logo2

ugm-logo

Blog

Sungai Meluap, Permukiman Padat Penduduk di Medan Terendam Banjir

Sungai Meluap, Permukiman Padat Penduduk di Medan Terendam Banjir

Medan - Pemukiman padat penduduk di Medan, Sumatera Utara terendam banjir. Ratusan rumah terendam banjir menyusul adanya intensitas air sungai yang naik.

Pemukiman penduduk yang terendam banjir yakni di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Lokasi rumah yang terendam banjir ini diseputaran Sungai Deli.

Ketinggian air dari banjir bervariasi, mulai dari 10 centimeter hingga satu meter lebih. Sejumlah warga ada yang mengungsi di lokasi pengungsian. Sebagian warga lainnya masih ada yang bertahan dirumahnya.

Kepala Lingkungan IV, Kelurahan Aur, Yahdi Sabil mengatakan, air naik mulai sekitar pukul 03.00 WIB, Selasa (7/11/2017). Sekitar 170 kepala keluarga terdampak dari banjir.

"Sejak subuh, warga sudah ada yang mengungsi. Air sudah mulai naik," ujarnya.

Kini, sebagian lokasi air sudah mulai surut. Warga tampak membersihkan masing-masing rumahnya. Berdasarkan data dari BPBD Medan, banjir juga menggenangi wilayah Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan.

Sekitar 120 rumah disana juga terendam banjir. Terkait banjir ini, BPBD Medan mendirikan posko di Kelurahan Aur. Petugas terus melaksanakan pemantauan di daerah rawan banjir.
(asp/asp)

Banjir Terjang Aceh Singkil, Rumah Penduduk Terendam, Jalan Putus

BREAKING NEWS - Banjir Terjang Aceh Singkil, Rumah Penduduk Terendam, Jalan Putus

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Banjir merendam jalan Singkil-Subulussalam, tepatanya di kawasan Bulu Sema, Kecamatan Suro, Aceh Singkil, Rabu (8/11/2017) dini hari.

Ketinggian air di badan jalan mencapai semeter lebih.

Kondisi tersebut menyebabkan kendaraan roda dua dan empat tidak bisa melintas.

Antrean kendaraan mencapai 1 kilometer.

"Akibat banjir kendaraan tidak bisa melintas. Antrean kendaraan dari lokasi jembatan sampai ke depan Polsek Suro," lapor Andri warga setempat.

Menjelang siang air berangsur surut. Namun kendaraan masih belum berani melintas lantaran air yang melintas badan jalan cukup deras.

Banjir juga merendam rumah penduduk setempat. Kondisi itu memaksa warga meninggalkan rumah. Masjid setempat juga terendam.(*)

Sumenep Rawan Lima Jenis Bencana Alam

Sumenep Rawan Lima Jenis Bencana Alam

Sumenep (beritajatim.com) - Kabupaten Sumenep dinyatakan rawan terhadap lima jenis bencana alam, yakni banjir, angin puting beliung, tanah longsor, abrasi laut, dan kekeringan.

"Berdasarkan pemetaan, Sumenep lebih pada hidrometeorologi. Karena itu, bencana yang perlu diwaspadai juga beragam, mulai banjir hingga kekeringan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, Sudarmawan.

Sudarmawan berada di Sumenep pada Rabu (01/11/2017), mengikuti Apel 1000 Relawan Sekolah Laut sekaligus penanaman mangrove di pesisir Kesong, Kecamatan Kalianget.

"Bahkan saat ini yang juga perlu diwaspadai itu kemungkinan bencana gempa bumi, karena terlihat ada pergeseran lempeng bumi mengarah ke Surabaya dan Madura," ujarnya.

Menurutnya, salah satu program pengurangan resiko bencana adalah melalui 'sekolah laut'. Di Jawa Timur ada tiga sekolah laut, salah satunya di Sumenep. Sekolah laut merupakan bagian penguatan kapasitas masyarakat yang arahnya supaya masyarakat bisa lebih mandiri.

"Jadi pola pikir pengurangan resiko bencana bukan pada saat terjadinya bencana, tetapi justru sebelum terjadinya bencana, perlu langkah-langkah antisipasi. Termasuk penanaman mangrove," ungkapnya.

Untuk Sumenep, akan ada 1000 mangrove yang ditanam di wilayah-wilayah pesisir, diantaranya Kalianget, Pantai Slopeng Dasuk, serta wilayah kepulauan.

"Sekitar 60 persen wilayah pesisir memang perlu dilindungi agar tidak terjadi abrasi laut," ucapnya. [tem/but]

Tanggulangi Banjir, Desa Sitiarjo Kabupaten Malang Gelar Sekolah Sungai

Tanggulangi Banjir, Desa Sitiarjo Kabupaten Malang Gelar Sekolah Sungai

MALANGTODAY.NET – Beberapa waktu lalu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei meresmikan gerakan sekolah sungai untuk pengurangan resiko bencana di Kali Woro Purba Klaten, Jawa Tengah.

Menindaklajuti hal tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang juga akan menggelar workshop sekolah sungai. Direncanakan, workshop sekolah sungai itu digelar pada pertengahan November mendatang.

Lokasi yang di pilih BPBD nanti adalah Sungai Panguluran yang berada di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Tujuan dari gerakan sekolah ini adalah untuk melatih dan membekali calon fasilitator, sehingga dapat menumbuhkan komitmen serta meningkatkan kapasitas dalam mengelola atau memanfaatkan sumber daya air dan sungai dalam rangka gerakan pengurangan resiko bencana.

 

“Pertama dilakukan di Kecamatan Tirtoyudo, yaitu di Desa Pujiharjo, dan yang kedua nanti kita akan lakukan di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan, tepatnya di Sungai Panguluran,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang, Bambang Istiawan, Selasa (31/10).

Sejumlah kegiatan dalam sekolah sungai juga sudah disiapkan sedemikian rupa oleh BPBD Kabupaten Malang. Kegiatan itu berupa bersih-bersih Daerah Aliran Sungai (DAS) dan penanaman 10.000 bibit pohon.

Dipilihnya Sungai Panguluran sebagai lokasi workshop sekolah sungai karena melihat kondisi sungai dalam 4 tahun terakhir jika hujan deras melanda berakibat pada banjir.

“Pemilihan lokasi disana karena pertimbangan sungai-sungai yang ada, melihat 4 tahunan ini banjir juga melanda Sungai Pangluruan. Dengan adanya sekolah ini disana paling tidak kalau misalnya terjadi banjir lagi sungai itu tidak membawa banyak material,” tambahnya.

BNPB Prediksi Puncak Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Januari 2018

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempredikasi puncak bencana, misalnya banjir dan tanah longsor, terjadi pada bulan Januari 2018.

Pasalnya, pada bulan Januari, intensitas hujan di wilayah Indonesia akan meningkat.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan hal itu, saat menggelar jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Kamis (26/10/2017).

"Puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari. Biasanya di bulan Januari itu akan lebih banyak bencana banjir, longsor, dan puting beliung," kata Sutopo.

Selain itu, ia mengatakan saat ini pola hujan di Indonesia sudah berubah dibanding 30 tahun lalu. Sebelumnya, dalam satu tahun pola cuaca diperediksi hanya 6 bulan kemarau, 6 bulan musim hujan.

"Sekarang musim hujan hanya berlangsung rata-rata dalam waktu empat bulan," terang Sutopo.

Sutopo menjelaskan meski volume air hujan relatif masih sama, hal tersebut menyebabkan sering terjadinya hujan ekstrem.

Untuk mengantisi hal tersebut, BNPB akan terus melakukan upaya-upaya untuk menanggulangi masalah tersebut.

Penanganan banjir yang dilakukan BNPB sendiri di antaranya, dengan melakukan sosialisasi, penguatan bantuan logistik peralatan, penetapan status siaga dan pemberian bantuan Dana Siap Pakai (DSP) sebelum terjadinya bencana.(*)