logo2

ugm-logo

4.700 Anggota PMR Cianjur Ikut Latihan Siaga Bencana

Sejumlah anggota Palang Merah Remaja menunjukkan lambang PMI saat memperingati Hari Ulang Tahun ke-66 Palang Merah Indonesia di Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Sebanyak 4.700 pelajar yang merupakan anggota Palang Merah Remaja (PMR) se-Kabupaten Cianjur, mengikuti latihan gabungan ayo siaga bencana. Mereka juga diberikan gabungam ketrampilan pertolongan pertama (PP) di alam terbuka.

‘’ Upaya ini untuk memperkenalkan para anggota muda PMR kesiapsiagaan sejak dini,’’ ujar Kepala Markas PMI Kabupaten Cianjur Hery Hidayat, Ahad (22/9). Selain itu diberikan pelatihan teknik pertolongan dalam segala medan d termasuk mengevakuasi di alam terbuka.

Kegiatan tersebut terang Hery, merupakan rangkaian dari acara pelatihan sekaligus pelantikan para anggota PMR untuk tingkat Madya maupun Wira yang digelar se- Kabupaten Cianjur. Acara yang berlangsung selama tiga hari dari mulai 20-22 September 2019 ini diikuti oleh sekitar 4.700 peserta anggota PMR se-Kabupaten Cianjur. 

Dalam kesempatan ini Plt Bupati Cianjur Herman Suherman ikut hadir sekaligus membuka dalam acara tersebut. Hery mengatakan, dalam pelatihan dan pelantikan PMR ini, selain diperkenalkan materi Ayo siaga bencana, para peserta mengikuti serangkaian acara  untuk melaksanakan kegiatan pelatihan gabungan yang meliputi traveling kepalangmerahan, pertolongan pertama (PP), serta berbagi pentas kreasi seni.

Pelatihan itu ungkap Hery, untuk meningkatkan keterampilan anggota PMR serta menjalin silaturahmi dengan anggota PMR lainnya. Terlebih, saat ini keberadaan PMR harus terus diimbangi dengan proses pembinaan.pembekalan materi kesiapsiagaan bencana ini penting diberikan kepada PMR. 

Pasalnya, Kabupaten Cianjur termasuk daerah rawan bencana alam. Harapannya setelah melaksanakan pelatihan selama tiga hari tersebut anggota PMR agar selalu siaga dan bisa mengamalkan ilmunya baik di sekolah, di lingkungan keluarga dan di tengah masyarakat

Plt Bupati Cianjur Herman Suherman dalam sambutannya  mengatakan, apemda mengapresiasi acara pelatihan siap siaga bencana.’’ Harus ada upaya peningkatan kesadaran warga sejak dini akan kesiapsiagaan menghadapi bencana,’’ imbuh dia.

Cianjur kata Herman, merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana Saat ini pemerintah sudah membentuk tim penanggulangan bencana di tiap desa.

Bila terjadi bencana di lingkungannya sambung Herman, maka para relawan PMI bisa berkoordinasi dan membantu bersama bagi masyarakat yang terdampak bencana. Ia berharap kepada suluruh pelajar anggota PMR untuk terus mengamalkan ilmunya yang diperoleh dari kegiatan PMR ini untuk bisa diterapkan baik di lingkungan sekolah maupun di rumah tempat tinggalnya masing masing.

 

Tak Tahan Kabut Asap di Riau, Warga Mengungsi ke Medan

Tak Tahan Kabut Asap di Riau, Warga Mengungsi ke Medan

Medan, CNN Indonesia -- Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Provinsi Riau semakin pekat. Tak hanya jarak pandang yang terbatas, bahkan kualitas udara di sana sudah masuk pada level berbahaya. Kondisi itu memaksa sejumlah warga Riau mengungsi.

Kota Medan, Sumatra Utara, menjadi salah satu tujuan pengungsian lantaran dianggap masih aman dari kabut asap. Dalam beberapa hari terakhir, gelombang warga yang pindah ke Medan terus meningkat. Mereka memanfaatkan moda transportasi bus yang perjalanannya memakan waktu lebih lama hingga berjam-jam akibat jarak pandang yang terbatas.

"Memang ada peningkatan 10 persen penumpang dari Riau. Penumpang ramai biasanya [malah] terjadi saat hari raya, musim libur sekolah dan tahun baru. Namun, dalam dua pekan ini, jumlah penumpang dari Riau naik sekitar 10 persen," ujar Viktor salah seorang petugas di pool bus di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas, Medan, Sumut.

Pengakuan beberapa penumpang bus dari Riau, Viktor mengatakan mereka sudah tak tahan menghirup kabut asap di Riau. Para penumpang itu turun di beberapa titik seperti Tebingtinggi, Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, Medan, Binjai Stabat, dan lainnya.

Selain jumlah penumpang yang melonjak, dia mengatakan waktu tempuh dari Pekanbaru menuju Medan menjadi berlipat akibat terbatasnya jarak pandang. Walhasil para sopir bus tak bisa mengemudikan laju kendaraan mereka seperti biasanya.

"Informasi dari supir bus, asap akibat karhutla membuat jarak pandang menjadi pendek. Kalau biasanya sekitar 200 meter, kini tinggal 50 meter. Jadi supir harus berjalan lebih pelan. Makanya ini juga mempengaruhi waktu tempuh yang biasanya 15 jam, menjadi 17 jam," ujar Viktor.

Beberapa penumpang yang turun dari bus masih menggunakan masker. Mereka menggunakan masker sejak keberangkatan dari Pekanbaru.

"Sepanjang jalan, terutama dari Riau, kabut asap terus menyelimuti. Jadi pakai masker," kata salah seorang penumpang dari Riau, Rasiana.

Penumpang lain, Murni, mengaku dirinya bersama suami dan dua anaknya pindah ke Medan sementara waktu karena kualitas udara di Riau yang sudah sangat mengkhawatirkan.

"Keluarga memang ada yang tinggal di Medan. Jadi sementara waktu tinggal di tempat saudara di Medan. Di sana (Riau) bernafas saja kita sudah sesak, apalagi saya ada anak kecil. Dari pada anak sakit, makanya kami memilih pindah," ujar Murni

Sebelumnya, BNPB menyampaikan 328.724 hektare lahan 328.724 hektare dengan 2.719 titik panas sepanjang periode Januari-Agustus 2019. Lahan itu tersebar di enam provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Kualitas udara Riau saat ini kembali dikategorikan berbahaya lantaran sudah terdampak oleh karhutla yang terjadi sepanjang 2019. Saat memimpin Rapat Terbatas di Pekanbaru pada awal pekan ini, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan status Riau sudah siaga darurat.

More Articles ...