logo2

ugm-logo

Blog

Gempa Tiga Kali Goyang NTT

Ilustrasi (Okezone)

KUPANG – Provinsi Nusa Tenggara Timur tiga kali dilanda gempa dengan intensitas kecil dalam dua hari ini. Gempa terakhir terjadi, Kamis (14/7/2016) pukul 05.13 Wita dengan kekuatan 3,2 skala richter (SR).

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Kelas I BMKG Kupang, Sumawan mengatakan, gempa dengan kedalaman 58 kilometer itu berpusat di 26 kiometer barat laut Kabupaten Manggarai Barat, NTT.

Sementara pada Rabu 13 Juli 2016, NTT dua kali digoyang masing-masing berkekuatan 3,6 SR yang terjadi pukul 14.53 Wita dan berpusat di Sumba Barat Daya. Kemudian gempa 4,7 SR pukul 21.13 Wita di Kabupaten Alor.

Potensi Bencana Meningkat, BPBD Malang Siapkan Posko

Ilustrasi (Okezone)

MALANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Jawa Timur, menyiapkan posko darurat bencana sejak menjelang Lebaran hingga September. Posko tersebut disediakan karena wilayah itu diprediksi sudah memasuki fase rawan bencana alam.

Kepala BPBD Kabupaten Malang, Hafie Lutfi, mengatakan Kabupaten Malang memasuki fase rawan bencana akibat gelombang La Nina yang dimulai Juni lalu dan diperkirakan hingga September mendatang.

"Berdasarkan pantauan kami, ada potensi peningkatan bencana sehingga memberlakukan kebijakan darurat bencana banjir, longsor, dan pohon tumbang," ucapnya, Kamis (7/7/2016).

Hafie mengungkapkan, keberadaan posko bencana tersebut sangat penting. Bahkan, posko tersebut sudah beroperasi sejak Juni dan kemungkinan hingga September.

Posko bencana juga dilengkapi berbagai kebutuhan mendasar ketika terjadi bencana, termasuk mobil tangki air bersih yang bisa didistribusikan kepada masyarakat.

Selain petugas dari BPBD Kabupaten Malang, Hafie menjelaskan, pihaknya juga melibatkan personel dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan PMI. "Koordinasi dengan berbagai pihak terkait juga terus kami instensifkan agar jangan sampai putus komunikasi," ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Posko Bencana, Dixie mengatakan setiap hari hingga September mendatang ada lima hingga 10 orang yang berjaga di posko. "Tim posko juga dibekali berbagai peralatan untuk penanggulangan pertama jika terjadi bencana, seperti perahu karet dan ekskavator," katanya.

Sementara itu, BMKG mengimbau warga yang ingin memanfaatkan libur Lebaran dengan rekreasi ke pantai selatan sebaiknya lebih waspada dan berhati-hati. Itu karena secara umum gelombang laut mencapai 1,2 hingga 2,5 meter. Bahkan, ada potensi gelombang tinggi hingga mencapai 3,5 meter sampai empat meter.

Gelombang tinggi tersebut diperkirakan baru berangsur-angsur turun pada Jumat 8 Juli 2016. Sementara kecepatan angin antara 30 hingga 50 kilometer per jam.

Potensi bencana alam, baik banjir, tanah longsor dan puting beliung terjadi di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon (Malang barat), Kecamatan Tumpang, Poncokusumo, Pakis (Malang timur), serta Kecamatan Tirtoyudo, Donomulyo, Ampelgading, Sumbermanjing Wetan di wilayah Malang selatan.

Sejumlah pantai yang berpotensi gelombang tinggi di kawasan Pantai Selatan, di antaranya Pantai Bajulmati, Goa China, Balekambang, Sendangbiru, Tamban, Lenggoksono, Ngliyep, dan Pantai Bengkung.

(erh)

Hasil ekspedisi MIRAGE untuk konsep mitigasi bencana

Hasil ekspedisi MIRAGE untuk konsep mitigasi bencana

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain menyebut hasil ekspedisi "Marine Investigation of the Rupture Anatomy of the 2012 Great Earthquake" (MIRAGE) dapat menjadi dasar menyusun konsep mitigasi bencana.

"Ada dua misi besar dari ekspedisi tersebut, pertama misi ilmiah untuk iptek dan pemikiran konsep mitigasi bencana agar benar-benar bisa mengurangi risiko," kata Kepala LIPI dalam peluncuran Ekspedisi Mirage di Jakarta, Rabu.

Misi kedua dari ekspedisi yang dilakukan bersama Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP) Prancis dan Earth Observatory of Singapore (EOS) Singapura untuk meneliti sumber gempa sesar mendatar di Cekungan Wharton, Samudera Hindia, yang terjadi pada 2012 tersebut adalah sebagai wahana peningkatan kapasitas.

"Dari pengetahuan baru yang akan kita peroleh dari ekspedisi ini, diharapkan meningkatkan strategi mitigasi bencana kita. Selain itu, hasil penelitian akan memperbaharui kembali peta gempa nasional dengan memperhitungkan sumber gempa bumi yang belum diperkirakan sebelumnya," ujar dia.

Ekspedisi penelitian bersama kali ini akan dilakukan selama sebulan, dari 1 hingga 30 Juli 2016. Kapal Riset R/V Marion Dufresne akan bertolak dari Kolombo menuju Cekungan Wharton, Samudera Hindia, guna memetakan secara detil struktur, anatomi, dan mekanisme patahan penyebab gempa pada 11 April 2012 di lepas pantai sebelah Barat Sumatera.

Peserta ekspedisi melibatkan sembilan orang peneliti dari LIPI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial (BIG), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Universitas Hasanuddin, dan Universitas Padjadjaran dengan didukung oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya serta Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI).

Sedangkan, peneliti asing yang terlibat sejumlah 21 orang dari Singapura, Prancis, Myanmar, Korea Selatan, dan India.

Selama ekspedisi, diselenggarakan pula pelatihan atau floating summer school yang dikenal sebagai "the 1st ASEAN, IOC WESTPAC Indian Ocean Floating Summer School on Marine Geoscience and Geohazard". Pelatihan ini ditujukan bagi para peneliti muda dan mahasiswa dari perwakilan negara ASEAN dan IOC Westpac (Komisi Oseanografi Internasional Pasific Barat) dalam bidang riset geosains kelautan untuk mitigasi bencana.

"Harapannya ada lanjutkan kolaborasi intens antar negara setelah ekspedisi ini, ujar dia.

Editor: Ruslan Burhani

sumber: antara

Bromo Keluarkan Asap Tebal, BNPB: Aman dan Bisa Jadi Wisata yang Menarik!

Bromo Keluarkan Asap Tebal, BNPB: Aman dan Bisa Jadi Wisata yang Menarik!

Jakarta - Asap tebal masih terus keluar dari aktivitas vulkanik Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggi, Jawa Timur. Aktivitas gunung yang masih cukup tinggi itu tidak membuat pengelola menutup akses wisata ke gunung Bromo.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hal tersebut bagus untuk menambah wawasan dalam memahami gunung api. "Pariwisata Gunung Bromo tetap dibuka untuk umum. Kondisi aman untuk wisatawan kecuali di dalam radius 1 km dari puncak kawah," kata Sutopo dalam keterangan tertulis Rabu (29/6/2016).

"Masyarakat tidak perlu takut atau khawatir dengan kondisi aktivitas vulkanik Gunung Bromo saat ini. Justru adanya erupsi kecil menjadikan wisata yang menarik untuk masyarakat memahami gunung api," imbuhnya.

Sutopo memprediksi gunung Bromo akan menjadi salah satu destinasi wisata mengisi libur lebaran mendatang. Dia memastikan kawasan tersebut akan aman dikunjungi masyarakat.

"Seringkali asap ini disertai abu vulkanik tipis hingga di permukaan sesuai arah angin yang menerbangkannya. Status masih Waspada (level II). Diperkirakan kondisi ini masih akan berlangsung lama," papar Sutopo.
(bag/bag)

Mitigasi di Daerah Bencana Lemah

PURWOREJO — Mitigasi swadaya masyarakat di daerah rawan bencana masih lemah. Mereka cenderung abai dan kurang responsif pada potensi bencana. Kondisi ini diperparah dengan lambannya antisipasi pemerintah daerah setiap memasuki musim bencana. Akibatnya, korban jiwa terus berjatuhan setiap bencana melanda.

Penelusuran Kompas ke wilayah-wilayah terdampak bencana longsor di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (22/6/2016), menunjukkan, sebagian besar masyarakat tidak memiliki naluri mitigasi kendati tahu bahwa mereka tinggal di wilayah rawan bencana. Bahkan, pada kondisi genting, mereka cenderung mengabaikan tanda-tanda alam dan prosedur keselamatan.

Kepala Desa Kalinongko, Kecamatan Loano, Suyoto mengatakan, di desanya terdapat 30 keluarga yang berisiko terdampak longsor karena bertempat tinggal tepat di bawah dengan kemiringan sekitar 80 derajat. Kendati sudah diberi tahu potensi longsor di daerah tempat tinggalnya, mereka tetap berkeras tinggal di lokasi itu.

"Sebagian dari mereka bersikeras tetap tinggal di daerah rawan bencana dengan alasan hanya memiliki tanah di daerah itu. Sebagian lainnya juga enggan pindah karena sudah nyaman tinggal di sana," ujarnya.

Pada bencana longsor di Banjarnegara, tiga korban longsor di Dusun Wanarata, Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, menyalahi standar mitigasi saat bencana mengancam. Kepala Urusan Keuangan Desa Gumelem Kulon Raswanto mengakui, ketiga korban, yakni Sudarno, Bahrudin, dan Wato, sesudah longsor awal, di tengah hujan deras, mengarahkan aliran air dari perbukitan. Upaya itu membuat aliran air parit makin besar sehingga memicu longsor susulan yang lebih besar dan menimbun mereka.

Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno menyatakan, kesadaran mitigasi masyarakat di sekitar lokasi bencana masih lemah. "Mereka belum paham, saat hujan harus seperti apa, harus mengungsi ke mana dulu. Atau setidaknya menghindari kegiatan-kegiatan yang mengancam keselamatan jiwanya," katanya.

Penataan permukiman

Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Ahmad Yurianto mengatakan, selama delapan tahun terakhir, pihaknya telah intensif membagikan naskah kebijakan mitigasi dan menyarankan penataan ulang kawasan permukiman.

"Namun, respons dari daerah bervariasi. Tidak semuanya cepat menanggapinya dengan melakukan relokasi warga di daerah zona rawan," ujarnya.

Menurut Subandrio, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Minera, masyarakat dan pemerintah masih abai terhadap potensi bencana dari gerakan tanah. Padahal, bencana dari gerakan tanah termasuk kategori membahayakan karena menewaskan 200 orang di Indonesia per tahun.

Selain korban jiwa, kerugian ekonomi akibat bencana di Jawa Tengah juga terbilang besar. Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, material akibat bencana di seluruh Jateng mencapai ratusan miliar rupiah.

Bupati Agus Bastian menyebutkan pula, akibat bencana banjir dan longsor ditaksir mencapai Rp 15,5 miliar. Kerugian meliputi kerugian infrastruktur, seperti jalan, jembatan, rumah warga, serta kerusakan lahan pertanian.

Kerugian akibat banjir dan longsor di Banyumas ditaksir Rp 3,8 miliar. "Jumlah tersebut masih sementara karena laporan dari tingkat desa masih berjalan," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Banyumas Prasetyo Budi Widodo.

Sementara itu, hingga Rabu, upaya pencarian korban longsor yang masih tertimbun di Desa Karangrejo, Kecamatan Loano, dan Desa Donorati, Purworejo, berlanjut. Kepala Badan SAR Nasional Jateng Agus Haryono mengatakan, hingga kemarin 40 orang meninggal akibat longsor di Purworejo. Tim SAR gabungan masih mencari sekitar 8 korban yang diperkirakan masih tertimbun di beberapa lokasi. Delapan orang juga masih dirawat di rumah sakit.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo di Banyuwangi, Jatim, Rabu, mengatakan, pihaknya meminta BPBD, polisi, dan TNI membantu menangani bencana alam di sejumlah wilayah di Indonesia. Dengan bantuan itu, operasi penyelamatan korban bencana diharapkan bisa lebih cepat. Basarnas kini tengah melakukan operasi penyelamatan di 11 wilayah, di antaranya Kupang, Medan, Manado, Kendari, Kebumen, dan Purworejo.

Banjir

Kesedihan mendalam akibat bencana tanah longsor yang terjadi di Purworejo, Jawa Tengah, dirasakan seorang ibu, salah satu dari 2 korban selamat longsor di Desa Donorati. Ia harus kehilangan 3 anaknya dalam waktu yang bersamaan.

Di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, banjir akibat meluapnya Sungai Dolago di Desa Dolago Padang dan Masari, Kecamatan Parigi Selatan, Selasa (21/6) malam, merendam 300 hektar sawah. Sekitar 42 hektar di antaranya rusak parah karena tertutup lumpur.

"Kami masih terus mendata untuk kepastian kerusakan tanaman. Sawah-sawah itu baru ditanam tiga minggu lalu. Air dan lumpur menghantam sawah karena tanggul jebol," kata Camat Parigi Selatan Moh Muchen, saat dihubungi dari Palu, Rabu (22/6).

Hingga kemarin, air di areal sawah masih belum surut dengan ketinggian rata-rata 50 sentimeter. Sawah yang terendam lumpur kebanyakan berada di dekat alur sungai.

Banjir juga menggenangi Pasar Sentral Youtefa, di Distrik Abepura, Kota Jayapura, Rabu kemarin. Penyebab banjir karena hujan deras yang melanda Jayapura selama enam jam.

Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dua komunitas mandiri mitigasi warga mengetatkan sistem pemantauan bencana alam banjir dan longsor. Hujan yang turun beberapa hari terakhir rentan meluapkan sungai dan meruntuhkan tebing tanah. (GRE/EGI/VDL/NIT/CHE/FLO)

sumber: KOMPAS