logo2

ugm-logo

Bimbingan Teknis Hospital Disaster Plan

 

Reportase

12 April 2022

bimtek hdp bencana2

Pelatihan hari kedua secara daring dilaksanakan pada Selasa, 12 April 2022 yang dihadiri oleh 68 peserta. Acara dibuka dan dipandu oleh Madelina Ariani, MPH selaku moderator. Kegiatan hari ini terdiri atas review tugas dari pertemuan sebelumnya, presentasi 4 materi, dan pemaparan tugas hari kedua. Pada sesi review tugas hari pertama, Madelina memeriksa tugas mengenai pengorganisasian dan Hospital Safety Index. Secara umum pengorganisasian HDP menggunakan pendekatan MIMMS dan HICS, keduanya bisa digunakan dengan tetap memperhatikan fungsi pengorganisasian dan prinsipnya yakni ada tugas dan fungsi komando, perencanaan, operasional, logistik, serta keuangan dan administrasi. Tidak hanya itu, tetapi juga memastikan bahwa tugas telah dibagi habis termasuk siapa melakukan apa, alur komunikasinya bagaimana, siapa melapor ke siapa, dan ada perencanaan. Sedangkan untuk penugasan HVA dan HSI bahwa secara umum peserta sudah sangat familiar dengan tools HVA dan HSI. Rumah sakit perlu memberikan kesimpulan dari analisis risiko yang sudah dilakukan dalam bentuk deskripsi mengenai jenis bencana apa yang dijadikan prioritas dan dikembangkan menjadi skenario untuk dilanjutkan menjadi kasus simulasi ataupun pengembangan SOP.

Materi pertama pada hari kedua dengan topik “Manajemen Pengendalian Penyakit Infeksi di Situasi Darurat” disampaikan oleh dr. R. Wahyu Kartiko Tomo, SpB. Awalnya, dr. Tomo, SpB menyampaikan adanya penyakit yang dapat menyebabkan kedaruratan yang mengancam kesehatan masyarakat secara global, seperti Mers-CoV dan Ebola, dan ada penyakit - penyakit lain yang membebani kesehatan Indonesia seperti Tuberkulosis, Pneumonia, Hepatitis B, Tifoid, Rabies, Leptospirosis, dan lain – lain. Penyebab morbiditas dan mortalitas terbesar dari bencana alam adalah penyakit gastrointestinal dan respirasi. Kedua penyakit itu membutuhkan perhatian yang khusus dalam penanganannya. Wahyu menyampaikan Trias Epidemiologis Penyakit Infeksi, yang terdiri atas agen (patogen), lingkungan, inang (host). Ketiganya memiliki corak karakteristik dan cara intervensi tersendiri. Dengan memecah rantai infeksi melalui cara intervensi masing-masing, harapannya potensi - potensi penyakit yang ada bisa dicegah. Berbagai penyakit dapat muncul pada saat bencana, secara umum dibagi menjadi infeksi dan non infeksi.

Materi selanjutnya berjudul “Fasilitas dan SOP saat Bencana” dipaparkan oleh Happy R. Pangaribuan, MPH. Fasilitas saat bencana adalah perubahan fungsi fasilitas sehari - hari menjadi fasilitas yang menjadi penyokong saat bencana dan hanya digunakan saat terjadi bencana. Contohnya, adanya ruang komando, ruang media, ruang informasi, ruang dekontaminasi, triase, logistik, ruang perawatan pasien dan lain - lain. Fasilitas penunjang juga diperlukan seperti ATK, alat komunikasi, peta, makanan, minuman, alat pelindung diri dan sebagainya. Tim harus memastikan fasilitas tersebut tersedia agar penanganan bencana dapat berjalan secara optimal. SOP dalam HDP untuk memenuhi sejumlah standar yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana yang tidak terdapat pada kegiatan sehari - hari. Isi SOP tersebut oproses penyelenggaraan kegiatan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana, dan oleh siapa dilakukan. SOP tersebut antara lain alur komando, sistem komunikasi, triase, penerimaan donasi, pengaturan relawan, dan lain - lain. SOP ini disesuaikan dengan kondisi tiap rumah sakit tergantung kebutuhan. Menentukan kebutuhan SOP berdasarkan analisis risiko bencana di rumah sakit, berdasarkan pengalaman, evaluasi dokumen HDP, dan referensi.

Materi ketiga berisi Data dan Informasi Saat Bencana diberikan oleh dr. Bella Donna, M. Kes, yang menyampaikan bahwa data dan informasi dibutuhkan pada fase pra bencana dan saat terjadi bencana karena data diperlukan menjalankan fungsi rumah sakit dan membuat laporan ke pihak terkait. Seorang surveilans dibutuhkan di rumah sakit yang bertugas untuk melakukan pengamatan secara teratur dan terus menerus yang nantinya data akan diseminasikan kepada para stakeholder. Komponen surveilans yaitu pengumpulan data/informasi, pengolahan data, analisis dan interpretasi data, dan penyebarluasan informasi. Surveilans saat bencana tidak ada bedanya dengan saat tidak terjadi bencana, hanya harus lebih cepat, sederhana, berjejaring, dan memiliki prioritas. Peran dan fungsi data dalam manajemen bencana adalah sebagai dasar dalam mengambil keputusan/kebijakan, early warning, dan dokumentasi kegiatan/ laporan. Dibutuhkan SDM, kompetensi, pengetahuan, dan update untuk pengelolaan data dan informasi. Akhirnya, sistem administrasi informasi di rumah sakit untuk membantu aktivitas yang ada di rumah sakit.

Materi terakhir berjudul “Pengembangan Skenario dan Peta Respon” oleh Apt. Gde Yulian Yogadhita, M. Epid. Peta Risiko adalah gambaran tingkat risiko bencana suatu daerah, disusun sebelum terjadi bencana. Sedangkan peta respon dibuat saat terjadi bencana berisi bahaya, kapasitas, alur respon, dan jalur evakuasi. Tujuan peta respon ini untuk mengoptimalkan bantuan yang masuk dari luar daerah terdampak bencana. Peta respon diletakkan di tempat yang mudah dilihat, selalu di - update berdasarkan hasil laporan perkembangan. Skenario disusun berdasarkan kesepakatan bersama yang menggambarkan situasi yang realistis, logis, serta dapat dipertanggungjawabkan, bertujukan untuk mendeskripsikan satu ancaman bahaya yang akan dibuatkan rencana kontinjesi sehingga para penyusun memiliki persepsi yang sama akan dampak yang mungkin terjadi. Komponen penyusunan skenario: kronologi kejadian, penentuan tingkat risiko, waktu terjadinya, lokasi kejadian, durasi kejadian, asumsi dampak, kondisi yang memperberat/meringankan dampak. Di akhir sesi, kegiatan ditutup dengan tanya jawab dengan para peserta.

Reporter: dr. Satrio Pamungkas (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan)

5 April 2022

 bimtek hdp bencana 1

Pelatihan dasar penyusunan rencana penanganan bencana di rumah sakit (Hospital Disaster Plan/HDP) dilakukan secara online pada minggu pertama dan kedua bulan ini (5 dan 12 April 2022). Hari pertama (5/4/2022) pelatihan dihadiri 101 peserta yang tergabung dalam Zoom. Agenda hari pertama antara lain pemaparan 4 materi dan terdapat beberapa penugasan. Acara ini bertujuan agar peserta memahami penyusunan HDP yang sesuai dengan karakteristik tiap rumah sakit agar nantinya rumah sakit siap untuk menghadapi baik bencana alam maupun non alam.

Pelatihan dipandu oleh Happy R. Pangaribuan, MPH, selaku moderator, dan dibuka oleh dr. Hendro Wartatmo, SpB.KBD selaku konsultan Divisi Manajemen Bencana Kesehatan. Hendro meninggalkan pesan bahwa pembuatan HDP bertujuan untuk persiapan RS dalam menghadapi bencana bukan hanya untuk akreditasi. Pasalnya jika HDP disusun sesuai dengan pelatihan ini, maka dapat digunakan juga sebagai persyaratan akreditasi. Hasil dari pelatihan ini adalah Hospital Disaster Plan yang operasional sesuai kondisi di tempat masing - masing.

Materi pertama disampaikan oleh dr. Bella Donna, M. Kes tentang HDP & Akreditasi SNARS 1.1. Bella Donna menyampaikan bahwa Hospital Disaster Plan (HDP) harus bisa operasional saat terjadi bencana, tidak hanya sekadar dokumen. Dari pengalaman pandemi dan bencana yang dialami selama ini, rumah sakit harus bisa memperkuat kesiapsiagaan terhadap potensi bencana alam dan pengendalian penyakit.

Posisi HDP dalam Akreditasi SNARS 1.1 yaitu Standar HDP terdapat pada Standar MFK 6. Elemen penilaian MFK 6 terdiri atas 4 poin: 1. RS memiliki regulasi manajemen bencana, 2. RS mengidentifikasi bencana internal dan eksternal, 3. RS telah melakukan self assessment kesiapan menghadapi bencana, 4. IGD telah mempunyai ruang dekontaminasi. Surge capacity adalah kemampuan sistem pelayanan kesehatan untuk secara cepat menambah kapasitas melebihi dari kondisi pelayanan normal untuk memenuhi kebutuhan pelayanan medis yang meningkat. Terdiri dari 4 komponen: struktur (fasilitas), staf (sumber daya manusia), sistem (manajemen, proses dan kebijakan), stuff (peralatan dan obat).

Materi kedua dengan topik Sistem Komando dan Pengorganisasian disampaikan oleh dr. Yudha Mathan Sakti, SpOT(K) – Spine. Yudha menitikberatkan masalah utama dalam penanganan bencana adalah Koordinasi. Persiapan dan koordinasi merupakan hal yang sangat penting karena bencana dapat “diprediksi” namun bisa datang kapan saja. Dengan HDP, rumah sakit bisa mempersiapkan penanganan bencana dengan baik, memperpendek masa krisis, dan memberikan respon optimal.

Konsep pengorganisasian harus membuat organisasi yang sederhana dan jelas. Lalu, saat terjadi bencana harus ada Incident Command System (ICS) dan membawahi 4 bidang dengan masing - masing ada penanggung jawabnya, antara lain: operasional, perencanaan, logistik, administrasi/keuangan. Yudha memberikan pesan jangan memberikan satu posisi untuk satu orang saja karena bencana dapat menimpa siapa saja, sediakan backup plan dan harus bisa interchangeable. Masing - masing personil harus memiliki kartu tugas (Job Action Sheets) yang berisi garis kewenangan, peran dan tanggung jawab personel. Di lokasi bencana harus memiliki command center untuk koordinasi karena kondisi bisa dinamis, liquid, dan volatile.

Materi ketiga dengan topik Logistik Medis dan Manajemen Relawan dipaparkan oleh apt. Gde Yulian Yogadhita, M. Epid. Bidang Logistik merupakan salah satu bidang yang penting karena berfungsi untuk menyediakan semua kebutuhan dukungan insiden dan mengelola SDM. Logistik bertanggung jawab untuk menyediakan: fasilitas, transportasi, komunikasi, persediaan, pemeliharaan dan pengisian bahan bakar peralatan, layanan makanan, dan layanan medis.

Pada proses perencanaan diperlukan sense of crisis agar dapat menerjemahkan data yang diperlukan untuk perhitungan kebutuhan. Potensi bantuan bisa dari pemanfaatan filantropis, donasi, lingkungan sekitar RS, pemerintah, dan sumber lain. Penyimpanan logistik perlu ada beberapa hal yang dipertimbangkan lalu yang penting adalah pencatatan jenis bantuan, khususnya Berita Acara Serah Terima (BAST). Tugas logistik juga memahami platform koordinasi dan kolaborasi sumber daya, memahami manajemen relawan, pengadaan logistik, penyimpanan dan pencatatan logistik

Materi terakhir di hari pertama dengan topik Analisis Risiko dan Hospital Safety Index oleh Madelina Ariani, MPH. SNARS mewajibkan rumah sakit melakukan self-assessment kesiapan menghadapi bencana dengan Hospital Safety Index (HIS) dari WHO. Terdapat 40 jenis ancaman bencana yang perlu dinilai antara lain bencana meterologi, hidrologi, iklim, teknologi, biologi, sosial, dan geoteknikal.

Analisis risiko perlu dilakukan untuk mengidentifikasi potensi ancaman sehingga dapat membuat kesiapsiagaan/perencanaan yang tepat. Selanjutnya dapat mengetahui potensi ancaman bencana yang ada di wilayah tersebut dan menentukan prioritas dalam penanggulanan bencana dan krisis kesehatan

Instrumen - instrumen analisis risiko antara lain: cara sederhana, Hazard Vulnerable Assessment (HVA), Hospital Safety Index (HSI), Hazard Risk Assessment (HRA), dan lain - lain. Selanjutnya diberikan prioritas dalam penanganan bencana. Prioritas utama adalah bencana dengan risiko tinggi terhadap terjadinya risiko krisis kesehatan.

Reporter: dr Satrio Pamungkas (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, PKMK)