logo2

ugm-logo

PVMBG: Aktivitas Gunung Slamet Masih Fluktuatif

Semarangpos.com, PURWOKERTO — Aktivitas kegempaan Gunung Slamet, Jawa Tengah hingga kini masih fluktuatif. Demikian ditekaskan petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet Pusat Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sukedi.

"Berdasarkan pengamatan kami dari Pos PGA Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, aktivitas kegempaan Gunung Slamet masih fluktuatif. Kadang embusannya tercatat cukup tinggi, kadang berkurang. Demikian pula dengan amplitudo tremor menerus atau microtremor," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (16/8/2019).

Ia mengakui jika sejak hari Kamis (15/8/2019) hingga Jumat (16/8/2019) siang, amplitudo tremor menerus tercatat 0,5 mm-2 mm yang dominan 0,5 mm, sedangkan sebelumnya tercatat 0,5 mm-3mm dan dominan 2 mm. Meskipun ada tren menurun, dia menegaskan hal itu bukan berarti aktivitas Gunung Slamet mengalami penurunan sejak statusnya ditingkatkan dari Aktif Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II) pada hari Jumat (9/8/2019), pukul 09.00 WIB.

"Kegempaan masih fluktuatif karena ketika muncul, naik, lalu turun lagi. Jumlah embusannya juga sama, kadang tinggi, kemudian turun lagi, begitu juga dengan amplitudo tremor, jadi masih fluktuatif meskipun kesannya dua hari ini lebih rendah dari sebelumnya," tegasnya. Oleh karena itu, simpul dia, Gunung Slamet masih berstatus Waspada sehingga masyarakat dan wisatawan direkomendasikan untuk tidak beraktivitas dalam radius 2 km dari kawah puncak gunung terbesar di Jawa Tengah tersebut.

Lebih lanjut, Sukedi mengatakan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jumat (16/8/2019), pukul 00.00 WIB-06.00 WIB, Gunung Slamet terlihat jelas serta asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 25 m-50 m di atas puncak kawah. Sementara itu, pada pukul 06.00 WIB-12.00 WIB, Gunung Slamet tampak jelas dan tertutup kabut 0-I hingga kabut 0-II serta asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 25 m-50 m di atas puncak kawah.

"Dari sisi kegempaan, pada pukul 00.00-06.00 WIB tercatat sebanyak 320 kali kejadian embusan dengan amplitudo 2 mm-20 mm dan durasi 12 detik-50 detik, sedangkan tremor menerus terekam dengan amplitudo 0,5 mm-2 mm yang dominan pada 0,5 mm. Sementara pada pukul 06.00 WIB-12.00 WIB tercatat sebanyak 247 kali kejadian embusan dengan amplitudo 2 mm-18 mm dan durasi 15 detik-50 detik, sedangkan tremor menerus terekam dengan amplitudo 0,5 mm-2 mm yang dominan pada 0,5 mm," katanya.

Dia mengimbau masyarakat yang bermukim di sekitar lereng Gunung Slamet untuk tetap tenang, selalu berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat maupun Pos PGA Slamet, dan tidak terpengaruh oleh berbagai isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sebelumnya, Sukedi mengatakan jika amplitudo tremor menerusnya makin tinggi, kondisinya akan lebih berbahaya karena makin besar amplitudo, berarti makin tinggi energinya. Kendati demikian, dia mengatakan jika tremor menerusnya meningkat, tidak serta merta status Gunung Slamet akan ditingkatkan karena harus didukung dengan parameter yang lain.

"Memang besaran amplitudo tremor menerus itu tidak bisa menjadi standar tetapi berdasarkan pengalaman tahun 2014, 5-10 milimeter itu sudah ada erupsi. Bahkan saat itu, amplitudo tremor menerus saat awal erupsi Gunung Slamet masih berkisar 0,5-10 milimeter," katanya.

Menurut dia, tipe letusan Gunung Slamet yang berada di antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes berupa freatik karena tidak mengeluarkan magma, melainkan uap air. "Meskipun tipe letusannya freatik, saat erupsi Gunung Slamet tahun 2014 diakhiri dengan keluarnya lava pijar, jarak luncurannnya mencapai 2,6 km-2,7 km dari kawah, menyebar, tidak satu arah, karena tipe erupsinya strombolian," jelasnya.

Sumbar Terima Bantuan Kapal Evakuasi Bencana dari BNPB

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat menerima bantuan kapal cepat dari Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) untuk memperkuat armada evakuasi kebencanaan di daerah itu.

"Kami memang sangat butuh kapal cepat yang bisa segera digerakkan jika terjadi bencana," kata Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, Jumat (9/8).

Ia menyebut Sumbar memiliki laut dan danau serta daerah Mentawai yang berbentuk kepulauan. Karena itu armada evakuasi tidak hanya dibutuhkan di darat, namun juga di laut. Bantuan itu dinilai akan sangat mendukung kinerja BPBD Sumbar untuk penanggulangan bencana di daerah.

Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Erman Rahman menginformasikan kapal cepat tersebut memiliki lebar sekitar 2,5 meter dan panjang 6 meter, dilengkapi dengan peralatan evakuasi, fasilitas air bersih dan sanitasinya.

Kapal dibekali mesin berkapasitas 2 X 200cc, global positioningsystem (GPS) untuk navigasi, kompas, alat komunikasi dan alat keselamatan lainnya. Ke depan kapal itu juga akan dilengkapi dengan peralatan medis agar bisa segera membantu jika terjadi bencana. Kapal itu sementara ditambatkan di Pelabuhan Muara Jalan Batang Arau, Berok Nipah, Padang.

More Articles ...