kepala puskesmas (SKM), tidak ada dokter, pegawai kontrak
  • Kriteria/ indikator/tool assessment status nutrisi tidak jelas
  • Pencatatan dan pelaporan diragukan valinasinya
  • Penduduk sering berpindah tempat tinggal
  • Pendapat dari Kapus: masalah biroksasi terkait anggaran, perilaku masyarakat, beratnya medan.
  • Dari 23 distrik (Kecamatan) di Asmat, baru 18 ada puskesmas. Hanya 5 puskesmas yang ada dokternya.

 

 5 rsud agats

Dokumentasi Tim: RSUD Agats

 6 rsud agats

Dokumentasi Tim: Suasana RSUD Agats

 

Sedangkan permasalahan yang ada di rumah sakit:

  • Terdapat 84 tt, HCU, OK, UGD, Lab. Radiologi
  • UGD ; 70 Kunjungan /hari – cukup tinggi
  • Gaji : SpB 43-68 juta, DU 12-14 juta, perawat 6 juta. Tetapi tidak ada tenaga yang mau ditempatkan.

 

 7 tim ugm agats

Dokumentasi Tim: Tim UGM

 

Berdasarkan hasil temuan tersebut maka Tim UGM yang berangkat memberikan usulan sebagai berikut:

Usulan Kegiatan selanjutnya sebagai berikut:

  1. Membantu pelayanan program bantuan supaya terjamin sampai ke konsumen: HPK  diperluas, kontrol hingga level  konsumen
  2. Membantu ketersediaan nakes sementara
  3. Program jangka menengah
  • Pengiriman mahasiswa KKN ke Asmat
  • Pengiriman Dokter intership ke Puskesmas
  • Bisa adanya pengiriman residen bedan (dan lainnya) ke RSU Agast
  • Keterlibatan universitas, RS Sarjito, Kemenkes

 8 assesment

Dokumentasi Tim: Rapat koordinasi hasil asesmen tim UGM

Menanggapi hasil asesmen ini, maka tanggal 2 februari 2018, dilaksanakan kembali webinar koordinasi untuk mendengarkan hasil asesmen tim yang berangkat. Webinar ini kembali melibatkan Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan juga organisasi Dokter Bhineka Tunggal Ika. Berikut catatan rencana tindak lanjut:

  1. Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes menginformasikan bahwa pemerintah akan segera mengeluarkan pernyataan bahwa situasi KLB sudah teratasi sehingga kegiatan jangka menengah dapat dilaksanakan. Selain itu, pemerintah akan merencanakan penguatan puskesmas di Kabupaten Asmat sehingga kegiatan selanjutnya dapat bergabung dalam penguatan sistem baik di dinas kesehatan dan puskesmas.
  2. Membuat proposal program sebagai acuan untuk melakukan kegiatan jangka panjang dengan sumber pendanaan yang bisa diandalkan. Tidak hanya dilakukan pendampingan harus diberikan contoh langsung menyelesaikan suatu masalah dan selalu dikontrol. Hal ini membutuhkan waktu yang lama sehingga harus berkesinambungan.
  3. Hasil pertemuan ini akan dilaporkan ke UGM untuk melibatkan unsur yang lain.

9 webinar

Dokumentasi Tim: Kepala Pusat Krisis Kemenkes sedang menyampaikan usul

 

Dituliskan oleh Madelina berdasarkan laporan Tim UGM 

1.    Melakukan kegiatan untuk melakukan pendampingan misalnya di satu kecamatan untuk menyelesaikan permasalahan disana. Tidak hanya masalah medis hanya orang medis saja, tetapi juga dengan antropologi, sosiologi, psikologi dan lain-lain.  Tidak hanya dilakukan pendampingan harus diberikan contoh langsung menyelesaikan suatu masalah dan selalu dikontrol. Hal ini membutuhkan waktu yang lama sehingga harus berkesinambungan.

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Teknis Penanggulangan Bencana

Reportase Hari 1

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Teknis Penanggulangan Bencana

Selasa-Rabu 28-29 November 2017


29 pelatihan skill petugas 1 

Dok. PKMK: Sesi Pembukaan

Selasa, 28 November 2017. PKMK dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menggelar pelatihan peningkatan kapasitas teknis penanggulangan bencana pada 28-29 November 2017. Peserta dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dan puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah kerja Bantul hadir dalam pelatihan peningkatan kapasitas ini. Berdasarkan TOR yang disusun oleh Dinas Kesehatan Bantul bahwa melalui penelitian ini diharapkan baik SDM yang ada di Dinas dan puskesmas dapat mempersiapkan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan untuk wilayah Bantul.

Berikut daftar puskesmas yang hadir, Puskesmas Banguntapan 2, Puskesmas Pleret, Puskesmas Dlingo I, Puskesmas Piyungan, Puskesmas Imogiri I, Puskesmas Srandakan, Puskesmas Pundong, Puskesmas Sewon, dan Puskesmas Sanden. Sedangkan dari Dinas Kesehatan hadir bukan hanyadari Bagian Pelayanan dasar, rujukan, bencana melainkan juga bagian farmasi dan TRC.

Sambutan pertama disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes yang merupakan Kepala Divisi Manajemen Bencana, PKMK FK UGM. dr. Bella menyambut baik upaya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul untuk memfasilitasi fasilitas kesehatan di wilayah kerjanya untuk peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana, dalam hal ini puskesmas. Hal ini sesuai dengan amanah Permenkes No. 64 Tahun 2013, dan kami (PKMK) yang mendorong hal ini terjadi, tentunya sangat senang sekali, ungkap Bella.

Sambutan sekaligus pembukaan disampaikan oleh Endah Wahyuni, SKM, MPH mewakili Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Endah menceritakan sedikit tentang pengalaman Bantul menghadapi bencana gempa 2006 silam. Dinas merasa, saat ini banyak sekali perubahan yang terjadi baik perkembangan sarana prasarana, kebijakan, dan perubahan SDM kesehatan juga. Untuk itulah diperlukan penyegaran kembali untuk SDM kesehatan baik di dinas maupun puskesmas. Itulah yang menjadi latar belakang diselenggarakannya kegiatan ini. Rencananya, upaya peningkatan kapasitas SDM seperti ini akan dilaksanakan bertahap mulai tahun ini. berikutnya, mungkin akan lebih diarahkan untuk kesiapsiagaan puskesmas.

Kegiatan selama dua hari yang mana hari pertama fokus ke materi dan diskusi dan hari kedua fokus untuk penugasan. Materi yang diberikan meliputi Pendekatan Klaster Kesehatan dan Emergency Medical Team (EMT), Medical Support, logistik medik, public health emergency, dan radio medik. Materi-materi ini merupakan bekal pengetahuan mengenai kebijakan, pedoman, dan prinsip dalam perencaaan penanggulangan bencana ditingkat daerah.

29 pelatihan skill petugas 2

Dok. PKMK: Sesi 1 dan 2 oleh dr. Bella Donna

Dua materi pertama disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes tentang pendekatan klaster, EMT, dan medical support. Pendekatan klaster mulai diterapkan di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Klaster kesehatan merupakan salah satu klaster dalam penanggulangan bencana di Indonesia, selain klaster pendidikan dan klaster lainnya. Di tingkat nasional, tentunya klaster kesehatan ini dikomandani oleh Kementerian Kesehatan, kemudian turun ke daerah oleh Dinas Kesehatan. Dalam klaster kesehatan ada sub-sub klaster diantaranya sub klaster pelayanan kesehatan, sub klaster logistic, sub klaster gizi, sub klaster kesehatan reproduksi dan lainnya. Ada banyak peluang dan tantangan dalam penerapan sistem klaster ini, dan memang ini bukan barang baru, selama ini kita sudah menggunakan sistem klaster dalam penanggulangan bencana di sektor kesehatan tetapi mungkin belum terstruktur dengan baik. Dengan pendekatan klaster ini maka akan lebih mudah bagi dinas kesehatan atau puskesmas untuk mengantifkan sub-sub klaster ini.

Begitu dengan EMT. Di Indonesia sebenarnya konsep EMT sudah diterapkan dengan nama-nama yang berbeda. Misalnya, Bantul sudah punya BES atau Bantul Emergency Service. EMT saat ini diharapkan dimiliki oleh masing-masing fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. tipe EMT sendiri tergantung dari kebutuhan dan tujuan dibentuknya.

Materi kemudian dilanjutkan oleh dr. Sulanto Saleh Danu, Sp.FK yang mengisi tentang logistik medik. Peran logistik sangat penting dalam penanggulangan bencana. Hal ini harapannya sudah dibahas sejak masa pra bencana, disiapkan, dan direncakan bagaimana penggunaannya. Termasuk masing-masing fasilitas menyiapkan dan mengidentifikasi apa saja kebutuhan logistik medis yang dibutuhkan sesuai dengan ancaman bencana dan upaya penanganan yang diberikan.

Usai istirahat siang, materi tentang kegawatdaruratan di masyarakat atau Public Health Emergency disampaikan oleh dr. Hendro Wartatmo, Sp.BD. Public health emergency sebenarnya konsep dalam penerapan upaya penanggulangan bencana di tingkat dinas kesehatan dan puskesmas. Ada pertanyaan menarik dari peserta mengenai apa yang harus ditulis dalam dokumen rencana. dr. Hendro menjawab bahwa terapkan 11 prinsif dari Public health emergency diantaranya melakukan analisis risiko dan membentuk incident command system.

Materi terakhir diisi oleh Sekretaris 2 RAPI Nasional, Agus Subekti yang tidak menjelaskan, tapi peserta juga diajak melakukan simulasi penggunaan radio Handy Talkie (HT). Kasus yang dikembangkan tentang bencana yang menimpa di beberapa titik kejadian sehingga membutuhkan koordinasi dari beberapa puskesmas ke dinas kesehatan. Agus menjelaskan mengenai frekuensi yang ada di daerah serta bagaimana penggunaannya. Peserta mencoba satu per satu.

29 pelatihan skill petugas 3

Dok. PKMK: Sesi simulasi penggunaan Radio HT

More Articles ...