logo2

ugm-logo

Blog

Ditengok Dedi Mulyadi, Korban Banjir Bandang di Cirebon Minta Peralatan Mandi

Dedi Mulyadi mendatangi lokasi banjir di Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Selasa (28/2/2018).

CIREBON, KOMPAS.com - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berhenti di sebuah pasar dan meminta koleganya untuk memborong peralatan mandi yang akan diserahkan ke lokasi banjir di Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Kamis (28/2/2018) siang. Bencana banjir bandang terjadi di desa tersebut dan merendam puluhan ribu rumah warga akibat meluapnya Sungai Cisanggarung setelah diguyur hujan deras seharian, Jumat (23/2/2018) lalu.

Dedi terenyuh saat para korban banjir meminta langsung peralatan mandi, alat tulis dan celana dalam kepadanya. Seperti yang disampaikan Budi Sutrisno (46), salah seorang korban banjir asal Kampung Ciledug Wetan, Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, yang meminta secara langsung bantuan berupa alat mandi kepada mantan bupati Purwakarta tersebut. "Pak, tolong beliin kami alat mandi, Pak. Di sini kita korban banjir yang beberapa hari kesulitan mendapatkan alat mandi, Pak. Harta kami semua terendam saat banjir," kata Budi saat menemui langsung Dedi yang sengaja berkunjung ke lokasi banjir.

Air langsung menerjang ribuan rumah di perkampungan yang ada di wilayahnya. Bahkan, banjir bandang pun melanda permukiman lainnya di tujuh desa di Kecamatan Ciledug. "Ini baru surut sekarang. Kalau saat banjir bandang, air sampai menenggelamkan rumah-rumah warga," kata Sudin.

Sementara itu, Dedi sengaja mendatangi langsung lokasi banjir karena memiliki banyak teman dan saudara di kecamatan tersebut. Dedi bersama KH Dudung, salah satu sesepuh Pondok Pesantren Benda Keureup, Cirebon, mendatangi para warga korban banjir.

"Saya turut prihatin dengan banjir di sini. Ini tidak ada sangkut paut dengan jadwal kampanye saya," kataDedi. Dedi berhadap kejadian banjir bandang tak terulang dengan segera ada perbaikan sistem pembangunan yang terintegrasi. Jangan sampai satu tempat aman, tapi lokasi lainnya malah masih terkena banjir. Sampai hari ini para korban banjir di wilayah tersebut masih membersihkan sisa-sisa barang yang terendam di tiap rumahnya. Hampir di sepanjang jalan desa lokasi banjir terlihat warga yang bergotong royong membersihkan rumahnya. Bahkan, terlihat beberapa rumah mengalami kerusakan parah dan dokumen serta barang-barang rumah tangga lainnya ikut terbawa banjir bandang. sumber: Kompas.com

Kaji Dampak Bencana Alam

MUNGKID – Masyarakat diminta selalu waspada menyikapi musim penghujan. Berbagai potensi bencana alam mengancam lingkungan sekitar. Curah hujan yang tinggi diperkirakan masih akan berlangsung hingga beberapa pekan ke depan.

“Cuaca ekstrem diperkirakan berlangsung selama tiga hari dari BMKG,” kata Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Didik Wahyu Nugroho.

Menurut Didik, secara berkala BMKG mengeluarkan hasil prediksi musim hujan di beberapa daerah. Jika berpotensi bencana, maka dikeluarkan peringatan dini.

“Prediksi BMKG, pertengahan Februari masih terjadi hujan lebat. Ini bukan karena ada fenomena alam tertentu, tetapi karena memang sudah musim hujan,” jelasnya.

Pada saat musim seperti ini, diperlukan kewaspadaan pada diri masyarakat. Jika terjadi bencana, maka untuk sigap cara menanganinya. “Puncak musim hujan, maka waspadai tanda-tanda alam. Siap siaga untuk bergerak,” ungkapnya.

Hujan di kawasan Menoreh beberapa waktu terakhir sudah mengakibatkan bencana tanah longsor. Puluhan rumah warga pun terancam. Pergerakan tanah masih terus terjadi.

Selain rumah, ruas Jalan Salaman-Borobudur via Desa Ngargoretno nyaris putus total. Retakan tanah memanjang, melintang ruas jalan itu. “Yang utama yaitu penyelamatan jiwa. Setelah itu baru infrastruktur,”  ujarnya.

Bagi warga yang terdampak bencana, upaya relokasi juga sudah dibahas pemerintah. Namun demikian, masih terkendala penyediaan lokasi yang aman. “Masih perlu kita pikirkan, karena terkendala penyediaan lokasi,” ungkap Didik.

BPBD juga memasang EWS sederhana di sekitar lokasi bencana. Jika terjadi pergerakan tanah, maka akan muncul tanda bahaya, berupa suara sirine. Hingga Kamis malam, pergerakan tanah masih berlangsung dan mengakibatkan aspal jalan mengelupas.

“Untuk ancaman jalan, kami koordinasi dengan DPU PR. Akan menerjunkan konsultan, karena memang lokasi bencana kondisinya abnormal.  Nanti teknologi apa yang akan diterapkan,” jelasnya.

Selain Ngagoretno, tanah longsor juga terpantau di Desa Paripurna, Kalirejo dan lainnya. Selain rumah, tanah longsor juga menerjang ruas jalan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto menjelaskan, tanah longsor di Desa Kalirejo sudah dipikirkan. Hasil koordinasi, DPU PR akan melakukan kajian melibatkan konsultan untuk perbaikan jalan dilokasi itu. “Kajian saat ini sudah dimulai. Anggaran perbaikan sudah ada di DPU PR,” jelasnya.

BPBD sudah berkoordinasi dengan beberapa lembaga terkait, seperti DPU PR, DPRKP, Kecamatan Salaman dan kecamatan lain yang juga terkena bencana. Rapat koordinasi menghasilkan beberapa poin. “Untuk tanah longsor di Desa Ngargoretno, DPU PR akan mengkaji melibatkan konsultan setelah Kalirejo,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Ngargoretno Dodik Suseno mengatakan, desanya merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor. Dari enam dusun yang ada, semuanya berada di kawasan perbukitan dan berpotensi tanah longsor. “Desa kami merupakan daerah rawan bencana. Dari sekitar 900 KK, 60 persennya tinggal di daerah rawan,” ungkapnya.

Pergerakan tanah yang terjadi kemarin, mengancam ruas jalan penghubung Salaman-Borobudur. Bahkan jika sampai jalan terputus karena longsor, warga di Dusun Gayam terancam terisolasi.

“Sebagian warga di Dusun Karangsari,  Selorejo, dan Gayam bisa terisolasi. Ada sekitar 200 warga yang terancam. Jika sampai putus, mereka harus memutar melintasi Borobudur sekitar 7 km,” ungkap Dodik.

Kades selalu mengimbau warganya untuk waspada. Mengingat di musim penghujan, potensi bencana masih terus ada. Imbauan itu disampaikan saat momen pertemuan di masyarakat. “Selokan warga untuk dicek, karena tanah longsor pemicunya air. Saya ingatkan terus kepada warga untuk waspada,” katanya.  (ady/laz/mg1)

Indonesia Rawan Bencana, Pejabat Diminta Pahami UU MKG

Indonesia Rawan Bencana, Pejabat Diminta Pahami UU MKG

JAKARTA - Letak Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera dinilai rentan terhadap ancaman terjadinya bahaya alam.

Namun, kenyataan itu dinilai tidak dibarengi dengan kesadaran dan kepekaan berbagai pihak, termasuk  pemerintah terhadap risiko bencana. 

"Indonesia mengalami risiko ancaman bahaya alam yang cukup besar," kata Anggota Komisi V DPR, Yoseph Umarhadi kepada wartawan di Jakarta, Senin (29/1/2018).

Menurut dia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) belum dipahami secara baik.

Padahal, sambung Yoseph, UU tersebut sangat penting sebagai acuan pemerintah mengambil kebijakan. Dia menyarankan pejabat pemerintah membaca kembali dan memahami UU tentang MKG.

"UU ini.semakin relevan jika melihat trend bencana alam yang meningkat. UU ini menjadi acuan," ujarnya. 

Dia mengatakan, pejabat pemerintah penting membaca dan menguasai UU Nomor 31 Tentang MKG. "Ini sudah lama, yang dulu inisiatif DPR," katanya.

Menurut Yoseph, risiko bencana diakibatkan alam atau faktor hydrometerologi seperti banjir, puting beliung, cuaca ekstrem, kekeringan, kebakaran, dan faktor geologi misalnya gempa bumi, vulkanologi dan tanah longsor.

Bencana dikatakannya juga bisa diakibatkan faktor manusia, yakni pencemaran, ledakan, kebakaran hutan.

Untuk mengurangi risiko bencana atau mitigasi, Yoseph mengatakan pentingnya memperkuat kapasitas kemampuan penguasaan terhadap sumber daya, teknologi yang memungkinkan masyarakat mempersiapkan diri,  baik mencegah maupun menanggulangi.

"Masyarakat harus kuat, pandai dan terlatih menghadapi mitigasi," kata Yoseph.

Kalau tidak, kata dia, masyarakat harus memiliki kemampuan untuk menghadapi resiko bencana. Dalam kaitan ini, lanjut dia, lembaga pemerintah dan nonpemerintah wajib membantu sarana, prasarana, teknologi, pemahaman, informasi, strategi sesuai fungsinya masing-masing.

"Tidak cukup hanya BMKG," katanya seraya mengatakan butuh banyak anggaran untuk upaya mengurangi risiko bencana.

BMKG: Gempa di Banten Bukan karena Aktifnya Cincin Api Pasifik

BMKG: Gempa di Banten Bukan karena Aktifnya Cincin Api Pasifik

Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa di Indonesia baru-baru ini, seperti di Lebak, Banten, dalam kurun waktu 2 hari berturut-turut, bukan karena aktifnya Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Apa penjelasan BMKG?

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG M Riyadi mengatakan, posisi geografis Indonesia mengakibatkan rawan gempa bumi. Tiga lempeng tektonik yang disebutnya terus bergerak, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik, bertemu di wilayah Indonesia. Faktor tersebut ditambah gesekan antarlempeng yang menimbulkan energi, menjadi alasan utama mengapa gempa kerap menimpa Indonesia.

"Nah, ini dipicu karena lempeng-lempeng itu tidak diam melainkan terus bergerak sehingga ada pengumpulan energi. Ketika dia bertumbukan antara dua lempeng tadi, jadi ada ketemu kemudian saling bertumbukan, maka ada energi yang tersimpan," ujar Riyadi saat dihubungi, Rabu (24/1/2018) malam.

"Suatu saat, kalau itu terus berjalan terus, maka salah satunya tidak tahan menahan energi tadi, maka akan lepas menjadi gempa. Itu yang di Indonesia. Jadi terlepas dari yang cincin api tadi, gitu. Di Indonesia seperti itu," imbuh dia.

Riyadi menegaskan gempa di Lebak, Banten, yang guncangannya terasa hingga ke Jakarta, tak berkaitan langsung dengan kabar aktifnya Cincin Api Pasifik. Sebelumnya, United Nations Secretariat for International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) menyebut Ring of Fire telah aktif kembali.

"Belum, ya belum tentu (cincin) api karena di sana belum muncul ke sini. Belum ada kaitannya gitu," kata dia.

UNISDR mencatat beberapa aktivitas yang terjadi di Cincin Api Pasifik antara lain erupsi Gunung Mayon di Filipina, erupsi Gunung Kusatsu Shirane dan menyebabkan longsor di Jepang, gempa di Banten yang terasa juga di Jakarta, hingga gempa 7,9 SR yang sempat menimbulkan peringatan tsunami di Alaska.

"Cincin Api Pasifik aktif hari ini," tulis badan PBB itu melalui akun Twitter mereka, Selasa (23/1) seperti dikutip detikcom, Rabu (24/1). UNISDR merujuk pada gempa-gempa yang terjadi Selasa kemarin.

Kejadian-kejadian tersebut terjadi pada waktu bersamaan pada Selasa (23/1) kemarin. Ahli geofisika dari USGS William Yeck melalui ABC News menyatakan tidak mungkin kejadian-kejadian tersebut saling terkait. Lebih dari itu, dia juga menegaskan tidak ada aktivitas tak biasa di Ring of Fire.

ABC News membeberkan Ring of Fire memiliki panjang 25 ribu mil (sekitar 40.233 km), terbentang mulai dari Selandia Baru, Indonesia, Filipina, Jepang, kemudian melintasi Kepulauan Aleutian dan menyusuri pesisir Alaska, Kanada, Pantai Barat AS, hingga ujung Amerika Selatan. Lempeng tektonik sepanjang Ring of Fire terus-menerus bergerak, bertabrakan satu sama lain, dan menyebabkan banyak gempa.

Gempa 6,1 SR mengguncang wilayah Lebak, Banten, Selasa (23/1). Hingga Rabu (24/1) siang kemarin, telah terjadi 46 gempa susulan, termasuk gempa 5 SR yang ikut dirasakan di Jakarta.
(gbr/elz)

Pertamina Berikan Bantuan Terkait Bencana Campak di Asmat Jayapura

Foto Berita Pertamina Berikan Bantuan Terkait Bencana Campak di Asmat Jayapura

PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Region VIII Maluku-Papua menyalurkan bantuan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Distrik Agats Kabupaten Asmat yang menyebabkan meninggalnya 59 anak. Tercatat, KLB campak dan gizi buruk ini terjadi di kampung Nakai Distrik Pulau Tiga dan Kota Agats (Data Dinas Kesehatan Januari 2018). 

General Manager Marketing Operation Region VIII Tengku Fernanda menyerahkan bantuan untuk korban KLB kepada Tim Satgas Terpadu hari ini (16/1/2018) di Kantor Polda Papua, Jayapura. Bantuan berupa makanan tambahan dan suplemen gizi untuk balita ini merupakan respons dari Pertamina.

Menurut Tengku Fernanda, Satgas ini nantinya akan bergabung dengan personel dari Timika dan Asmat untuk melayani masyarakat yang ada di lokasi kejadian. Pertamina memberikan paket bantuan kebutuhan pokok dalam pelayanan kesehatan untuk balita berupa makanan tambahan dan susu. Bantuan tersebut dikirimkan hari ini ke Timika menuju Pulau Tiga oleh Tim Satgas Terpadu yang dibentuk oleh Polda Papua. 

"Bantuan tahap pertama dari Pertamina berupa makanan dan susu untuk balita sesuai dengan kebutuhan mendesak saat ini. Nantinya, Pertamina akan kembali mengirimkan bantuan tambahan untuk menanggulangi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat," ujar Tengku Fernanda.

Tim Satgas Terpadu KLB terdiri dari unsur Kepolisian, Kodam, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, termasuk partisipasi dari jajaran BUMN yang ada di wilayah Papua. 

Ketua Tim Satgas Terpadu KLB Irjen Pol. Boy Rafli Amar mengapresiasi respons serta aksi cepat dari para pihak terkait dalam menanggulangi kejadian luar biasa ini, khususnya Pertamina sebagai BUMN yang selalu hadir di garda terdepan untuk aksi sosial dan kemanusiaan khususnya di wilayah Papua.