Depok, PKMK - Dalam penanganan bencana, prosedur biasa tidak bisa digunakan. Termasuk dalam penanganan kesehatan usai terjadinya bencana. "Dalam penanganan bencana, perlu digunakan gaya manajemen yang lebih cepat dan responsif, kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla, di Depok (26/3/2013).
Berbicara sebagai keynote speaker dalam seminar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Kalla menjelaskan bahwa tanpa langkah cepat dan menerobos prosedur, penyakit pasca-bencana bisa merebak. "Dulu di Aceh saat tsunami, wabah penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri, tidak ada. Sebab, ada langkah-langkah cepat untuk membersihkan Aceh dari puing dan jenazah," ucap mantan wakil presiden RI itu.
Saat itu, tindakan cepat dan menerobos prosedur banyak dilakukan. Antara lain, buldoser didatangkan dari banyak perusahaan di propinsi lain. Pemaksaan dilakukan dengan jaminan bahwa sewa buldoser akan ditanggung Pemerintah Indonesia. Kalla menambahkan, dalam manajemen darurat penanganan bencana, tidak ada yang boleh menolak permintaan Pemerintah Indonesia. Permintaan seperti pasokan makanan-minuman, buldoser, dan obat-obatan, harus dituruti dengan cepat, dan itu semua tentunya dibayar.
Ia pun mencontohkan, saat tsunami di Aceh, pihaknya meminta Kementerian Kesehatan RI untuk menyiapkan obat-obatan dan dokter malam itu juga untuk berangkat ke Aceh. "Saya meminta agar pagi, dokter dan obat-obatan sudah diberangkatkan ke Aceh. Kalau perlu, gembok yang dipasang di tempat penyimpanan obat dibongkar langsung," dia berkata.
Seorang pemimpin, masih kata Kalla, harus membuat keputusan dengan cepat saat bencana ataupun krisis besar seperti tsunami di Aceh itu. "Saat itu, saya mengambil keputusan sebagai seorang dokter pula. Bahkan, sempat pula mengeluarkan 'fatwa' bahwa dalam darurat, jenazah boleh dikuburkan tanpa dimandikan dan disalatkan. Untung, Quraish Shihab (ahli tafsir Al Quran) belakangan membenarkan keputusan saya," kata Kalla disambut tawa peserta seminar.
Dalam penanganan bencana itu, harus ada manajemen yang lebih cepat sekaligus bertanggung jawab, tambahnya. Usai terjadinya bencana besar, yang pertama perlu dilakukan adalah melihat langsung lokasi untuk mengumpulkan data tentang jumlah korban, kerusakan, dan lain-lain sejenis. "Dalam pola kerja Palang Merah Indonesia, yang pertama perlu dilakukan adalah asessment tersebut," kata dia.