logo2

ugm-logo

Blog

Mensos Resmikan 208 Rumah Relokasi Rawan Banjir

Palangkaraya: Pemerintah meresmikan 208 rumah bagi warga yang rawan terkena banjir di Desa Tanjung Karitak dan Desa Tampelas, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Rumah diharapkan jadi tempat huni sementara warga saat Sungai Kahayan meluap.

"Jadi rumah bencana ini diperuntukkan bagi warga yang biasanya terkena banjir. Jadi ada rumah khusus untuk menanggulangi bencana," kata Menteri Khofifah di Desa Tampelas, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Rabu (26/8/2015).

Tak hanya menyediakan rumah bagi warga Desa Tampelas dan Karitak. Khofifah mengatakan pihaknya juga menyediakan petugas untuk membantu warga saat banjir datang.

"Nanti juga ada pedamping dari Kemsos yang ditugaskan di sini. Supaya bisa mengarahkan warga saat bencana datang," ucap Khofifah.

Mengenai dana pembangunan rumah, Khofifah membeberkan dana berasal dari 'banyak tangan' pemerintah. Tak hanya itu, pengerjaan juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

"193 rumah dari APBN dan APBD Gunung Mas, masing-masing sebesar Rp15 juta sehingga jumlahnya Rp30 juta satu rumah. Sama 15 rumah lainnya dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten sebesar Rp30 juta rupiah," beber dia.
REN

sumber: metrotvnews

120 Jalur Evakuasi Dibangun Kawasan Rawan Tsunami di Bengkulu

Suara.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu mencatat ada enam kecamatan di sana rawan diterjang tsunami. Di sana ada 15 kecamatan di sepanjang pesisir pantai.

"Saat gempa bumi berkekuatan besar keenam kecamatan di daerah ini rawan terjadi tsunami," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko Ramdani, di Mukomuko, Sabtu (22/8/2015).

Keenam kecamatan itu yakni Kecamatan Air Rami, Kecamatan Ipuh, Desa Sinar Laut Kecamatan Pondok Suguh, Kecamatan Teramang Jaya, Kecamatan Air Dikit, Kecamatan Kota Mukomuko, dan satuan pemukiman 10 Kecamatan Lubuk Pinang.

Ia mengatakan, berbagai sosialisasi dan penyuluhan terkait kesiapsiagaan bencana alam tsunami sudah sering disampaikan kepada warga masyarakat di enam kecamatan di daerah itu. Instansi itu juga pernah menggelar beberapa kegiatan simulasi tsunami di wilayah tersebut agar warganya selalu siap ketika bencana alam melanda daerah itu.

Di enam kecamatan itu juga sudah disiapkan sebanyak 120 titik jalur evakuasi bagi warga setempat yang menyelamatkan diri dari bencana tsunami.

"Jalur evakuasi itu mengarah ke wilayah paling tinggi atau jauh dari pinggir pantai di enam wilayah tersebut," ujarnya.

Belum lama ini, katanya, instansi itu juga sudah memasang sebanyak 122 rambu peringatan untuk petunjuk arah menuju jalur evakuasi tsunami di daerah itu.

"Sebaiknya warga selalu siap siaga bilan terjadi bencana alam tidak hanya tsunami tetapi gempa bumi dan banjir," ujarnya. (Antara)

Mantrijeron Ditetapkan Menjadi Kampung Siaga Bencana

Mantrijeron Ditetapkan Menjadi Kampung Siaga Bencana

YOGYA - Dinas Sosial DIY menetapkan Kelurahan Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogya, sebagai Kampung Siaga Bencana, Minggu (9/8/2015). Penetapan Mantrijeron menjadi pencanangkan kampung siaga bencana ketiga di Yogya.

Kepala Dinas Sosial DIY, Untung Sukaryadi, mengatakan peran dari kampung siaga bencana ini sangat dibutuhkan. Kampung siaga bencana ini merupakan penanggulan bencana berbasis masyarakat dan didukung oleh semua pemangku kepentingan, khususnya dari kepolisian, TNI,

Ia mengatakan, pembentukan Kampung Siaga Bencana (KSB) adalah dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggapi bencana yang kerap kali terjadi di Yogya.

"Yogya adalah tidak ada sejengkal tanah pun yang tak terancam bencana, sehingga masyarakat menjadi garda depan yang dapat mengatasi pertama kali, karena pemerintah tidak dapat langsung turun secara langsung," ujar Untung, Minggu (9/8/2015).

KSB Mantrijeron dilengkapi dengan Gardu Sosial dan Lumbung Logistik. Gardu Sosial berfungsi untuk tempat koordinasi, konsolidasi, dan musyawarah antar warga masyarakat, untuk membicarakan langkah-langkah apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.

Lumbung Logistik pun dibentuk sebagai Buffer Stock, sarana penyimpanan peralatan-peralatan penanggulanan bencana maupun logistik.

Lumbung logistik meliputi tenda pengungsi, tenda keluarga, tenda gulung, matra, selimut, food ware, kids ware, family kota, peralatan dapur umum, juga logistik seperti mie instan, sarden, kecap, minyak goreng, sosis, abon, dendeng, kornet dan air mineral.

Gardu Sosial berfungsi untuk koordinasi, dan konsolidasi, musyawarah antar warga masyarakat. Gardu logistik berisi kelengkapan-kelengkapan logistik yang dibutuhkan saat terjadi bencana, seperti peralatan-peralatan," ujar Untung.

Untung berharap adanya KSB ini agar masyarakat lebih mengenali bencana, dan penanggulangannya secara langsung.

"Bencana alam disekitar banyak sekali, disini paling besar bencana air, lantas bagaimana penanggulan suata jenis bencana, disini dibedakan antara laka air dan gempa, ataupun gunung merapi beda sekali karakternya, maka dari itu dikenalkan kepada masyarakat, jenis-jenisnya, dan penanggulangannya," ujarnya.

Sedangkan Wakil Ketua Forum Koordinasi Tagana DIY, Budiman Setya Nugroho, mengatakan, Taruna Tanggap Bencana (Tagana) dibawah Dinsos DIY bertindak sebagai pendamping dan pemateri kepada masyarakat,

Dalam acara penetapan KSB Mantrijeron, juga sekaligus diadakan simulasi terjadinya bencana banjir di Sungai Winongo, yang diikuti oleh warga Gedongkiwo, bersama personel Tagana, Dinas Sosial, Linmas maupun Kepolisian.

Simulasi berawal ketika sungai Winongo meluap dan menyebabkan banjir. Tim KSB yang siap siaga, lalu berkumpul, berkoordinasi di Gardu Sosial, lalu bergerak melakukan evakuasi secara langsung.

"Semisal terjadi bencana nanti, masyarakat bisa mengatasi, karena secara logistik ada, secara SDM juga sudah ada. Kalau di kota baru ketiga ini dicanangkan KSB. Nanti masih ada sembilan desa yang ada DIY yang akan dibuat kampung siaga bencana serupa," ujar Budiman. (Tribunjogja.com)

 

14 Orang Tewas Akibat Topan Soudelor di China, Ratusan Ribu Diungsikan

14 Orang Tewas Akibat Topan Soudelor di China, Ratusan Ribu Diungsikan

Beijing, - Topan Soudelor melanda wilayah pantai timur China dan menewaskan 14 orang. Ratusan ribu warga pun diungsikan.

Ke-14 orang tersebut tewas setelah terseret arus banjir ataupun tertimpa reruntuhan rumah yang ambruk akibat tanah longsor. Sebanyak empat orang lainnya saat ini belum ditemukan. Demikian disampaikan otoritas di provinsi Zhejiang seperti diberitakan kantor berita resmi China, Xinhua dan dilansir Reuters, Senin (10/8/2015).

Topan ini telah memaksa lebih dari 188.400 orang meninggalkan rumah-rumah mereka di wilayah Zhejiang dan sekitar 320 ribu orang di wilayah Fujian pada Minggu, 9 Agustus waktu setempat.

Lebih dari 530 penerbangan juga terpaksa dibatalkan dan 191 kereta berkecepatan tinggi terhenti.

Beberapa hari sebelumnya, topan ini telah menewaskan enam orang di Taiwan, sebelum kemudian bergerak melintasi Selat Taiwan dan menghantam daratan provinsi Fujian pada Sabtu, 8 Agustus larut malam waktu setempat. Topan ini kemudian menuju ke wilayah tetangga, Zhejiang dan Jiangxi pada Minggu, 9 Agustus waktu setempat.

Di Taiwan, selain menewaskan enam orang, topan ini juga menyebabkan empat orang hilang dan nyaris 400 orang lainnya terluka. Menurut perusahaan listrik Taiwan Power Co, setengah juta orang juga masih mengalami mati listrik di Taiwan pada hari Minggu (9/8) kemarin.

Topan dahsyat Soudelor ini telah melemah menjadi badai tropis saat menuju daratan China.

Bencana kekeringan di Kabupaten Trenggalek meluas

Bencana kekeringan di Kabupaten Trenggalek meluas

Trenggalek (ANTARA News) - Bencana kekeringan dampak badai elnino di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur ditengarai semakin meluas.

Berdasarkan pantauan, hal ini tampak dari semakin banyaknya sungai yang mengering, lahan pertanian kesulitan pasokan air tanah, hingga keterbatasan pasokan air bersih untuk konsumsi warga.

Salah satu daerah yang pelaing parah mengalami krisis air bersih dampak badai elnino terpantau di wilayah Desa Ngrencak, Kecamatan Panggul.

Di wilayah pegunungan salah satu kawasan pesisir selatan Jawa Timur itu, ratusan warga harus mengantri untuk mendapat jatah air bersih dari dua sumur yang masih tersisa.

"Tapi kini kondisinya (air) juga keruh dan hampir habis. Itu karena banyak sekali yang mengambil air di sini," tutur Umar, salah seorang warga Desa Ngrencak yang ikut mengantri jatah air di sumur desa tersebut, Minggu.

Ia mengatakan, ada lebih dari 200 KK yang kini menggantungkan kebutuhan air bersih mereka dari kedua sumur desa itu.

Antrian biasanya terjadi pada pagi hari serta sore. Selain untuk konsumsi air minum, memasak serta untuk ternak, air yang mereka ambil juga digunakan untuk mandi dan cuci pakaian.

Namun itupun beberapa keperluan sekunder seperti air untuk cuci dan mandi sudah jauh berkurang mengingat minimnya pasokan air yang tersedia maupun bisa diambil dari kedua sumur desa tersebut.

"Kami berharap segera ada bantuan air bersih dari pemerintah daerah agar krisis air di desa kami tidak semakin parah," ujar Tumini, warga lainnya.

Lokasi pemukiman mereka memang tergolong terpencil. Berada di satu lingkungan Dusun Pucung, Desa Ngrencak, Kecamatan Panggul, perkampungan yang mereka tinggali terletak di punggung sebuah perbukitan yang kering nan gersang, apalagi saat kemarau.

Sebagian besar warga sebenarnya telah memiliki sumur-sumur pribadi ataupun sumur bersama yang kemudian disalurkan menggunakan jaringan pipa/slang. Namun di saat kemarau, sumur-sumur yang ada selalu mengering akibat penurunan debit air tanah secara masif.

Hanya dua sumur desa yang masih mengeluarkan air, namun itupun jarak tempuh dari pemukiman mencapai lebih dari tiga kilometer sehingga untuk menjangkau warga harus berjalan kaki melalui jalan setapak.

"Hal seperti ini selalu terjadi saat kemarau. Kami khawatir musim tahun ini lebih panjang, karena itu berarti warga di sini bakal sangat menderita," ujar Umar.

Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek mengungkapkan, saat ini ada sekitar 39 desa di di daerah itu yang diidentifikasi sebagai daerah rawan bencana kekeringan sebagai dampak badai elnino.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Trenggalek, Djoko Rusianto mengatakan, kekeringan terutama berdampak pada pasokan air tanah untuk lahan-lahan pertanian di daerah itu.

"Kekeringan memang masih menjadi ancaman, terutama ke sektor pertanian karena pasokan air diprediksi menyusut drastis," ujarnya.

Menurut Joko, apa yang terjadi saat ini merupakan siklus yang setiap saat bisa terjadi, sehingga pihaknya mengimbau warga agar mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, khususnya mengantisipasi wilayah-wilayah yang selama ini menjadi "langganan" (terdampak) bencana kekeringan.

Tahun ini (2015), ungkap Joko, sebenarnya jumlah area terdampak kekeringan di Trenggalek menurun atau lebih sedikit dibandingkan dengan tahun lalu.

Jika pada 2014 jumlah desa yang dilada kekeringan mencapai 49 perkampungan, tahun ini jumlahnya menurun menjadi 39 desa.

Estimasi itu, menurut keterangan Joko, merupakan hasil dari rapat koordinasi di BPBD Jawa Timur beberapa waktu sebelumnya, mengingat ada beberapa wilayah yang hampir pasti tidak terkena lagi lantaran sudah ada pipanisasi.

sumber: antaranews